Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TAHUNAN 2019

HIGHT CARE UNIT


RSUD PESANGGRAHAN

Disusun oleh :
TEAM HCU

RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Tahunan 2019 Hight Care Unit RSUD
Pesanggrahan”. Laporan ini disusun sebagai salah tanggung jawab untuk melaporkan kondisi
unitnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaporan ini masih jauh dari sempurna, Untuk itu
penulis akan sangat menghargai segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan
pembuatan makalah yang akan datang. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Aditya
Galatama, Mars selaku direktur RSUD Pesanggrahan dan teman-teman perawat HCU. Akhirnya
penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
lainnya untuk melakukan perubahan lebih baik khususnya HCU RSUD Pesanggrahan.

Jakarta, Januari 2020

Team HCU
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Visi, misi ......................................................................................... 1

BAB II GAMBARAN UMUM TEORITIS IGD .......................................... 3


A. Arsitektur Bangunan ....................................................................... 3
B. Struktur Bangunan .......................................................................... 6
C. Prasarana Bangunan ........................................................................ 7

BAB III IGD RSUD PESANGGRAHAN ..................................................... 15


A. Struktur Organisasi ........................................................................ 15
B. Daftar Inventaris Barang dan Alkes .............................................. 16
C. Gambaran Umum Capaian IGD Tahun 2017 ............................. 17
D. Sasaran Mutu IGD ......................................................................... 17

BAB IV LAPORAN KUNJUNGAN PASIEN .............................................. 18

A. Jumlah Total Pasien IGD 2017 ..................................................... 18


B. Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan IGD 2017 ................ 19
C. Jumlah Pasien Rujuk IGD 2017 .................................................... 21
D. Jumlah Pasien Meninggal IGD 2017 …………………………………….. 22

BAB V PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN IGD ................. 24


A. Perencanaan Pelatihan .................................................................... 24
B. Kendala dan Harapan ..................................................................... 24

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 26


A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran ............................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan
: (1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; (2)
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit; (3) Meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; (4) Memberikan kepastian hukum
kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Pesanggrahan pada awalnya merupakan
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Dibangun awal tahun 2002 di area lokasi seluas
2566 m² dan mulai beroperasi tahun 2003. Sejak awal tahun 2002 hingga kini banyak
mengalami perubahan dan kemajuan pesat. Sekarang sudah berubah dari Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan menjadi Rumah Sakit Umum Tipe D Kecamatan
Pesanggrahan.
Pada tahun 2015 bulan April launching Rumah Sakit Umum Pesanggrahan Tipe D
dan sudah mulai pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan HCU dibuka pada tahun
2017, hingga saat ini sarana dan prasarana semakin berkembang guna peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.

B. Visi, Misi
1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pesanggrahan
a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama yang memberikan pelayanan prima
dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju Jakarta sehat untuk semua
tahun 2017.
b. Misi
1) Menyelenggarakan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan menciptakan rasa
aman dan nyaman bagi pasien
2) Menjadikan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan menciptakan rasa aman
dan nyaman bagi pasien
3) Meningkatkan sarana prasarana dan peralatan yang mendukung mutu
pelayanan kesehatan
4) Mengembangkan potensi, kompetensi, etos dan budaya kerja, Sumber Daya
Manusia agar selalu siap menghadapi perubahan serta meningkatkan
kesejahteraan Sumber Daya Manusia
5) Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dan mengelola
administrasi keuangan secara cepat dan akurat sesuai standar akuntansi
keuangan
2. Visi dan Misi IGD
a. Visi
Menjadi IGD yang terdepan dalam kualitas untuk usaha keselamatan pasien
menuju Jakarta sehat.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan emergency yang bermutu dengan tenaga perawat yang
profesional
2) Melakukan pelayanan emergency dengan penuh empati dan tanggung jawab
3) Meningkatkan komunikasi terapeutik kepada pasien dan keluarga dalam
pemberian pelayanan emergency
BAB II
GAMBARAN UMUM TEORITIS INSTALASI GAWAT DARURAT

A. Arsitektur Bangunan
1. Lokasi
a. Bangunan ruang gawat darurat terletak dilantai dasar dengan akses masuk
yang mudah dicapai terutama untuk pasien yang datang dengan
menggunakan ambulan.
b. Pintu masuk bangunan ruang gawat darurat harus terpisah dengan pintu
utama masuk rumah sakit atau dengan pintu masuk untuk pasien rawat
jalan/ poliklinik. atau pintu masuk bangunan penunjang rumah sakit.
c. Lokasi bangunan ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal
dari jalan raya baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau tanda
arah lainnya.
d. Rumah Sakit yang memiliki tapak berbentuk memanjang mengikuti panjang
jalan raya, maka pintu masuk ke area IGD disarankan terletak pada pintu
masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk ke
area rumah sakit.
e. Bangunan ruang gawat darurat disarankan terletak berdekatan dengan
bagian penerimaan pendaftaran (admission), bagian keuangan dan bagian
rekam medik, atau memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah. Pada
malam hari, bangunan ruang gawat darurat akan merupakan pintu masuk
utama ke rumah sakit bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan.
f. Bangunan ruang gawat darurat memiliki akses yang cepat dan mudah ke
lokasi bangunan ruang operasi, ruang Gawat Darurat, ruang kebidanan,
laboratorium dan bank darah rumah sakit, serta farmasi 24 jam.
g. Bangunan ruang gawat darurat disarankan untuk memiliki area yang dapat
digunakan untuk penanganan korban bencana massal.
2. Desain
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat disain sebuah IGD yaitu
bahwa jalan masuk ambulans harus cukup luas yang dapat menampung lebih
dari 2 ambulans. Jalan masuk ambulans di depan pintu IGD untuk
menurunkan penumpang harus terlindung dari cuaca. Tempat parkir
ambulans harus tersedia selain untuk staf medis maupun pengunjung.
b. Karena pengunjung maupun pasin selalu datang dalam keadaan tergesa-gesa
dan mengalami kepanikan maka pengaturan alur pasien harus baik, demikian
pula disain bagian ini harus membuat suasana adanya hubungan masyarakat
yang baik.
c. Disain harus memungkinkan kecepatan pelayanan dapat dilakukan, bila
terjadi hambatan dalam alur yang memperlambat pelayanan akan
memberikan kesan yang tidak baik dalam memberikan pelayanan kegawat
daruratan.
d. Tata letak ruang dalam bangunan IGD tidak boleh memungkinkan terjadinya
infeksi silang (cross infection).
3. Alur Kegiatan
4. Tata Ruang
a. Tata ruang akan mengikuti alur pelayanan dimulai dengan area Triase yang
sebaiknya disiapkan juga area tempat penyimpanan brankar (stretcher bay) dan
kursi roda (wheel chair).
b. Pasien yang darurat (emergency) atau perlu pertolongan segera akan ditangani di
ruang tindakan, dan pasien yang gawat darurat (urgent) atau ada ancaman
kematian akan di tangani di ruang resusitasi, sedangkan pasien yang tidak
gawat tidak darurat akan ditangani di false emergency atau poliklinik 24 jam.
c. Area publik khususnya ruang tunggu keluarga pasien, disarankan dilengkapi
dengan toilet dan kantin (caffee/snack bar).
d. Area dekontaminasi dikhususkan untuk pasien yang terkontaminasi bahan
kimia, terutama bagi IGD yang berada dekat dengan daerah industri. Area ini
ditempatkan di sisi depan/luar IGD atau terpisah dengan IGD.
5. Komponen dan Bahan Bangunan
Sebagai bagian dari Rumah Sakit, beberapa komponen bangunan yang ada
di Ruang Gawat Darurat memerlukan beberapa persyaratan, antara lain :
a. Komponen Penutup Lantai
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan
porositas yang tinggi yang dapat menyimpan debu.
2) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
3) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
4) pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70, penutup lantai harus
dari lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi
basah).
5) Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding harus
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
6) khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia,
daerah yang mudah terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari
bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan.
b. Komponen Dinding
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
2) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung
pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding disarankan tidak
siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan.
c. Komponen Langit-Langit
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak
berjamur.
2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu.
3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
d. Komponen Pintu dan Jendela
Komponen pintu dan jendela memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Pintu dan Jendela harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak
berjamur.
2) Pintu masuk dari area drop off ke ruang gawat darurat disarankan
menggunakan pintu swing dengan membuka ke arah dalam dan alat
penutup pintu otomatis (;automatic door closer).
3) Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau
dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses
pasien tirah baring memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
4) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp
atau perbedaan ketinggian lantai.
5) Apabila ada jendela, maka bentuk profil kusen seminimal mungkin, supaya
tidak menyimpan debu.

B. Struktur Bangunan
1. Bangunan Ruang Gawat Darurat, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan Ruang Gawat Darurat, lokasi, keawetan, dan
kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
2. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi
sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul
akibat gempa dan angin.
3. Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Gawat Darurat terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Gawat Darurat, baik bagian dari
sub struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh
gempa rancangan sesuai dengan zona gempanya.
4. Struktur bangunan Ruang Gawat Darurat harus direncanakan secara detail
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi
keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan
Ruang Gawat Darurat menyelamatkan diri.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa
dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar
teknis yang berlaku.

C. Prasarana Bangunan
1. Persyaratan Prasarana Yang Menunjang Faktor Keselamatan
Pelayanan pada bangunan Ruang Gawat Darurat, termasuk “daerah pelayanan
kritis”, oleh Karena itu harus diperhatikan faktor keselamatan pada bangunan
Ruang Gawat Darurat.
a. Sistem Proteksi Petir
1) Bangunan Ruang Gawat Darurat yang berdasarkan letak, sifat geografis,
bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir,
harus dilengkapi dengan Ruang proteksi petir.
2) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap
bangunan Ruang Gawat Darurat dan peralatan yang diproteksinya, serta
melindungi manusia di dalamnya.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan Ruang sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 –
2004, atau edisi terakhir dan Permenkes No. 2306/Menkes/per/XI/2011
tentang Persyaratan Teknis Prasarana Ruang Elektrikal Rumah Sakit.
b. Sistem Proteksi Kebakaran
1) Bangunan Ruang Gawat Darurat yang berdasarkan letak, sifat geografis,
bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir,
harus dilengkapi dengan Ruang proteksi petir.
2) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap
bangunan Ruang Gawat Darurat dan peralatan yang diproteksinya, serta
melindungi manusia di dalamnya.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan Ruang sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 –
2004, atau edisi terakhir dan Permenkes No. 2306/Menkes/per/XI/2011
tentang Persyaratan Teknis Prasarana Ruang Elektrikal Rumah Sakit.
a) Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sarana Keselamatan Jiwa,
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI, 2012.
b) Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem Proteksi Kebakaran
Aktif, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan.
c. Sistem Kelistrikan
Ruang elektrikal pada bangunan Ruang Gawat Darurat termasuk Kelompok 1
untuk ruang triase, observasi dan tindakan, sedangkan pada ruang resusitasi termasuk
dalam Kelompok 2 dengan luminer dan perlengkapan listrik medik penunjang hidup
yang memerlukan suplai daya dalam 0,5 detik atau kurang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan
Ruang elektrikal serta proteksi untuk keselamatan terkait Ruang elektrikal di rumah
sakit mengikuti Permenkes No. 2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Ruang Elektrikal Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan RI, 2011.
d. Sistem Gas Medik dan Vakum Medik
Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya. Ketentuan mengenai
sistem gas medik dan vakum medik di rumah sakit mengikuti ”Pedoman Teknis
Ruang Gas Medik dan Vakum Medik di Rumah Sakit” yang disusun oleh Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.
2. Persyaratan Prasarana Yang Menunjang Faktor Kesehatan Lingkungan
a. Sistem Ventilasi
1) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan Ruang Gawat
Darurat harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/
buatan sesuai dengan fungsinya dan tingkat kontaminasi oleh lingkungan
sekitar bangunan Ruang Gawat Darurat.
2) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat. Misalkan tingkat kontaminasi oleh lingkungan sekitar
bangunan Ruang Gawat Darurat tinggi, jarak antar bangunan tidak
memungkinkan udara bersih untuk masuk.
3) Bila memakai sistem ventilasi mekanik/buatan maka Ruangnya harus
dilakukan pembersihan/penggantian filter secara berkala untuk mengurangi
kandungan debu dan bakteri/kuman.
4) Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan Ruang Gawat
Darurat.
5) Pada ruang tindakan minimal enam kali total pertukaran udara per jam.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan
Ruang Gawat Darurat mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata
Udara pada Bangunan Rumah Sakit” yang disusun oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.
b. Sistem Pencahayaan
1) Bangunan Ruang Gawat Darurat harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai
dengan fungsinya.
2) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan Ruang Gawat Darurat.
3) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Gawat
Darurat dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi,
dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
4) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan Ruang Gawat Darurat dengan fungsi tertentu,
serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
5) Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca
dan dicapai, oleh pengguna ruang.
6) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.
7) Pencahayaan ruangan dapat menggunakan lampu fluorescent,
penggunaan lampu-lampu recessed disarankan karena tidak
mengumpulkan debu.
8) Penggunaan lampu yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan
menghindari pemakaian lampu dengan efikasi rendah. Disarankan
menggunakan lampu fluoresent dan lampu pelepas gas lainnya.
9) Pemilihan armature/fixture yang mempunyai karakteristik distribusi
pencahayaan sesuai dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang
tinggi dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu.
10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan Ruang Gawat
Darurat mengikuti:
a. SNI 03 – 2396 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung.
b. SNI 03 – 6575 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung,
c. SNI 03 – 6574 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan tanda peringatan,
d. atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
c. Sistem Sanitasi
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan Ruang Gawat
Darurat harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
1) Sistem Air Bersih
a) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusi air rumah
sakit.
b) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan Ruang Gawat
Darurat harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang
disyaratkan.
c) Sistem Plambing air bersih/minum dan air buangan/kotor mengikuti
persyaratan teknis sesuai SNI 03-6481-2000 atau edisi terbaru, Sistem
Plambing 2000.
d) Penjelasan lebih lanjut mengenai Ruang air bersih rumah sakit dapat
dilihat pada “Pedoman Prasarana Ruang Air Bersih di Rumah Sakit”,
yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2012.
2) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
a) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah dialirkan ke Ruang
pengolahan Air Limbah (IPAL).
b) Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas, baik limbah medis maupun non-medis dapat
dilihat pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
3) Sistem pembuangan limbah padat medis dan non medis.
Sistem pembuangan limbah padat medis dan non medis harus terpisah
pewadahannya dan tertutup sesuai jenis limbahnya mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4) Sistem penyaluran air hujan.
a) Sistem penyaluran air hujan pada bangunan di daerah resapan air
hujan harus diserapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan
ke sumur resapan. Untuk daerah yang bukan daerah resapan maka air
hujan dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan
cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
c) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
3. Persyaratan Prasarana Yang Menunjang Faktor Kenyamanan.
a. Sistem pengkondisian udara
1) Sistem pengkondisian udara harus mempertimbangkan :
a) Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan,
dan penggunaan bahan bangunan.
b) Kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
c) Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
2) Kelembaban relatif yang dianjurkan pada ruang tindakan adalah 30 –
60%. dan temperatur rancangan 21.1-23.9 0C.
3) Meskipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur,
unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber mikro-organisme yang
datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus dibersihkan dan/atau
diganti secara berkala.
4) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.
5) Penjelasan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan Ruang Gawat
Darurat di Rumah Sakit mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Sistem
Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit” yang disusun oleh Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun
2011.
b. Kebisingan
1) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan Ruang Gawat Darurat, pengelola bangunan Ruang Gawat
Darurat harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan,
dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan Ruang
Gawat Darurat maupun di luar bangunan Ruang Gawat Darurat.
2) Penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat kenyamanan terhadap
kebisingan pada bangunan rumah sakit dapat mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit..
c. Getaran
Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran
yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang dalam
melakukan kegiatannya.
Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau seismik baik yang
berasal dari penggunaan peralatan atau sumber getar lainnya baik dari dalam
bangunan maupun dari luar bangunan.
Tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 48 Tahun 1996, untuk lingkungan kegiatan rumah sakit adalah 55 dB(A).
4. Persyaratan Prasarana Yang Menunjang Faktor Kemudahan.
a. Kemudahan hubungan horizontal
1) Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan Ruang Gawat
Darurat meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,
dan nyaman bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang
cacat.
2) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan
tersedianya hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan RS, akses
evakuasi, termasuk bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk
penyandang cacat.
3) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
4) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran
koridor yang aksesibilitas brankar pasien minimal 2,4 m.
b. Sarana evakuasi
Penjelasan lebih lanjut mengenai sarana evakuasi dapat dilihat pada
“Pedoman Teknis Sarana Penyelamatan Jiwa pada Bangunan Rumah Sakit”,
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2012.
c. Aksesibilitas
Setiap bangunan RS, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut
usia masuk dan keluar ke dan dari bangunan RS serta beraktivitas dalam
bangunan RS secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
1) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum,
jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ramp, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lanjut usia.
2) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas, dan
ketinggian bangunan RS.
BAB III
IGD RSUD PESANGGRAHAN

A. Struktur Organisasi IGD

Direktur RSUK Pesanggrahan


drg. Endah Kartika Dewi

Ka. Sie Pelayanan Medis


Dr. Ni Putu Sunadi

Ka. Satpel IGD


Dr. Suzi

Koord. IGD
Dr. Elfrida

Kepala Ruangan
Ns. Noval Bastian, SKep

PJ Obat PJ Alkes
dr. P. Diana & Dini dr. Uthe & Santo

PJ Rujukan & S. Sakit PJ Inventaris & Linen


dr. Anet, Yendri & Yuli dr. Yusri, Dika & Made

PJ Lap. Triase PJ Lap. Bulanan


dr. Risyad & Ilham dr. Gareth & Eko

PJ Klaim BPJS & ODC PJ ATK


Mitha & Diana dr. Vivid & Muga
B. Daftar Inventaris Barang dan Alkes IGD
Nama Barang &
Jumlah Kondisi barang Keterangan
Alkes
Lemari Obat 1 Baik
Meja Kantor 1 Baik
Lampu emergency 1 Baik
AC 2 AC sentral Baik AC dinding tidak dingin
Bed Pasien 5 Baik
Standar Infus 3 Baik
Troli 4 Baik
Skerm banyak sobek, rail
Skerm 8 Kurang baik
kurang lancar
Tong sampah
2 Baik
infeksius
Tong sampah
2 Kurang baik Engsel penutup patah
noninfeksius
Thermometer digital 2 Baik
Monitor 2 Baik
Syringe pump 3 Baik
Sedang diperbaiki IPSRS
Infus pump 2 Rusak
(baterai bocor)
Alat EKG 1 Baik
Ventilator 1 Baik
Defribilator 1 Baik
Alat Nebulezer 1 Baik
Mesin suction 1 Rusak Sedang diperbaiki IPSRS
Troly emergency 1 Baik
Ambubag Anak 2 Baik
Ambubag dewasa 1 Baik
Set Hecting 5 Baik
Set GV 4 Baik
Telepon 2 Baik
Lemari ATK 1 Baik
(1) Sedang diperbaiki
Spygmomanometer 2 Rusak
IPSRS
Pulse Oximeter 2 Baik
Timbangan Bayi 1 Baik

C. Gambaran Umum Capaian IGD Tahun 2017


1. Peningkatan jumlah pasien IGD dari tahun sebelumnya
2. Peningkatan jumlah SDM
3. Kompetensi paramedis IGD 100% bersertifikat BTCLS aktif
4. Aktivitas dan ruang ttriase yang sudah diterapkan
5. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas terhadap penanganan kasus emergency
6. Penambahan jumlah dan peremajaan fasilitas bed pasien
7. Disiplin 5R yang sudah diterapkan

D. Sasaran Mutu IGD


No. Indikator Standart Minimal

1. Kemampuan melayani life saving 100%


2. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan bersertifikat yang
100%
masih berlaku (ATLS, ACLS, PPGD, BTCLS,BTLS)
3. Ketersediaan Tim penanggulangan bencana 1 Tim
4. Ketersediaan tim Code Blue 24 jam
5. < 5 menit setelah
Waktu tanggap pelayanan perawat atau dokter di IGD
pasien datang
6. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam
7. Lama pasien di IGD sebelum Masuk rawat inap < 8 jam
8. Tidak ada keharusan membayar uang muka 100%
9. kematian pasien < 24 jam < 2 / 1000
10. kepuasan pelanggan > 70 %
11. Klaim pasien BPJS lengkap 100%
12. Rekam Medis pasien berada di IGD < 24 jam 100%
BAB IV
LAPORAN KUNJUNGAN PASIEN

A. Jumlah Total Pasien IGD Tahun 2017


1. Tabel Jumlah pasien

No. TOTAL KUNJUNGAN


BULAN PASIEN
1. JANUARI 1023
2. FEBRUARI 985
3. MARET 1347
4. APRIL 1297
5. MEI 1436
6. JUNI 1642
7. JULI 1751
8. AGUSTUS 1792
9. SEPTEMBER 1594
10. OKTOBER 1563
11. NOVEMBER 1637
12. DESEMBER 1636
JUMLAH
17.703
RATA-RATA PER BULAN
1.476

2. Grafik Jumlah pasien BPJS dan Umum

1400
1182 1043
1200 920 908 1066 1028 1129
1000 944
800
709 692
603
538
600 734
638 605 685 610 619
400 516 566
508 539
200 485 382
0
3. Grafik Perbandingan Total Pasien IGD 2016 dan 2017

20000
17703
18000
16000 14718
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2016 2017

B. Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan IGD Tahun 2017
1. Tabel Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan
No. BULAN RAWAT INAP RAWAT JALAN
1. JANUARI 69 888
2. FEBRUARI 90 859
3. MARET 119 1179
4. APRIL 103 1140
5. MEI 117 1266
6. JUNI 100 1497
7. JULI 113 1598
8. AGUSTUS 148 1598
9. SEPTEMBER 92 1476
10. OKTOBER 107 1410
11. NOVEMBER 114 1471
12. DESEMBER 80 1520
JUMLAH
1.252 15.902
JUMLAH SELURUHNYA
17.154
2. Diagram Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan

1800

1600

1400

1200

1000
1598 1598
Rawat Jalan
1497 1476 1410 1471 1520
800 1266
1179 1140 Rawat Inap
600
888 859
400

200
90 119 103 117 100 113 148 92 107 114 80
69
0

3. Diagram Perbandingan Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan IGD 2016-2017

18000
16000
14000
12000
Rawat
10000 15902 Jalan
Rawat Inap
8000 13973

6000
4000
2000
745 1252
0
2016 2017
C. Jumlah Pasien Rujuk IGD Tahun 2017
1. Tabel Jumlah Pasien Rujuk
BULAN RUJUK
JANUARI 56
FEBRUARI 31
MARET 46
APRIL 43
MEI 40
JUNI 39
JULI 34
AGUSTUS 41
SEPTEMBER 22
OKTOBER 36
NOVEMBER 47
DESEMBER 28

TOTAL 463

2. Tabel Jumlah Pasien Rujuk

60

50
40
30 56
20 46
31 43
40 39
10
34 41
0 47
36
22
28

10 Kasus terbanyak Rujuk : 6. CHF


1. CVD 7. CAD
2. TB Paru 8. ADHF
3. Sepsis 9. Syok Kardiogenik
4. CKD 10. Anemia
5.STEMI/NSTEMI
3. Diagram Perbandingan Jumlah Pasien Rujuk IGD Tahun 2016-2017

500
450
400
350
300
Rujuk
250 463
200
150 285
100
50
0
2016 2017

D. Jumlah Pasien Meninggal IGD Tahun 2017


1. Tabel Jumlah Pasien Meninggal
BULAN MENINGGAL
JANUARI 10
FEBRUARI 5
MARET 3
APRIL 11
MEI 13
JUNI 6
JULI 6
AGUSTUS 5
SEPTEMBER 4
OKTOBER 10
NOVEMBER 5
DESEMBER 8

TOTAL 86
2. Diagram Jumlah Pasien Meninggal

14
13
12
11
10 10 10
8 8
Meninggal
6 6
5 5 5
4 4
3
2

3. Diagram Perbandingan Jumlah Pasien Meninggal IGD Tahun 2016-2017

90
80
70
60
Meninggal
50 86
40
30
20
15
10
0
2016 2017
BAB V
PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN IGD

4. Perencanaan Pelatihan
1. BTCLS secara berkala & ACLS
2. Manajemen Gawat Darurat dan Disaster
3. CI (Clinical Instructure) IGD
4. Phlebotomi & Pemasangan infus
5. Therapi cairan
6. Perawatan Luka
7. Pelatihan EKG

5. Kendala dan Harapan :


1. Kurang sarana dan prasarana (gorden robek dan railnya tidak lancar, heksos/blower di
kamar mandi pasien tidak ada)
2. Kurangnya fasilitas IGD spoel hoek, sehingga penanganan limbah cair masih dibuang di
kloset bahkan di wastafel.
3. Dibutuhkan Medical Check Up skrining kesehatan berkala dan pengobatan bagi
perawat, mengingat resiko tinggi petugas kesehatan terpapar infeksi nasokomial
4. Adanya petugas administrasi di IGD untuk menjadikan pelayanan IGD “Satu Atap”
5. Meningkatkan kerja sama dengan security perihal pengaturan keluar masuk pasien agar
lebih tertib dan penjagaan standby Security di pintu IGD
6. Jalan masuk ambulans di depan pintu IGD untuk menurunkan pasien belum ada,
harapan untuk pembuatan area tempat turun transport pasien di pintu utama IGD, dan
pembuatan alur mobil ‘’One Way”
7. Pertemuan lantai-dinding dan dinding-dinding IGD masih memiliki sudut pada setiap
permukaannya dengan prioritas yang tinggi yang dapat menyimpan debu. Harapan
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan
pembersihan lantai (Hospital plint).
8. Masih ditemukan jamur pada langit-langit bangunan IGD akibat kebocoran AC.
9. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan
ketinggian lantai.
10. Belum tersedianya sentral gas medik dan vakum medic
11. Bekerja sama dengan tim Pokja MFK untuk membentuk tim penanggulangan bencana
12. Bersama dengan tim pokja PAP dalam membentuk tim Code Blue
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
IGD RSUD Pesanggrahan mempunyai visi “Menjadi IGD RSUD Pesanggrahan yang
terdepan dalam memberikan pelayanan emergency cepat, prima dan berorientasi pada keselamatan
pasien menuju Jakarta sehat.” Memiliki 4 bed pasien untuk tindakan dan 1 bed untuk resusitasi.
Pada tahun 2017 total kunjungan pasien IGD 17.703 pasien, sebanyak 1.252 rawat inap dan
15.902 rawat jalan. Jumlah pasien rujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih baik sebanyak 463,
dan pasien yang meninggal pada tahun 2017 sebanyak 86 pasien.

B. Saran
Besar harapan kami Team IGD dapat selalu melakukan pelayanan kegawat
daruratandengan cepat dan profesional. Berdasarkan hasil laporan ini, penulis memberikan
saran sebagai berikut ;
1. RSUD Pesanggrahan
Untuk memberikan pelatihan secara berkala kepada petugas medis dan paramedis guna
selalu dalam bekerja dapat memberikan pelayanan kegawatdaruratan secara prima.
2. IGD RSUD Pesanggrahan
Diharapkan kepada petugas medis dan paramedic IGD selalu memberikan pelayanan
dengan profesional, ramah dan empati kepada pasien. Dapat menjaga 5R ruangan IGD
agar selalu terjaga kerapihan dan kebersihannya.
3. Laporan tahunan berikutnya
Diharapkan kepada IGD RSUD Pesanggrahan untuk dapat melakukan evaluasi dan
pengembangan diri maupun unitnya secara team sehingga pada tahun 2018 IGD RSUD
Pesanggrahan selalu menjalankan misinya dan dapat menjadi RS terbaik dalam melayani
masyarakat sesuai dengan visinya.

Anda mungkin juga menyukai