Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN ENJELANG AJAL

Disusun oleh :

NAMA : DORCI.K.AIO

NIM : P2012050

YAYASAN BANGUN PRIMA PERSADA SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN STIKES PASAPUA AMBON PRODI S1
KEPERAWATAN T/A 2023-2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang perawat profesional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan
mempunyai keterampilan yang multi komplek. sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawatan harus mampu memberikan pelayanan termasuk dalam memenuhi kebutuhan
klien lanjut usia dan harus menyelami p[erasaan-perasaan hidup dan mati.
Dalam memberikan sakit termasuk pada lanjutan usia yang sedang menghadapi
sakaratulmauut, tidak selamanya mudah, klien lanjut usia akan memberikan reaksi-
reaksi yang berbeda-beda, ketergantungan pada kepribadian dan cara klien lanjut usia
menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan kondisinya perawat harus
dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien lanjut usia. Biasanya dalam
anggota keluarga dalam keadaan krisis inimemerlukan perhatian perawatan karena
kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-
tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadang-kadang belum ajal tiba klien lanjut
usia kehilangan kesadaranya terlebih dahulu.
Pentingnya bimbingan rohani dalam kesehatan telah menjadi ketetapan SIAPA
yang menyatakan bahwa aspek agama (rohani) merupakan salah satu unsur dari suatu
pengertian kesehatan seutuhnya (SIAPA,.1984). Oleh karena itu dibutuhkan tenaga
dokter terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Karena peran
perawat yang komprehensif pasien tanpa henti mendudukan perawat dalam tugas mulia
selamat pasien di akhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator
(memfasilitas) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seobtimal mungkin sesuai
dengan kondisinya. namun peran rohani ini sering kali diabaikan oleh perawat. padahal
aspek rohani ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang di diagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratulmauut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratulmaut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis rohani dan
krisis kerohanian sehingga latihan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khisus”. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihiondari
oleh siapapun. pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh.
namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis –ceria agar selalu tetap sehat
diusia lanjut. jadi walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan
mental. keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya
disertai dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya. apalagi
penyakit stsdion terminal (tinggal menunggu ajal) dalam prediksi secara medis sering
diartikan penderita tidak lama lagi mati dunia. keadaan ini penyebab lansia mengalami
kecemasan menghadapi kematian.
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita,
terutama yang tidak mungkin di sembuhkan. yang di maksut tindakan aktif antara lain
mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek
psikologis, sosial, dan spiritual. Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai tujuan
hidup maksimal bagi yang sakit (lanjut usia) dan keluarganya. perawatan lanjut usia
tidak hanya diberikan pada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga
diberikan segera setelah didiagnosis oleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita
penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (salah satunya penderita kangker).
sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
“stadion paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan
pemulihan. biasanya dokter memotivasi pasien lanjut usia yang menderita penyakit
yang mematikan (misalnya: kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik,
psikologis, sosial, kultural dan rohani.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan termasuk,
memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi
penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup diakhir kehidupanya tetap baik,
tenang dan akhirnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman. diperlukan
pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. kualitas
hidup adalah bebas dari sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut
sehingga lebih tekan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat menikmati
kesenangan selama akhir hidup. Sesuai arti sebenarya paliatif bersifat meringankan
bukan menyembuhkan. Jadi, perawat paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi. perawatan ini merupakan
pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai
disiplin ilmu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami sakit termaksuk pada pasien terminal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian menjelan ajal
b. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis penyakit terminal
c. Mahasiswa mampu memahami manisfestasi klinis
d. Mahasiswa mampu memahami tahap-tahap kematian
e. Mahasiswa mampu memahami Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
terminal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Lansia adalah tahap akhir hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. pada tahap ini
individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, kususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki. perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuwaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut ketuwaan diwajah, berkurangnya ketajaman panca dalam, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut.
belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial,
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menurut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menanggapi secara bijak
(Soejono,.2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan.
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir.
pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit yang klien lanjut usia tidak dapat lagi
atau tidak diharapkan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian / mati adalah apabila
seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak lagi bernapas selama beberapa menit,
dan tidak pertunjukan beberapa refleks, serta tidak ada kegiatan otak.
Penyebab Kematian :
1. Penyakit
a. Keganasan (Karsinoma hati, paru, mammae).
b. Penyakit kronis misalnya:
 CVD (Serebrovaskular penyakit)
 CRF (kronis ginjal Kegagalan “gagal ginjal”)
 Diabetesmelitus (Gangguan)
 MCI (Miocardinfark “gangguan kardiovascular”)
 COPD (Kronis halangan paru penyakit)
2. Kecelakaan (Hematomepidural)

B. Ciri/ Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian


1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara sambil-angsur biasanya dimulai pada
anggota badan biasanya pada kaki dan ujung kaki.
2. Gerak peristaltik usus menurun
3. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung
4. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung nihnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan/pucat
6. Denyut nadi mulai tidak teratur
7. Napas terdengar mulai bunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya pemberi
pinjaman pada saluran buang napas yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut
usia.
8. Tekanan darah menurun
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

(Keperawatan. Gerontik & Geriatrik, H.WhjudiNugroho,B.Sc.,SKM 2008)

C. Tahap Kematian
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap, tetapi saling puncak.
kadang-kadang seorang pasien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian
kembali ketahap itu. apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul
kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat
memperhatikan secara hati-hati dan cermat.
1. Tahap pertam (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan perlawanan. biasanya sikap ini ditandai
dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut usia sungguh bahwa mau menimpah
semua orang, kecuali dirinya. klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh siklap
penolakanya sehingga tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang jelaskan ke
dia oleh perawat. ia bahkan menekan apa yang telah ia degar atau mungkin akan
meminta bantuan dari berbagai macam sumber profesional dan tidak profesional
dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada ditaman pintu.
2. Tahapan kedua (Marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. sering
kali klien lnjut usia akan mencelah setiap orang dalam segala hal, ia mudah marah
terhadap perawat dan petugas kesehatan lainya tentang apa yang sudah dilakukan.
pada tahap ini, klien lanjut usia lebih menganggap hal ini mereupakan hikmah, dari
pada kutukan. kemarahan ini merupakan meklanisme pertahanan diri klien lanjut
usia. pada saat ini perawat kesehatan harus berhati-hati dalam anggota penilaian
sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu hal.
3. Tahap ketiga (Tawar-tawar)
Kemarahan biasanya meredah lebab hak lanjut usia dapat menimbulkan
kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya akan tetapi pada tahap
tawar-menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah
tangga mereka sebelum maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang
tercinta yang ditinggalkan. Selama tawar-menawar, pemohonan yang dikemukakan
pada dapat terpenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus
diselesaikan sebelum mati. misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan
terakhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi keluarga, melihat
cucuterkecil, atau makan direstoran. perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu
karena membuat klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (Sedih/Depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang sayangnya klien lanjut usia sedang
dalam suasana berkabung. Di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang ia cintai
dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. bersama dengan itu, ia hsrus
meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang menikmatinya. selama tahap
inio klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. saatnya
bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang sedang
melallui masanya sebelum mati.
5. Tahap kelima (Menerima/asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin tidak
ingin dibicarakan lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar
sudah lewat dan tibahlah saat kedamaian dan ketenangan. seaseorang mungkin saja
lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti
kekalahan. dengan kata lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima maut.

D. Pengaruh Kematian
Pengaruh kematian terhadap keluarga klien yang lanjut usia:
1. Bersikap kritis terhadap cara perawat
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menerima maut
4. Penyesalan keluarga didapat akibat orang yang bersangkutan tidak dapat dapat
mengatasi rasa sayangnya
5. Penglihatan tanggung jawab dan beban ekonomi
6. Keluarga menolak diagnosa, penolakan terasebut dapat memperbesar penyebab
emosi keluarga.
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan.

Pengaruh Kematian terhadap tetangga / teman:


Simpati dan dukungan moral
Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan.

Pengaruh Kebutuhan Klien menjelang Kematian

1. Kebutuhan jasmaniah. kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada


setiap orang. tindakanya yang memungkinkan rasa nyaman pada klien lanjut usia
(salah satunya adalah sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik, dan
sebagainya)
2. Kebutuhan emosi. untuk mengambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut
usia dalam menghadapi kematian.
Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang
timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian)
Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya misalnya
lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan masa lalu dan
kemudian hari, bila pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sesaat.
ingat tidak semua orang senang membicarakan kematian.
Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.

petimbangan kusus dalam keperawatan:

1. Tahap SAYA (penolakan dan rasa kesendirian)


Mengenal atau mengetahui proses bahwa ini umumnya terjadi karena menyadari
akan datangnya kematian atau ancaman maut.
Berikan kesempatan kepada klien menganjur usia untuk menggunakan caranya
sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tidak merusak.
Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi kematian. luangkan waktu,
10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap atau sekedar bersamanya.

2. Tahap II (Marah)
Mengenal atau memahami perilaku serta tanda-tandanya.
Berikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk mengungkapkan
kemarahanya dengan kata-kata.
ingat bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan “mengapa hal ini terjadi
pada saya..?”
Seringkali perasaan mini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara
klien lanjut usia bertingkahlaku.
3. Tahap Aku Aku Aku (Tawar-tawar)
Mengambarkan proses yang menawar waktu
Klien lanjut usia untuk pengguna sebutan seperti seandainya “saya...”
Berikan kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi kematian
dengan tawar – menawar.
Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. cara demikian dapat menujang
kemampuan perawat untuk mendengarkan ungkapan perasaanya.
4. Tahap IV (depresi)
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian yang
tidakdapat di hindarkan itu. dan kini kesedian akan kematian itu sudah
membayanginya.
Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. ingat bahwa tindakan ini
haya memenuhi kebutuhan petugas. jangan takut melihat klien lanjut usia atau
keluarganya menangis. hal ini merupakan sebutan pengekpresian kesedihanya
anda boleh saja ikut pura-pura cinta.
“apakah saya akan mati ?“ sebab sungguh pertanyaan klien lanjut usia tersebut
hanya sekedarnya m,engisi dan menghabiskan waktu untuk membincangkan
perasaannya sebaliknya mencari jawaban. biasanya klien lanjut usia bertanya
sesuatu, ia sebenarnya sudah tau jawaban. apakah anda merasa aku akan mati ?
5. Tahap V
Membedakan antar sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap kematian
yang akan terjadi. sikap menerima: klien lanjut usia telah menerima, dapat
mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak akan menolak. Sikap menyerah:
sebenarnya klien lanjut usia tidak diinginkan kematian ini terjadi, tetapi tahu bahwa
ini akan terjadi . klien lanjutusia tidak merasa aman dan damai.
Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali dalam sehari).
sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia oleh karena itu,
sediakan waktu untuk berbicara dengan mereka.
Berikan kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan perhatianya
sebanyak mungkin.
E. Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal

Lanjut usia berhak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati. lanjut
usia,
1. Berhak untuk merasakan, mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja
berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menyalakan terus harapan,
meskipun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
dekat dengan cara sendiri
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatanya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan perhatian medis dan perawatan,
meskipun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan anggota rasa
nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu
10. Berhak untuk mendapatkan bantuan diri dan untuk keluarganya dalam
menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan mendapat kasih sayang
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi atas keputusan
yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain
13. membicarakan dan meluaskan pengalaman keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dirasa
hormati setelah mati.

F. Keperawatan Paliatif
Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk mau, melainkan
berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. kunci keperhasilan kerja
interdisiplin ketergantungan pada tangung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan
kemahiran dan spesialisasinya, sehingga setiap kali pimpinan berganti, tugas provesi
masing-masing tidak akan terganggu keberhasilan termasuk paliatit pada pasien lanjut
usia satu akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk upaya
penanggulangan gejala yang sama pada pasien yang lain.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang diantara keduanya. keluarga
pasien (lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek suasana tetap nyaman dan
stres, baik fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan khawatir kehilangan
orang yang dicintainya. dari observasi yang di lakukan, didapatkan hasil bahwa
sikap/kebutuhan keluarga adalah
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. ingin mendapatkan informasi tentang kematian
3. ingin selalu bersama lanjut usia
4. ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. ingin mendapatkan informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. ingin melepaskan/pelabuhan isi hati
7. ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga / kerabat lain.
8. ingin diterima, mendapat bimbingan, dan dukungan dari para petugas
medis/perawat.

Pengamatan tersebut didudukung dengan beberapa pernyataan meyakinkan bahwa


keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya bagi lanjutan usia yang juga perlu
diselenggarakan adalah menajemen dalam keluarga untuk mengatur giliran jaga, mengatur
pendanaan, memenuhi kebutuhan fasilitas lanjkut usia dan lain-lain. pada kenyataannya
lanjut usia dapat diajak diskusi untuk diminta pertimbangannya dampak positifnya adalah
lanjut usia merasa dianggap dan dihargai walaupun fisiknya tidak berdaya kelelahan fisik
dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan penurunan kwalitas pelayanan
perawatan dirumah bila ini terjadi sebaiknya untuk sementara waktu lanjut usia di titipkan
di rumah sakit member kesempatan kepada keluarga untuk beristirahat dukungan pada
keluarga agar masa sulit sangat penting yaitu :

1. pada saat perawatan


2. pada saat mendekati kematian
3. pada saat masa kematian
4. pada saat duka

Beban sulit dirasa berat bila lanjut usia dirawat namun hal tersebut akan menimbulkan
keseimbangan bila lanjut usia telah meninggalkan dan adanya rasa puas karena keluarga
telah memberi sesuatu yang paling berharga bagi lanjutb usia , termasuk kebanggaan
keluarga, kedekatan dengan lanjut usia akan tetap berkesan bagi keluarga yang
ditinggalkannya

Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota tim
perawat paliatif. silaturahmi dapat berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga lanjut usia
sebagai relawan dapat disimpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan suatu proses
perawatan yang cukup kompleks pendekatan holistic (menyeluruh) terhadap lanjut usia
dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh faktor fisik, spikis, sosial,
spiritual dan budaya pasien keberhasilan program tidak dapat dijamin tanpa kemantapan
dokter dan tim paliatif dan kualitas ilmu kualitas, karya dan kualitas perilaku, serta
pertimbangan etika dalam oelaksanaannya perawat/timperawatan paliatif perlu dan harus
memperhatikan serta mengaku kutipan

G. Penatalaksanaan
1. Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan.
pasien didampingi oleh keluarga dan petugas.usahakan pasien dalam keadaan bersih
dan suasana tenang
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.
memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien. berikan bantuan
kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
pengkajian pada klien dengan penyakit terminal. menggunakan pendekatan holistik
yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit
dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial
juga salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji dan psikososial
pada klien terminal yang dengan menggunakan metode “ PERSON”

a. Metode person
 P: Personal Strenghat.
Yaitu : kekuatan seseorang ditunjukan melalui gaya hidup kegiatannya atau
pekerjaan.
Contoh yang positif : bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung
jawab penuh dan nyaman, bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-
hari.
Contoh yang negatif : kecewa dalam pengalaman hidup
 E: Emotional Reaction .
Yaitu : reaksi emosional yang ditunjukan kepada klien.
Contoh yang positif : binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan
Contoh yang negatif : tidak merespon (menarik diri)
 R: Respon to stres.
Yaitu : respon terhadap klien disituasi saat ini atau dimasa lalu
Contoh yang positif :
- memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
- menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya latihan dan olehraga
Contoh yang negatif :
 menyangkal masalah
 pemakaian alkohol
 S: Suport system
Yaiu : keluarga atau orang lain yang berarti
Contoh positif :
 keluarga
 lembaga dimasyarakat

Contoh yang negatif : tidak mempunyai keluarga

 O : Optimun healt goal


Yaitu : alasan untuk menjadi lebih baik.
Contoh yang positif :
 menjadi orang tua
 melihat hidup sebagai pengalaman positif

Contoh yang negatif :

 pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat


 tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
 N : Nexsus.
Yaitu : bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseoranf mempunyai
penyakit atau mempunyai gejalah yang serius
Contoh yang posituf :
- melibatkan diri dalam perawatan dan pengibatan
Contoh yang negatif :
- tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan
- menunda keputusan
b. Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah mekanisme fisiologi yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain setiap perubahan fungsi yang mengaturnya berkaitan satu sama
lain setiap perubahan fungsi yang berlainan dengan keadaan yang normal
dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.

c. Tingkat kesadaran.
1. Komposmentis : sadar sempurna
2. Apatis : tidak ada persaan/kesadaran menurun
3. Somnolen : kelelahan (mengantuk berat)
4. Soporus : tidur lelap patologis (tidur pulas)
5. Subkoma : keadaan tidak sadar/hampir koma
6. koma : keadaan pingsan lama disertai dengan daya reaksi

2. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas ketakutan individu keluarga diperkirakan dengan situasi yang tak
dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat di perkirakan takut akan kematian
3. Intervensi keperawatan

Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Ansietas Setelah dilakukan 1.Bantu klien untuk 1.Ansietas
ketakutan individu tindakan mengurangi cenderung untuk
keluarga keperawatan ansietasnya. memperburuk
diperkirakan diharapkan 2. kaji tingkat masalah menjebak
dengan situasi ansietas klien ansietas klien klien pada
yang tak dikenal, dapat teratasi rencanakan lingkungan
sifat dan kondisi dengan penyuluhan bila peningkatan
yang tidak dapat di Kriteria hasil : tingkatnya rendah ansietas tegang.
perkirakan takut - klien tidak cemas atau sedang emosional dan
akan kematian lagi 3. dorong keluarga nyeri fisik
- klien memiliki dan teman untuk 2. bebrapa rasa
suatu harapan mengungkapkan takut disadari oleh
serta semangat ketakuta-ketakutan beberapa i formasi
hidup mereka yang tidak akurat
dan dapat
dihilangkan dengan
memberikan
informasi akurat
klien dengan
ansietas bert
stsupun tidak
menyerap pelajaran
3. pengungkapan
memungkinkan
untuk saling
berbagi dan
memberikan
kesempatan untuk
saling berbagi dan
membiarkan
kesempatan untuk
memperbaiki
konsep yang tidak
benar.

.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho. Wahyudi 2008. Kep geronik dan geriaatric. Jakarta : EGC

Nugroho Wahyudi 2000.Kep geronik dan geriatric.jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai