Anda di halaman 1dari 8

Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang mengalami

sakit atau

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL

RSU Pesanggrahan
Jl. Cenek No. 1, Pesanggrahan, Telp: 021-7356087,
Fax: 021-7356085, Email: rsupesanggrahan@gmail.com,
Jakarta 12320
RSU Pesanggrahan
Jl. Cenek No. 1, Pesanggrahan, Telp: 021-7356087,
Fax: 021-7356085, Email:
rsupesanggrahan@gmail.com,
Jakarta 12320
PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL
A. Defenisi
Penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses
kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien yang berada pada tingkat akhir
hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan kebutuhannya yang unik. Pasien
dalam tahap ini dapat menderita gejala lain yang berhubungan dengan proses penyakit atau
terapi kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor psikososial, agama,
dan budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga dan pemberi layanan
dapat diberikan kelonggaran melayani pasien tahap terminal dan membantu meringankan
rasa sedih dan kehilangan. Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa
disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Kondisi terminal adalah: Suatu
proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan
fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito ,1995 ).
Pasien Terminal adalah pasien – pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M.
Stevens, dkk ,hal 282, 1999 ). Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu
pendampingan dalam kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .Manusia
dilahirkan, hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu
adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan
(P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ). Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang
sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk
meninggal. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu,
dr.H.Ahmadi NH,Sp.KJ juga mendefininisikan Death :
1. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible.
2. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.

Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death
merupakan dari hidup. ( Eny Retna Ambarawati, 2010).

B. Tujuan
1. Menghargai nlai yang dianut
2. Mengikutsertakan pasien dan keluaga dalam aspek pelayanan kesehatan.
3. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari pasien
dan keluarga nya.
4. Diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam kaitannya dengan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
5. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ cara
menangani pasien yang sakaratul maut atau hampir meninggal”.

C. Tatalaksana
Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik dalam
pelayanan yang penuh hormat dan kasih-sayang. Perhatian terhadap kenyamanan dan
martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan. Agar
dapat terlaksana, semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya. Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri, respons terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama, budaya
pasien dan keluarganya, serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
Tatalaksana pelayanan pada pasien yang mengalami tahap terminal dan sakaratul maut
ini dapat dilihat hal-hal yang berkaitan seperti : Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai
Menjelang Kematian. Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami
oleh seseorang berbeda-beda. Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya
tentang deskripsi rentang pola hidup sampai menjelang kematian adalah Martocchio.
Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai
berikut :

1. Pola Puncak dan lembah


Pola ini karakteristik periodik yang sangat tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah).
Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi atau besar.
Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai
bisa menimbulkan depresi.
2. Pola dataran yang turun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus
bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama atau setelah periode kesehatan yang
stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa di pastikan.
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap atau stabil,
yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi ini dapat diramalkan dalam
waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim ditemui
di unit Khusus (Intensive Care Unit).
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut dan hampir tidak teramati sampai
akhirnya mengebat menuju maut.

Perkembangan Persepsi Tentang Kematian


Didalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat
menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu adalah sesuatu hal
yang biasa saja, yang ada dipikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi
pada orang tua yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian. Seiring dengan
perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti tentang apa itu kematian.
Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur yang didefinisikan
oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :

 Bayi umur ± 5 tahun


Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur atau pergi yang
temporer.
 5 – 9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
 9 – 12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat
mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua atau dewasa
lainnya.
 12 – 18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang
kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
 18 – 45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.
 45 – 65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak kecemasan.
 65 tahun keatas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebas nya dari
rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

Ciri-Ciri Pokok Pasien


Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang khas
antara lain :
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur angsur yang dimulai pada
gerakan paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang terasa
dingin dan lembab.
2. Kulit nampak kebiru biruan kelabu atau pucat
3. Nadi mulai tak teratur lemah dan pucat
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene nokes
5. Menurunnya tekanan darah peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi dari
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
tampak lebih pasrah menerima.
Tatalaksana pelayanan pasien tahap terminal di RSUD Pesanggrahan terdiri dari antara
lain :
 Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan
persetujuan pasien dan atau keluarganya.
 Melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai pada pasien tahap terminal.
Problem yang berkaitan dengan kematian antara lain :
1. Problem fisik yang berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya.
2. Problem psychologi, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol, ketergantungan, dan
kehilangan diri dan harapan.
3. Problem sosial isolasi dan perpisahan.
4. Problem spiritual.
5. Ketidaksesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat (
dokter, perawat, keluarga dan sebagainya).
 Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan hormat
dan respect.
 Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau sekunder
serta memberikan pengobatan sesuai permintaan pasien dan keluarga.
 Menyediakan akse terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi alternative atau terapi non
tradisional .
 Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan
keluarga.
 Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta
edukasi terhadap mekanisme penanganannya.
 Peka dan tanggap terhadap harapan keluarga pasien.
 Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis lainnya.
 Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan.

Layanan tahap akhir di rumah sakit dilakukan di instalasi gawat darurat dan di unit
rawat inap. Adapun proses operasional layanan ini atau asesmen pasien tahap
terminal dilakukan oleh perawat/ bidan dengan kualifikasi lulusan D3/ D4/ S1
keperawatan yang mempunyai surat tanda registrasi (STR), yang meliputi intervensi
atau mengurangi rasa sakit, gejala primer atau sekunder, mencegah gejala dan
komplikasi sedapat mungkin intensitas dalam hal masalah psikologis, pasien dan
keluarga, masalah emosional dan kebutuhan spiritual mengenai kematian ,
intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga, serta
mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam pemberian pelayanan.

Fasilitas Pelayanan Pada Pasien Tahap Terminal di Instalasi Gawat Darurat


Fasilitas yang ada :
1. Monitor
2. Ekg
3. Defibrillator
4. Ambubag (VSM)
5. Masker oksigen dan tabung oksigen
6. Suction set
7. Endotracheal tube
8. Kateter
9. Pipa endotracheal
10. NGT
11. Disposible spuit
12. Alcohol swab
13. Injeksi plug
14. Wing niddle
15. Infus set
16. Injeksi analgesic
17. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamine, sulfas atropine, dan lain-lain).

Ruang ICU
1. Monitor
2. Ekg
3. Defibrillator
4. Ambubag (VSM)
5. Masker oksigen dan tabung oksigen
6. Ventilator
7. Suction set
8. Endotracheal tube
9. Kateter
10. Pipa endotracheal
11. NGT
12. Disposible spuit
13. Alcohol swab
14. Injeksi plug
15. Wing niddle
16. Infus set
17. Injeksi analgesic
18. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamine, sulfas atropine, dan lain-lain).
Ruang rawat inap
Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut menempati ruang biasa seperti
zaal, maka pasien ditempatkan pada bagian pinggir dekat jendela, dan ditemani oleh keluarga
dan dimonitor oleh perawat sebagai penanggung jawab untuk mengontrol kondisi
pasien, dan bila sewaktu-waktu mengalami perubahan kondisi dan melaporkan pada
Dokter Penanggung Jawab Pasien atau dokter jaga IGD untuk memastikan kondisi pasien.
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tindakan perawatan pasien setelah meninggal
dunia atau perawatan jenazah, dengan tujuan : Membersihkan dan merapikan jenazah,
memberikan penghormatan terakhir dan rasa puas kepada sesama insani.
Peralatan yang diperlukan :
1. Celemek atau Skort
2. Verban atau kassa gulung
3. Pinset
4. Sarung tangan
5. Gunting perban
6. Bengkok atau piala ginjal 1
7. Baskom 2
8. Waslap 2
9. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
10. Kartu identitas pasien atau gelang identitas
11. Kapas lipat lembab dalam koran
12. Kasa berminyak dalam kom
13. Kapas lipat kering dalam kom
14. Kapas berminyak (Baby oil) dalam kom
15. Kapas alkohol dalam kom
16. Lysol 2-4%
17. Ember bertutup
Prosedur :
1. Memberitahukan pada keluarga pasien
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah
3. Mencuci tangan
4. Memakai celemek atau skort
5. Memakai hands scoon
6. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada keluarga pasien
(dimasukkan dalam kantong plastik).
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dan lain-lain)
8. Membersihkan mata pasien dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
9. Membersihkan bagian hidung kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
10. Membersihkan bagian telinga dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
11. Membersihkan bagian mulut dengan kassa
12. Merapikan rambut jenazah dengan sisir.
13. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban gulung.
14. Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki
15. Membuka pakaian bagian atas jenazah, taruh dalam ember
16. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban gulun
17. Membuka pakaian bagaian bawah, taruh dalam ember
18. Membersihkan genetalia dengan kassa kering dan waslap
19. Membersihkan bagian anus dengan cara memiringkan jenazah ke arah kiri dengan
meminta bantuan keluarga.
20. Memasukkan kassa berminyak ke dalam anus jenazah
21. Melepaskan stick laken dan perlak bersamaan dengan membentangkan kain kafan, lipat
stick laken dan taruh dalam ember.
22. Mengembalikan ke posisi semula
23. Mengikat kaki dibagian lutut jenazah, pergelangan kaki, dan jari-jari jempol dengan
menggunakan verban gulung
24. Mengikatkan identitas jenazah, pada jempol kaki
25. Membuka boven laken bersamaan dengan pemasangan kain kafan
26. Jenazah di rapikan dan dipindahkan ke brankart
27. Alat-alat tenun dilepas dan dimasukkan ke dalam ember serta melipat Kasur
28. Merapikan alat
29. Melepas hand scoon
30. Melepaskan celemek
31. Mencuci tangan

D. Dokumentasi
1. Status rawat jalan emergency (Instalasi Gawat Darurat) RM ……
2. Status rawat inap RM …. / Catatan Pelayanan antar profesi kesehatan
3. Format asesmen pasien tahap terminal
4. Format pelayanan kerohanian
5. Buku catatan pelayanan kerohanian
6. Surat kematian.

E. Penutup
Pelayanan tahap terminal merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit, yang terkait dengan keenam dasar fungsi RS, yaitu peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, pendidikan, dan penelitian. Dengan pelayanan Tahap
terminal yang tepat dan berhasil guna akan membantu pasien dan keluarganya
dalam melewati fase kritisnya. Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut
(dying) oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus
jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Perawat memiliki peran untuk
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut
dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada
pasien. Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga
pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat. Panduan Pelayanan Tahap Terminal ini
merupakan panduan bagi pelaksana pelayanan pada tahap terminal yang diselenggarakan
di RSUD Pesanggrahan. Dengan ini , diharapkan pelayanan pada tahap terminal yang
diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan
kemajuan RS.

Anda mungkin juga menyukai