BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada orang dewasa
maupun anak setiap tahunnya terus meningkat. Sedangkan, pelayanan kesehatan saat ini
belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut,
terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan
tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin.
Pada perawatan pasien dalam kondisi terminal menekankan pentingnya integrasi
perawatan lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan
baik. Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami gejala yang berhubungan
dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan yang
berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan
dengan kematian dan proses kematian. Keluarga dan pemberi pelayanan dapat diberikan
kelonggaran dalam melayani anggota keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu
meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Sangat penting diketahui untuk kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat seperti
memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien sehingga pasien dan keluarga dan ikhlas
dalam menghadapi kondisi sakaratul maut. Untuk meningkatkan pelayanan akan
kebutuhan yang unik ini rumah sakit diperlakuan suatu Panduan. Buku panduan tersebut
diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien tahap terminal
secara komprehensip dan juga terhadap pasien dalam kondisi sakaratul maut.
B. PENGERTIAN
1. Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit
dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi
kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga akan
menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian terapi untuk
memperpanjang atau mempertahankan hidup hanya akan berefek dan memperlama
proses penderitaan atau sekarat pasien
2. Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama makin
memburuk
3. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
4. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
5. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh
jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
6. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan
serebelum.
7. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
8. Witholding life support adalah penundaan bantuan hidup.
9. Withdrowing life support adalah penghentian bantuan hidup.
10. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup (Witholding
life support).
11. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent)
atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup (informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
12. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada
resipien.
13. Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan RS PKU Muhammadiyah Pamotan
Rembang terhadap pasien dan keluarga pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Menghargai nilai yang dianut oleh pasien, agama dan preferensi budaya.
b. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
c. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari pasien dan
keluarganya.
d. Menghilangkan/ mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi.
e. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna.
f. Membantu klien menerima rasa kehilangan.
g. Membantu kenyamanan fisik “ Mempertahankan harapan”.
D. SASARAN
1. Pihak Internal
Sasaran internal dalam hal ini adalah petugas medis maupun non medis RS PKU
Muhammadiyah Pamotan Rembang yang menangani pasien.
2. Pihak Eksternal
Sasaran eksternal dalam hal ini adalah pasien dan keluarga pasien
BAB II
DASAR TEORI
A. PERMASALAHAN PASIEN TAHAP TERMINAL
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun sosial-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi
terminal antara lain:
1. Problem Oksigenisasi adalah respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheynestokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental, agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hipoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi adalah Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltik,kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (misalnya:
Ca Colon), retensiurin, inkontinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit (misalnya: trauma medulla spinalis), oliguri terjadi seiring penurunan intake
cairan atau kondisi penyakit (misalnya: gagal ginjal).
3. Problem Nutrisi dan Cairan adalah asupan makanan dan cairan menurun, peristaltik
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah- pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu adalah ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
5. Problem Sensori adalah Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
6. Problem nyeri adalah ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas adalah seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis adalah klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang
kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi/barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual : klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. Seseorang yang
menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap
berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama
pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan
kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
g. Reaksi pasien atas penyakitnya Pada kondisi pasien tahap terminal ada yang
menyangkal,marah,sedih,maupun rasa bersalah takut
h. Reaksi keluarga atas penyakitnya, Hal ini perlu dikaji untuk memudahkan dalam
memberikan bantuan emosional.
i. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan bagi pasien, keluarga atau
pemberi layanan lain. Saat pasien atau keluarga membutuhkan dukungan dari keluarga
yang lain mungkin akan membutuhkan perlakuan khusus, misalnya keluarga atau orang
yang dikehendaki oleh pasien dapat berkunjung diluar jam kunjung.
j. Apakah ada kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain.
Pasien dan keluarga harus mengetahui tentang kemungkinan ada atau tidaknya alternatif
perawatan atau tindakan serta rujukan ke tingkat pelayanan lain untuk memperbaiki
kondisi pasien.
k. Faktor resiko bagi keluarga yang ditinggalkan Pada keluarga juga perlu dilakukan
pengkajian tentang faktor resiko yang ada
l. Perawat mengkomunikasikan hasil asesmen kepada DPJP
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Proses monitoring pelayanan pada pasien tahap terminal yaitu dengan memonitor
langsung petugas saat menangani pasien tahap terminal dan dengan melihat kelengkapan
formulir asuhan keperawatan pada pasien tahap terminal. Evaluasi dilakukan secara
berkala, setiap 3 (tiga) bulan sekali.