A. PENGANTAR
Dalam ajaran Islam, ibadah shalat merupakan salah satu rukun islam yang wajib
ditunaikan oleh setiap orang Islam yang telah mukallaf. Kewajiban shalat tidak boleh
ditinggalkan apabila waktunya telah sampai, dimana saja dan dalam keadaan
bagaimanapun juga. Sehingga tidak seorangpun yang berkenan meninggalkannya dengan
alasan karena sedang bepergian, atau sedang sakit. Ketentuan semacam ini berlaku
umum, terkecuali pada beberapa keadaan yang mengakibatkan seseorang tidak
berkewajiban atau tidak diperkenanakan menjalankan shalat, seperti keadaan wanita
yang sedang datang bulan, dalam keadaan nifas atau dalam keadaan gila.
Ibadah shalat mengandung hikmah yang sangat besar, sebab selain memnunaikan
perintah Allah, Shalat dapat mencegah diri dari segala perbuatan keji dan merusak, serta
dapat memperkuat akhlak yang mulia, sehingga mampu mencapai derajat kepribadian
yang sempurna.
1) Shalat Shubuh, sebanyak dua raka’at, dikerjakan setelah fajar shidiq di pagihari
dan berkahir waktunya tatkala matahari terbit
2) Shalat Dhuhur, sebanyak empat raka’at, dan waktunya dimulai ketika matahari
teregelincir di tengah hari sampai saat panjang suatu bayangan benda setinggi
bendanya sendiri.
3) Shalat ‘Ashar, sebanyak empat raka’at dan waktunyan setelah berkahir waktu
shalat dhuhur hingga saat panjang suatu bayangan benda duakali tinggi bendanya
sendiri, yakni menjelang matahari tenggelam.
4) Shalat Maghrib, sebanyak tiga raka’at, dan waktunya setelah matahari terbenam
hingga warna awan kemerah – merahan diufuk barat telah menghilang
5) Shalat Isya’, sebanyak empat raka’at, dan dilaksanakan sejak waktu berakhirnya
waktu maghrib hingga menjelang fajar pagi.
Waktu – waktu mengerjakan shalat fardlu tersebut telah di tentukan secara jelas,
sehingga apabila waktu mengerjakan ibadah shalat telah tiba, maka diutamakan sekali
kewajiban tersebut segera ditunaikan.
B. SYARAT – SYARAT UNTUK MELAKUKAN SHALAT
C. TATACARA SHALAT
1) Berdiri Tegak, kecuali yang tidak kuasa bediri, seperti sedang sakit atau lumpuh.
a. Menghadapkan seluruh badan dan muka ke arah kiblat
b. Kedua belah kaki direnggangkan dengan jarak kira – kira satu jengkal
2) Membaca Takbir “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar), seraya berniat dalam
hati dengan ikhlas menunaikan shalat karena Allah semata, tanpa dinyatakan
dengan lisan atau diucapkan.
a. Bersamaan dengan takbiratul ihram, kedua belah tangan diangkat sejurus
dengan bahu, dan mensejajarkan ibu jari dengan daun telinga
ت بَْي َن
َ اع ْد َ َاللَّ ُه َّم بَاع ْد بَْين ْي َوبَْي َن َخطَاي
َ َ َك َما ب،اي
َ َ اللَّ ُه َّم نَقني م َن الْ َخطَاي،الْ َم ْشرق َوالْ َم ْغرب
اي َك َما
اللَّ ُه َّم ا ْس ْل،الدنَس
َّ ض م َن ُ َب ْالَبْي ُ يُنَ َّقى الثَّ ْو
اي بالْ َماء والثَّلج والبَ َرد
َ ََخطَاي
Allahumma ba’id baini wa baina khathayaaya kama baa’adta bainal
masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathayaaya kama
yunaqqast tsaubul abyadlu minaddanas. Allahummgahsil bil maa’i
wats tsalji wal barad.
“ Ya Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau
jauhkan antara barat dan timur. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala
kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya
Allah, basuhlah segala kesalahanku dengan air, salju dan embun.
الرحْيم
َّ الر ْح ّٰمن
َّ
Arrahmanirrahim
“Yang Maha Pemurah dan Penyayang”
Kemudian membaca salah satu ayat suci Al-Qur’an secara pelan – pelan sambil
mengenang arti dan maksudnya. Selanjutnya membaca tkabir Intiqal, yaitu takbir
sebagai isyarat perpindahan dari rukun ke rukun shalat lainnya, lalu ruku’.
4) Ruku’
a. Membungkukkan separuh badan ke muka,
b. Punggung dan leher membentuk garis lurus
c. Kedua telapak tangan memegang kedua lutut
d. Mebaca tasbih :
Diantara do’a – do’a Nabi yang dibaca ketika ruku’, selain diatas, adalah:
Atau berdo’a :
الرْوح
ُّ ب الْ َم ََل ئ َكة َو
ٌّ س َر
ٌ ُسبُّ ْو ٌح قُد ُّْو
Subbuuhun quddusun rabbul malaaikati warruuh
“Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril).
5) I’tidal
- Tegak berdiri seraya mengangkat dua tangan seperti waktu takbiratul ihram
sekaligus membaca :
لح ْم ُد
َ ْك ا
َ ََربَّنَا َول
Rabbanaa wa lakal hamd
“Ya Tuhan kami, dan segala puji itu hanya lah bagi-Mu semata
َعلَى
ْ ُسْب َحا َن َرب َي ْال
Subhaana Rabbiyal a’laa
“Maha suci Tuhanku yang Maha Tinggi”
Atau berdo’a :
الرْوح
ُّ ب الْ َم ََل ئ َكة َو
ٌّ س َر
ٌ ُسبُّ ْو ٌح قُد ُّْو
Subbuuhun quddusun rabbul malaaikati warruuh
“Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril).
7) Duduk antara dua sujud
a. Takbir intiqal seraya mengangkat kepala dan duduk dengan tenang
b. Duduk iftirasy, yaitu duduk diatas telapak kaki kiri, sedang kaki kanan
bertumpu dengan ujung jari – jarinya yang dilipatkan ke bawah.
c. Meletakkan kedua telapaktangan diatas kedua lutut, seakan – akan telapak
tangan menggenggam lutut.
d. Membaca do’a :
أَيُّ َها النَّب ُّي َوَر ْح َمةُ الله كَ لسَلَ ُم َعلَْي ُ َات الطَّيب
َّ َ ا.ات َّ ات ل ّٰله َو
ُ الصلَ َو ُ َّالتَّحي
ُهد اَ ْن َلَإلَهَ إَلَّ اللهُ أَ ْش .الصالحْي َن
َّ لسَلَ ُم َعلَْي نَا َو َعلَى عبَاد الله
َّ َ ا.َُوبََرَكاتُه
َّ َواَ ْش َه ُد أ
َن ُم َح َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه
At-tahiyyaatulillahi wash shalawaatuth thayyibaatulillaahi. Assalaamu 'alaika ayyuhan-
nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-
shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa
Rasuuluh.
“ Segala kehormatan, kebahgiaan dan kebaikan adalah kepunyaan Allah semata. Semoga
keselamatan bagi sengkau, wahai Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan dari
Allah. Semoga keselamatan juga bagi kita sekalian hamba – hamba Allah yang baik – baik.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah hamba dan utusanNya”
12) Tertib
Mengerjakan shalat dengan urut – urutan sebagai diuraikan diatas harus tetap
dilaksanakan, tidak boleh dirubah sedikitpun juga. Disamping pelaksanaannya
harus dilakukan dengan tertib, juga harus diperhatikan juga satu hal yang sangat
penting, yaitu tumakninah (ketenangang) dalam pelaksanaan shalat, hingga tidak
terasa sedikitpun sikap terburu – buru. Tumakninah ini dilakukan baik tatkala
berdiri, ruku’, i’tidal, sujud maupun duduk dan tahiyat. Dengan demikian akan
diperoleh keutamaan shalat, yaitu: khusyu’ atau ayik dan tekun.