SHALAT
A. PENGANTAR
Dalam ajaran Islam, ibadah shalat merupakan salah satu rukun islam yang wajib
ditunaikan oleh setiap orang Islam yang telah mukallaf. Kewajiban shalat tidak boleh
ditinggalkan apabila waktunya telah sampai, dimana saja dan dalam keadaan
bagaimanapun juga. Sehingga tidak seorangpun yang berkenan meninggalkannya dengan
alasan karena sedang bepergian, atau sedang sakit. Ketentuan semacam ini berlaku umum,
terkecuali pada beberapa keadaan yang mengakibatkan seseorang tidak berkewajiban atau
tidak diperkenanakan menjalankan shalat, seperti keadaan wanita yang sedang datang
bulan, dalam keadaan nifas atau dalam keadaan gila.
Ibadah shalat mengandung hikmah yang sangat besar, sebab selain memnunaikan
perintah Allah, Shalat dapat mencegah diri dari segala perbuatan keji dan merusak, serta
dapat memperkuat akhlak yang mulia, sehingga mampu mencapai derajat kepribadian
yang sempurna.
Rasulullah mengumpamakan kebesaran pribadi orang yang patuh mendirikan
shalat semisal kebersihan jasmani orang yang mandi dengan rajin. Beliau bersabda :
“Sahabat Abu Hurairah mengatakan bahwa dirinya mendengar Rasulullah bertamsil :
Jiakalau didekat rumahmu mengalir sebuah anak sungai, serta ia rajin mandi lima kali
setiap harinya, maka masih adakah kotoran yang melekat pada tubuhnya? Para sahabat
menjawab : jelas bahwa tak ada lagi kotoran yang melekat pada tubuhnya. Kemudian Nabi
meneruskan : demikian itulah gambaran orang yang patuh menjalankan shalat lima kali
sehari, dan dari lantaran itulah Allah membersihkan segala kejahatan manusia.” (Riwayat
Bukhari).
Shalat yang difardhukan atau diwajibkan adalah :
1) Shalat Shubuh, sebanyak dua raka’at, dikerjakan setelah fajar shidiq di pagihari dan
berkahir waktunya tatkala matahari terbit
2) Shalat Dhuhur, sebanyak empat raka’at, dan waktunya dimulai ketika matahari
teregelincir di tengah hari sampai saat panjang suatu bayangan benda setinggi
bendanya sendiri.
3) Shalat ‘Ashar, sebanyak empat raka’at dan waktunyan setelah berkahir waktu
shalat dhuhur hingga saat panjang suatu bayangan benda duakali tinggi bendanya
sendiri, yakni menjelang matahari tenggelam.
4) Shalat Maghrib, sebanyak tiga raka’at, dan waktunya setelah matahari terbenam
hingga warna awan kemerah – merahan diufuk barat telah menghilang
5) Shalat Isya’, sebanyak empat raka’at, dan dilaksanakan sejak waktu berakhirnya
waktu maghrib hingga menjelang fajar pagi.
Waktu – waktu mengerjakan shalat fardlu tersebut telah di tentukan secara jelas,
sehingga apabila waktu mengerjakan ibadah shalat telah tiba, maka diutamakan sekali
kewajiban tersebut segera ditunaikan.
اللَّ ُه َّم، كما باعدت بني املشرق واملغرب،اللَّ ُه َّم بَاع ْد بيين وبني خطاياي
ِ األبيض ِمن ال د
اللَّ ُه َّم اغس لن،َّنس ُ وب ِ
ُ نقِّين من اخلطاي اي كم ا يُنقَّى الث
والبَر ِد ِ ِمن خطَاياي
َ َّلجِ باملاء والث َ َ
Allahumma ba’id baini wa baina khathayaaya kama baa’adta bainal
masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathayaaya kama
yunaqqast tsaubul abyadlu minaddanas. Allahummgahsil bil maa’i wats
tsalji wal barad.
“ Ya Allah jauhkanlah antaraku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan
antara barat dan timur. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan
sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, basuhlah
segala kesalahanku dengan air, salju dan embun.
3) Membaca Surat Al-Fatihah. Didahului dengan ta’awudz (do’a memohon
perlindungan) a’udzubillahi minasy syaithonirrojim artinya : “aku berlindung
kepada Allah dari segala godaan syetan yang terkutuk”. Ta’awudz ini dibaca dengan
lembut, kemudian membacaa basmalah diteruskan membaca surat Al-Fatihah,
sebagai berikut :
ِّ اِ ْه ِدنَا
الصَرا َط الْ ُم ْستَ ِقْي ۙ َم
Ihdinash shirathal mustaqim
“tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus”
َّ ض ْو ِب َعلَْي ِه ْم َواَل ِ ِ
ࣖ َ الضاۤلِّنْي ُ ت َعلَْي ِه ْم ەۙ َغرْيِ الْ َم ْغ
َ صَرا َط الَّذيْ َن اَْن َع ْم
Shirathalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdlubi ‘alaihim waladl dlaaallin
Yaitu Jalan yang telah Engkau anugerahkan kepada mereka yang Engkau kasihi,
bukannya jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan mereka yang sesat.
Sesudah itu hendaklah membaca “aamiiin” yang artinya : “ Ya Allah, kabulkanlah
permohonan kami”.
Kemudian membaca salah satu ayat suci Al-Qur’an secara pelan – pelan sambil
mengenang arti dan maksudnya. Selanjutnya membaca tkabir Intiqal, yaitu takbir sebagai
isyarat perpindahan dari rukun ke rukun shalat lainnya, lalu ruku’
4) Ruku’
a. Membungkukkan separuh badan ke muka,
b. Punggung dan leher membentuk garis lurus
c. Kedua telapak tangan memegang kedua lutut
d. Mebaca tasbih :
اللَّ ُه َّم ا ْغ ِفر ىِل، ك اللَّ ُه َّم ربَّنَا وحِب َ ْم ِد َك
َ َُسْب َحان
ْ َ َ
Subhanaka allahumma rabbana wabihamdika allahummaghfirli
“Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu Ya Allah Tuhan kami,
aku memohon ampunan”
5) I’tidal
- Tegak berdiri seraya mengangkat dua tangan seperti waktu takbiratul ihram
sekaligu membaca :
ِ ِ ِ
ُمَس َع اللَّهُ ل َم ْن مَح َده
Sami’alla:hu liman hamidah
“Semoga Allah berkenan memperhatikan orang yang memujinya”
- Bila kedua tangan telah kemali lurus seperti sediakala, maka dilanjutkan
dengan membaca tahmid i’tidal :
ك اْحلَمد
َ ََربَّنَا َول
Rabbana:walakalhamd
“Ya Tuhan kami, dan segala puji itu hanya lah bagi-Mu semata
6) Sujud
a. Dari i’tidal ke sujud membaca intiqal.
b. Meletakkan kedua lutut dan jari jari kaki diatas lantai dan dihadapkan ke kiblat
c. Meletakkan kedua telapak tangan ke tempat sujud yang disusul oleh dahi dan
hidung yang diletakkan ke tempat bersujud
d. Bagi pria kedua lengan direnggangkan dari lambung. Bagi wanita kedua lengan
dirapatkan ke lambung . kedua siku kedalaman terangkat.
e. Membaca tasbih sujud :
ك اللَّ ُه َّم َربَّنَا َوحِب َ ْم ِد َك اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر يِل
َ َُسْب َحان
Subhaa-nakallahumma rabbanaa wa biham-dika allaahum-maghfil-lii
“Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu Ya Allah, aku
memohon ampunan-Mu.
7) Duduk antara dua sujud
a. Takbir intiqal seraya mengangkat kepala dan duduk dengan tenang
b. Duduk iftirasy, yaitu duduk diatas telapak kaki kiri, sedang kaki kanan
bertumpu dengan ujung jari – jarinya yang dilipatkan ke bawah.
c. Meletakkan kedua telapaktangan diatas kedua lutut, seakan – akan telapak
tangan menggenggam lutut.
d. Membaca do’a :