Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS BEBAN PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK KINI

DAN KOMPENSASI MANAJEMEN TERHADAP

MANAJEMEN LABA

(Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada


tahun 2017-2019)

Oleh :

Melinda Riskiana

2017001042

S1 Akuntansi Sore

Diajukan untuk menyusun skripsi pada

program strata satu Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting

dan dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut pada posisi laporan keuangan.

Bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian para pengguna

informasi keuangan adalah laba, dimana informasi laba merupakan hal yang

sangat diperhatikan oleh para pengguna informasi akuntansi.

Laba merupakan daya tarik utama suatu perusahaan dan menjadi faktor penting

yang membuat investor memutuskan untuk berinvestasi dalam perusahaan.

Investor cenderung akan memberikan dananya kepada entitas yang memiliki laba

dan pertumbuhan yang tinggi , hal tersebut menjadi salah satu faktor untuk

memanipulasi kinerja keuangannya dalam (Dang dkk, 2017).

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 menyatakan

bahwa informasi laba merupakan perhatian utama dalam menafsirkan kinerja atau

pertanggungjawaban kepada manajemen. Informasi laba sendiri sering menjadi

target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan

kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan

oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu,


sehingga laba perusahaan dapat diatur dinaikkan maupun diturunkan sesuai

dengan keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan

kinginannya ini dikenal sebagai istilah manajemen laba (earnings manajement).

Manajemen laba adalah suatu proses yang disengaja, dengan batasan standar

akuntansi keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkatan tertentu.

Melakukan analisis laba, tidak hanya sekedar melihat angka dari laporan laba

yang dilaporkan. Perusahaan yang memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih

besar mempunyai koefisien respon laba yang tinggi. Kondisi inilah yang

menunjukkan bahwa semakin besar kesempatan perusahaan untuk bertumbuh

maka semakin tinggi perusahaan mendapatkan laba atau meningkatkan laba pada

masa yang akan datang. Dang, dkk ( 2017 ) manajemen laba dapat dideteksi

melalui akrual yang merupakan selisih antara profit pada laba rugi dan cash flow

from operation pada laporan arus kas.

Tindakan manajemen memanipulasi informasi keuangan dengan

melaporkan laba yang dinaikkan mengindikasikan adanya praktik manajemen

laba oleh perusahaan. Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk

memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan

memaksimalkan kesejahteraan perusahaan.

Menurut Dang dkk (2017) cash flow from operation dibentuk berdasarkan basis

kas dan tidak dapat diubah, sehingga untuk melakukan manipulasi laba, akrual-

lah yang disesuaikan oleh manajemen akrual sendiri terbagi menjadi dua yaitu

non-discretionary accrual dan discretionary accrual. Manajemen laba juga dapat


memberikan gambaran atas perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan

usahanya pada periode tertentu , yaitu dengan adanya motivasi tertentu yang

mendorong mereka untuk memanipulasi laporan keuangan dengan mengatur

besar kecilnya laba.

Motivasi-motivasi yang melatar belakangi manajer melakukan manajemen laba

antara lain, motivasi bonus (untuk memaksimalkan bonus mereka), motivasi

kontrak utang jangka panjang (mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

kegagalan dalam pelunasan utang), motivasi politik (mengelola labanya untuk

mengurangi visibilitasnya), dan motivasi perpajakan (untuk meminimalkan beban

pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan).

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai earning (laba)

menunjukkan hasil beragam. Manajemen laba adalah adanya campur tangan

manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk

menguntungkan dirinya sendiri dalam (Rahdal, Zulbahridar, dan Yasni, 2017).

Praktik manajemen laba tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang

berterima umum namun menurut Hsieh et al. (2018) menyatakan secara umum,

manajemen laba diyakini memiliki efek negatif pada kualitas laba dan

mengurangi kredibilitas laporan keuangan suatu perusahaan.

Sedangkan menurut Fatmawati (2016) praktik manajemen laba dapat mengurangi

kredibilitas laporan keuangan dan menambah bias dalam laporan keuangan serta

mengurangi kepercayaan angka laba laporan keuangan. Motivasi untuk mencapai


target laba perusahaan membuat manajer perusahaan mengabaikan praktik bisnis

yang baik yaitu harus transparan dan jujur.

Sebagai pihak internal perusahaan, manajer berhak mengatur informasi laba

perusahaan sehingga dapat memungkinkan untuk bertindak opportunistic dengan

melakukan manajemen laba demi mendapat reward yang tinggi. Sementara itu,

manajer yang berorientasi panjang akan kurang termotivasi untuk

memaksimalkan kompensasi mereka jika melibatkan manajemen laba, karena

pengukuran kinerja mereka berdasarkan non finansial, seperti kepuasan

pelanggan (Widuri & Sutanto, 2019)

Beban pajak tangguhan timbul akibat adanya perbedaan temporer antara

laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan komersial

dengan laporan keuangan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan,

perhitungan laba fiskal dihitung berdasarkan pada Undang-undang Pajak yang

memberikan batasan dalam pengukurannya, sedangkan standar akuntansi lebih

memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip akuntansi

dan asumsi akuntansi.

Apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP –Pretax Accounting Income)

lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak (PKP –Taxable Income) maka Beban

Pajak (BP –Tax Expense) pun lebih besar dari Pajak Terutang (PT –Tax

Payable), sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT –

Differed Tax Liability). Kewajiban Pajak Tangguhan dapat dihitung dengan

mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang sesuai.


Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) lebih kecil dan Penghasilan

Kena Pajak (PKP), maka Beban Pajak (BP) juga akan lebih kecil dari Pajak

Terutang (PT) sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (APT –

Differed Tax asset).

Beban pajak tangguhan sendiri adalah pajak penghasilan yang

terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang

boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat dikompensasikan. Pengakuan

pajak tangguhan berdampak pada kurangnya laba atau rugi bersih sebagai akibat

adanya kemungkinan pengakuan beban pajak tangguhan.

Dedi Mizuar (2019), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa beban pajak

tangguhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (studi

empiris pada perusahaan perkebunan yan terdaftar di bursa efek Indonesia

periode 2013-2017.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 46 Revisi

2017 menyatakan aset pajak tangguhan adalah jumlah Pajak Penghasilan

terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer

yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Perusahaan selalu

berusaha untuk mengurangi jumlah laba kena pajak dengan tujuan supaya

pembayaran pajaknya rendah.

A.Mansyur Tanra,Nuramal,Muh.Emil,Sarah Puji Masnawan (2017) hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas berpenaruh positif dan


signifikan terhadap manajemen laba dan beban pajak kini berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba.

Beban pajak kini merupakan beban pajak yang mencerminkan perbedaan

permanen dan perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiscal. Beban

pajak kini merupakan perkalian dari tarif pajak yang berlaku pada suatu tahun

pajak dikalikan dengan penghasilan kena pajak pada tahun tersebut sehingga

beban pajak kini akan mencerminkan laba fiskal yang sesungguhnya. Dalam IAI

(PSAK No. 46) dinyatakan bahwa nilai pencatatan aktiva pajak tangguhan harus

ditinjau kembali (pada tanggal neraca).

Perusahaan harus menurunkan nilai tersebut apabila laba fiskal tidak

mungkin memadai untuk mengkompensasi, sebagian maupun semua aktiva pajak

tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar

kemungkinan laba fiskal memadai. Dengan adanya kewajiban untuk selalu

melakukan peninjuan kembali pada tanggal neraca, maka setiap tahun

manajemen harus membuat suatu penilaian untuk menentukan saldo aktiva pajak

tangguhan dan cadangan aktiva pajak tangguhan, sedangkan penilaian

manajemen untuk menentukan saldo cadangan aktiva pajak tahunan tersebut

bersifat subjektif.

Revy Wilhelmina Siloy(2019), Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak kini

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan variabel manajemen. Pajak

tangguhan mempengaruhi manajemen laba ,asset pajak tangguhan mempengaruhi

manajemen laba,dan kewajiban pajak tangguhan tidak berpengaruh pada


manajemen laba. Batasan penelitian sampel perusahaan yang digunakan

dipertimbangkan kurangrepresentatif karena pada perusahaan manufaktur adalah

baran konsumsi bekas.

Kompensasi merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan

kepada karyawan atas jasanya dalam melakukan tugas, kewajiban, dan

tanggungjawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan

perusahaan. Kompensasi penting bagi karyawan karena besarnya kompensasi

mencerminkan ukuran nilai kerja karyawan, yaitu rekan kerja, keluarga, dan

masyarakat. Sistem kompensasi yang memadai, terutama dalam hubungannya

dengan motivasi kerja karyawan seharusnya dimiliki oleh suatu perusahaan atau

unit bisnis dengan ketidakpastian lingkungan yang lebih tinggi.

Menurut Sastrohardiwiryo dalam Sinambela (2018:218) menyatakan bahwa

“Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh organisasi

kepada para tenaga kerja karena tenaga kerja tersebut telah memberikan

sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan organisasi guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan”.

Kartika Sihombing dan Krisnando, SE., M.Ak (2020), Hasil penelitian

membuktikan bahwa (1) Beban pajak yang diproksikan dengan logaritma natural

beban pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba (2)

Kompensasi manajerial yang diproksikan dengan return on assets berpengaruh

secara parsial terhadap manajemen laba (3) Struktur kepemilikan yang

diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap


manajemen laba (4) Beban pajak, kompensasi manajerial, struktur kepemilikan

berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.

Pada penelitian kali ini peneliti memilih 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan

manufaktur merupakan perusahaan yang berskala besar jika dibandingkan dengan

perusahaan lain sehingga dapat melakukan perbandingan antara perusahaan satu

dengan perusahaan lain.

Beberapa perusahaan yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini

No Nama Perusahaan Kode


1. PT AKR Corporindo Tbk AKRA

2. PT Astra Graphia Tbk ASGR

3. PT Astra Internasional Tbk ASII

4. PT Berlina Tbk BRNA

5. PT Budi Acid Jaya Tbk CEKA

6. PT Cahaya Kalbar Tbk DLTA

7. PT Fast Food Indonesia Tbk FAST

8. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP

9. PT Indocement Tunggal Prakasa INTP

10. PT Indofood Sukses Makmur INDF

11. PT Kalbe Farma Tbk KLBF

12. PT Mayora Tbk MYOR

13. PT Multipolas Tbk MLPL

14. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk PTSP


15. PT Selamat Sempurna Tbk SMSM

16. PT Semen Gresik Tbk SMGR

17. PT Sepatu Bata Tbk BATA

18. PT Siantar Top Tbk STTP

19. PT Smar Tbk SMAR

20. PT Tempo Scan Pasific Tbk TSPC

21. PT Lautan Luas Tbk LTLS

22. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN

23. PT FKS Food Sejahtera Tbk AISA

24. PT Aneka Gas Industri Tbk AGII

25. PT Arita Prima Indonesia Tbk APII

26. PT MNC Investama Tbk BHIT

27. PT Binakarya Jaya Abadi Tbk BIKA

28. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk BIPI

29. PT Graha Layar Prima Tbk BLTZ

30. PT Global Mediacom Tbk BMTR

31. PT Gudang Garam Tbk GGRM

32. PT Mustika Ratu Tbk MRAT


Kerangka pemikiran

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sering direkayasa oleh pihak
manajemen untuk mengoptimalkan keuntungan perusahaan dan juga
untuk kepentingan dirinyasendiri atau dikenal dengan manajemen laba. Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk menguji manajemen laba dan
biasanya manajemen laba sering sekali dikaitkan dengan perencanaan pajak
dan beban pajak tangguhan. Perusahaan melakukan perencanaan pajak
seefektif mungkin, bukan hanya untuk memperoleh keuntungandari segi
fiskal saja, tetapi sebenarnya perusahan juga memperoleh keuntungan dalam
memperoleh tambahan modal dari pihak investor melalui penjualan saham
perusahaan. Oleh karena itu, pajak yang merupakan unsur pengurang laba
yang tersedia untuk dibagi kepada investor atau diinvestasikan oleh
perusahaan, akan diusahakan oleh manajemen untuk diminimalkan guna
mengoptimalkan jumlah dari laba bersih perusahaan. Dalam hal ini, terdapat
suatu indikasi manajemen melakukan manajemen laba dalam proses
perencanaan pajak. Begitupun dengan beban pajak tangguhan merupakan
salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu, maka variabel yang
terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi kerangka pemikiran sebagai
berikut :

Penelitian terdahulu mengenai Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan


Pajak terhadap Praktik Manajemen Laba yang di lakukan oleh Yana Ulfah (2013),
menyimpulkan bahwa Beban pajak tangguhan berpengaruh positif artinya setiap
kenaikan beban pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan
manajemen laba akan mengalami peningkatan. Begitupun dengan perencanaan pajak
memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar
peluang perusahaan melalukan manajemen laba.
Beban Pajak
Tangguhan

Manajemen laba Beban Pajak Kini

Kompensasi
Manajemen

Menurut Karianton Tampubolon (2017:261) penyajian pajak tangguhan di neraca

yaitu sebagai berikut : “Perhitungan aset pajak tangguhan dengan pendekatan

neraca dilakukan dengan menggunakan akun-akun yang terdapat pada neraca,

yaitu saldo yang terdapat pada aktiva dan kewajiban yang mengandung unsur

koreksi fiskal temporer, seperti saldo aktiva yang dapat disusutkan dan kewajiban

utang guna usaha. Penyajian pajak tangguhan di neraca adalah demikian: 1. Jika

nilai harta akuntansi lebih kecil dari nilai buku harta fiskal, perbedaannya akan

menimbulkan deffered tax assets. Jumlahnya adalah sebesar nilai perbedaannya

dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. 2. Jika nilai harta akuntansi lebih besar

dari nilai buku harta fiskal, perbedaannya akan menimbulkan deffered tax

liabilities. Jumlahnya adalah sebesar nilai perbedaannya dikalikan dengan tarif

pajak yang berlaku. 3. Jika nilai buku kewajiban akuntansi lebih besar dari nilai

buku kewajiban fiskal, perbedaannya akan menimbulkan deffered tax assets.

Jumlahnya adalah sebesar nilai perbedaannya dikalikan dengan tarif pajak yang

berlaku. 4. Jika nilai buku kewajiban akuntansi lebih kecil dari nilai buku

kewajiban fiskal, perbedaannya akan menimbulkan deffered tax liabilities.


Jumlahya adalah sebesar nilai perbedaannya dikalikan dengan tarif pajak yang

berlaku”. 2.1.4.3 Penyajian Pajak Tangguhan Di Laporan Laba Rugi Menurut

Karianton Tampubolon (2017:257) penyajian pajak tangguhan di laporan laba

rugi adalah sebagai berikut: “Beda temporer dapat berupa koreksi fiskal positif

dan koreksi fiskal negatif. Dalam menghitung pajak tangguhan koreksi fiskal

positif menimbulkan adanya pengakuan income dan koreksi fiskal negatif

menimbulkan adalah pengakuan expense. Rugi fiskal yang terdapat pada SPT

PPh Badan masih dapat dikompensasi kepada perhitungan PPh badan tahun

berikutnya, diperlukan untuk menambah aktiva pajak tangguhan”. 19 Menurut

Diana Sari (2014:320) penyajian pajak tangguhan di laporan laba rugi adalah

sebagai berikut: “Beban atau keuntungan pajak penghasilan disajikan dalam

laporan laba rugi, harus dipecah atas dua dokumen: 1. Pajak Kini (Pajak

Penghasilan Terutang) 2. Bagian dari pajak tangguhan (bagian yang

diperhitungkan sebagai beban pajak, yang dihitung berdasarkan perbedaan

temporer dikalikan dengan tarif) Beban/keuntungan pajak hendaknya

dialokasikan pada operasi yang berlanjut, operasi yang tidak berlanjut, hal-hal

yang luar biasa, pengaruh kumulatif perubahan akuntansi dan penyesuaian pada

periode sebelumnya. Pendekatan ini adalah semacam pendekatan alokasi pajak

intraperiod. Dapat ditambahkan, bahwa komponen-komponen yang signifikan

yang terkait dengan beban pajak yang diakibatkan oleh operasi yang berlanjut,

dapat diungkapkan sebagai berikut : 1. Beban/keuntungan pajak kini 2.

Beban/keuntungan pajak tangguhan, terpisah dari komponen lain yang tercatat 3.

Kredit pajak investasi 4. Bantuan pemerintah (pada tingkat tertentu merupakan


pengurangan beban pajak penghasilan) 5. Keuntungan karena kompensasi

kerugian (juga mengakibatkan pengurangan beban pajak penghasilan) 6. Beban

pajak yang dihasilkan dari alokasi keuntungan pajak tertentu, baik terhadap

modal yang disetor maupun menurunkan nilai goodwill atau aset tidak berwujud

noncurrent lainnya dari entitas yang bersangkutan. 7. Penyesuaian kewajiban

pajak tangguhan atau aset pajak tangguhan akibat perubahan dalam ketentuan

perundang-undangan perpajakan atau perubahan status perusahaan yang

bersangkutan. 8. Penyesuaian saldo penyisihan penilaian pada awal tahun akibat

perubahan keaadan yang menyebabkan perubahan pertimbangan terhadap

kemampuan realisasi aset pajak tangguhan dimasa-masa yang akan datang.

Perhitungan seluruh beban pajak penghasilan didasarkan kepada penghasilan

sebelum pajak (pretax accounting income) dalam laporan keuangan komersial

yang dikalikan dengan tarif orisinal tidak termasuk perbedaan tetap dengan

catatan bahwa perusahaan juga diminta untuk menyusun rekonsiliasi (dengan

presentase atau dengan mata uang yang berlaku) antara beban pajak yang

berkenaan dengan operasi berkelanjutan dengan penghasilan sebelum pajak yang

dikalikan dengan tarif yang juga 20 terkait dengan operasi berkelanjutan. Jumlah

yang diperkirakan dan sifat dari setiap rekonsiliasi yang signifikan harus

diungkapkan”.
Dengan demikian peneliti ini menguji kemampuan aktiva pajak tangguhan,

kewajiban pajak tangguhan, beban pajak kini dan kompensasi manajemen untuk

mengetahui manajemen laba dan menguji komponen-komponen yang terkandung

dalam perubahan atas aktiva pajak tangguhan bersih, kewajiban pajak tangguhan,

beban pajak kini dan kompensasi manajemen yang digunakan untuk mengelola

laba.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul

“ANALISIS BEBAN PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK KINI

DAN KOMPENSASI MANAJEMEN UNTUK MENGETAHUI

MANAJEMEN LABA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut

diatas,penelitian ini bermaksud melakukan pengujian terhadap faktor – faktor

yang dapat mengetahui manajemen laba. Untuk itu, maka permasalahan

penelitian dijabarkan dalam suatu pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba ?

2. Apakah beban pajak kini berpengaruh terhadap manajemen laba ?

3. Apakah kompensasi manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini antara lain adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba

2. Untuk menganalisis pengaruh beban pajak kini terhadap manajemen laba

3. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi manajemen terhadap manajemen laba

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu menambah

wawasan bagi para pembaca mengenai beban pajak tangguhan, beban pajak kini

dan kompensasi manajemen untuk mengetahui manajemen laba dan dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi pihak lain yang membutuhkan bila ingin

mempelajari masalah – masalah yang berkaitan dengan beban pajak tangguhan,

beban pajak kini dan kompensasi manajemen untuk mengetahui manajemen laba.

b. Bagi Investor

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh investor untuk

mengetahui apakah manajemen melakukan praktik rekayasa laba dalam laporan

keuanganya atau tidak.

c. Manfaat Organisasional

Dari adanya laporan ini diharapkan dapat menambah masukan bagi

organisasi guna menumbuhkan persepsi yang positif terutama pengguna laporan


keuangan kualitas laba akuntansi yang dilaporkan melalui pengelolaan perbedaan

temporer.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Agency

teori agensi (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik

bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi

teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.

Agency theory menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh

konflik antara manajemen (agen) dan pemilik (prinsipal). Konflik tersebut

muncul karena pihak manajemen dan pemilik saling bertentangan untuk

mencapai tujuan, yaitu yang berkaitan dengan pencapaian bonus manajemen.

Teori agensi dibangun untuk memahami konflik dan memecahkan masalah yang

muncul ketika adanya ketidaklengkapan informasi antara manajemen dan

pemegang saham. Teori keagenan dapat terjadi ketika terdapat perbedaan antara

agen (manajemen) dan prinsipal (pemilik) dimana manajemen memiliki

informasi yang lebih dibandingkan pemilik atau pemegang saham, maka akan

terjadi prinsipal agent problem yang artinya agen (manajemen) akan melakukan

tindakan yang meguntungkan tetapi dapat merugikan prinsipal


(pemegang saham).

Hubungan antara teori agency dengan variabel – variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

a. Hubungan antara teori agency dengan pajak tangguhan dalam teori

agensi, manajemen akan mengupayakan agar kinerja perusahaan terlihat

baik di hadapan pemilik. Hal ini biasanya dapat dilihat dari besarnya

pajak tangguhan yang dimiliki perusahaan. Pada prinsipnya pajak

tangguhan merupakan dampak Pajak Penghasilan di masa yang akan

datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara

perlakuan akuntansi dengan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih

dapat dikompensasikan di masa datang yang disajikan dalam laporan

keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak Pajak Penghasilan di

masa yang akan datang perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan

dalam laporan keuangan, baik di dalam laporan posisi keuangan maupun

laba rugi.

Hubungan antara teori agency dengan kompensasi manajemen laba menggunakan

teori pendekatan keagenan terkait dengan hubungan para anggota perusahaan,

yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent).

Hubungan kegaenan merupakan sebuah kontrak yang pemiliknya (principal)

lebih dari satu yang menyewa agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama

pemilik yang dapat mengambil keputusan kepada agent. Pemegang saham


(principal) berperan penting yaitu sebagai penyedia dana yang digunakan oleh

pihak manajemen. Pemegang saham hanya tertarik pada hasil investasi mereka di

dalam perusahaan.

2.2 Pengertian Pajak

Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang

pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari

sektor pajak. Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk

kepentingan pribadi. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo

(2018:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-

Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”. Jadi apabila seseorang membayar pajak tidak

akan langsung menikmatinya, tidak seperti kalau membayar pajak daerah,

misalnya retribusi parkir langsung bisa menikmatinya dengan cara menggunakan

tempat parkir tersebut. Menurut Prof.DR.P.J.A Andriani pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) terutama oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali,

yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara menyelenggarakan

pemerintahan.
2.1.2 Kesimpulan Pengertian Pajak

1. Pajak dikenakan kepada Wajib Pajak.

2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dan Peraturan

Pelaksanaannya

3. Tidak ada timbal balik secara langsung bagi yang membayarnya.

4. Pajak bersifat memaksa dan dipaksakan.

5. Pajak dipungut oleh negara melalui Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

6. Pajak dipungut untuk membiayai pengeluaran Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah melalui APBN dan APBD

2.1.3 Fungsi Pajak

Menurut Rahayu dalam Perpajakan (2018:31), ada 4 fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Fungsi penerimaan/budgetair yaitu, pajak sebagai

sumber dana bagi pemerintah untuk m

2. Membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

3. Fungsi Mengatur (Regulerend) Fungsi mengatur/regulerend yaitu, pajak sebagai

alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi.


4. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi) Fungsi pemerataan yaitu, maksudnya bisa

digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian

pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat.

5. Fungsi StabilisasiFungsi stabilisasi yaitu, pajak bisa digunakan untuk

menstabilkan kondisi dan keadaan ekonomi.

Contohnya dengan menetapkan pajak yang cukup tinggi, pemerintah bisa

mengatasi inflasi. Sebab jumlah uang yang beredar bisa dikurangi. Serta untuk

mengatasi deflasi, pemerintah bisa menurunkan pajak. Selain itu, dengan

menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar bisa ditambah sehingga deflasi bisa

diatasi.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem Pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2018:7) terdiri atas:

1. Official Assessment SytemAdalah sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak.

Adapun ciri-ciri Official Assessment Sytem :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

padafiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasifc. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan

surat ketetapan pajak oleh fiskus.


2. Self Assesment Sytem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

Adapun ciri-ciri dari Self Assment Sytem :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak itu sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding SytemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang mencari

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Adapun ciri-ciri dari With Holding Sytem :

Wewenangnya menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,

yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.1.5 Asas Pemungutan Pajak

Menurut Smith dalam Bohari Asas pemungutan pajak adalah sebagai

berikut :

a. Equality (asas persamaan) Asas ini menekankan bahwa pada warga

negara atau wajib pajak tiap negara seharusnya memberikan sumbangan

kepada negara, sebanding dengan itu kemampuan mereka masing-masing,

yaitu sehubungan dengan keuntungan yang mereka terima dibawah

perlindungan negara. Yang dimaksud dengan “keutungan” disini adalah


besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dibawah pelindungan negara.

Dalam asas Equality ini tidak diperolehkan suatu negara mengadakan

deskriminasi diantara wajib pajak.

b. Certainty (asas kepastian) Asas ini menekankan bahwa bagi wajib pajak,

harus jelas dan pasti tentang waktu, jumlah, dan cara pembayaran pajak.

Dalam asas ini kepastian hukum sangat dipentingkan terutama mengenai

subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai

pembayarannya.

c. Conveniency of Payment (asas menyenangkan) Pajak seharusnya

dipungut pada waktu dengan cara yang paling menyenangkan bagi para

wajib pajak.

d. Low Cost of Collection (asas efisiensi) Asas ini menekankan bahwa biaya

pemungutan pajak tidak boleh lebih dari hasil pajak yang akan diterima,

pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kebutuhan Anggaran Belanja

Negara.

2.1.6 Jenis-Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo dalam Perpajakan (2018:7), pajak dapat dikelompokan

menjadi:

A. Menurut Golongannyaa.

1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)


2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebabkan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

B. Menurut Sifatnyaa.

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (PPnBM)

C. Menurut Lembaga Pemungutnya.

Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

2.2 Beban Pajak Kini

Menurut Suandy (2011:97) Pajak kini (current tax) adalah jumlah yang

harus dibayar oleh Wajib pajak. Jumlah pajak kini harus dihitung sendiri oleh

wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak,

kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan

kena pajak atau laba fiscal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih
sebelum pajak berdasrkan laporan keuangan komersial (laporan akuntansi).

Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas

pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan

peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan

lain wajib pajak dapat menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum,

sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan dan peraturan

lainnya yang terkait. Dalam Indrawijaya,dkk (2017) menjelaskan pajak kini

(current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, jumlah

pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena

pajak dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan

dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan

pajak yang berlakuCurrent Tax = PKP x Tarif Selanjutnya indra Wijaya, dkk

(2017) penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal

terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial

(laporan Akuntansi). Beban pajak kini yang tidak dibayarkandiperiode sekarang

akan menjadi beban pajak tangguhan yang harus dibayar di periode

mendatang.Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan

atas pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan

peraturan perpajakan yang belaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan

lain wajib pajak dapat menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum,

sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran pajak dapat menggunakan standar

akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran

pajak harus berdasarkan peraturan pajak, dalam hal ini adalan Undang-Undang
Pajak Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan ini dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

A. Beda tetap/beda permanen (permanent difference) adalah perbedaan yang

disebabkan oleh adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban

antara standar akuntansi dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini

menyebabkan perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba

fiskal atau penghasilan kena pajak.

B. Beda waktu/beda temporer (temporary difference) adalah perbedaan yang

disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan

dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan

perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan

pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu dengan yang lainnya.

Dalam Amanda & Meiriska Febrianti (2015) menjelaskan perbedaan

antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak merefleksikan tingkat

kebijakan manajer dalam mebuat laba menjadi lebih tinggi maka beban

pajak kini yang menunjukkan efek dari nilai perbedaan tersebut (beda

tetap dan beda waktu).

2.3 Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan adalah beban pajak atau deferred tax expense yang

dapat memberikan pengaruh seperti menambah atau mengurangi beban pajak

yang harus dibayar di masa yang akan datang. Istilah pajak tangguhan adalah

istilah akuntansi bukan istilah perpajakan (Karianton Tampubolon, 2017 : 255).


Sehingga, pajak tangguhan tidak dapat dijadikan sebagai unsur untuk menghitung

kewajiban perpajakan kepada kantor pajak. Kantor pajak tidak menghiraukan

kewajiban pajak tangguhan suatu wajib pajak. Pajak tangguhan dicatat untuk

mencerminkan jumlah utang pajak pada posisi laporan keuangan dalam tahun

buku atau periode tertentu, dan juga dihitung dan dilaporkan pada rekening aktiva

atau kewajiban sesuai PSAK 46.

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang

akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu)/sementara antara

perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat

dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan

dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Adapun unsur-unsur yang

menjadi objek dalam beda temporer ini yaitu: 1.Metode Penyusutan dan atau

Amortisasi 2.Metode penilaian persediaan 3.Penyisihan piutang tak tertagih

4.Rugi-laba selisih kurs 5. Kompensasi Kerugian 6.Penyisihan bonus

Sebenarnya secara definisi, pajak tangguhan juga dapat dilihat dari dua

sisi, yaitu dari sudut pandang akuntansi sebagai akun aset, maupun dari sisi

liabilitas (utang yang harus dilunasi/pelayanan yang harus dilakukan di masa

mendatang pada pihak lain). Sisi aset dan sisi liabilitas inilah yang menjadi dua

sisi yang saling bertolak belakang.

1. Definisi Berdasarkan Sudut Pandang Aset  


Dilihat dari sisi aset, pajak tangguhan merupakan  jumlah Pajak

Penghasilan (PPh) yang dapat dipulihkan pada periode masa depan akibat

akumulasi rugi pajak yang belum dikompensasi dan akumulasi kredit pajak

belum dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam peraturan

perpajakan. 

2. Definisi Berdasarkan Sudut Pandang Liabilitas

Pajak tangguhan sebenarnya timbul karena perbedaan beban antara

peraturan perpajakan (fiskal) dengan standar akuntansi keuangan (komersial).

Perbedaan saat pengakuan ini mengakibatkan pendapatan/beban yang diakui pada

masing-masing periode berbeda, namun pada akhirnya, secara keseluruhan,

jumlah total yang diakui antara peraturan secara fiskal dan komersial akan sama.

Perbedaan ini biasa dikenal dengan istilah “temporary different”. Beban pajak

tidak akan mempengaruhi jumlah pajak terutang yang dihitung sesuai dengan

peraturan perpajakan.  (https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-

tangguhan

2.4 Kompensasi Manajemen

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang

langsung maupun barang tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan

atau jasa yang diberikan pada perusahaan. Serta kompensasi tambahan finansial

atau non finansial yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap

semua karyawan dan usaha meningkatkan kesejahteraan mereka seperti


tunjangan hari raya dan uang pensiun. Menurut (Ariandi, 2018) Kompensasi

adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan

tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan

harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang

telah diberikannya kepada organisasi/perusahaan tempat ia bekerja.

Menurut (Hamali, 2018) “Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang

penting dalam manajemen sumber daya manusia. Kasus yang terjadi dalam

hubungan kerja mengandung masalah kompensasi dan berbagai segi yang terkait,

seperti tunjangan, kenaikan kompensasi, struktur kompensasi, dan skala

kompensasi”. Menurut Onsardi (2018), kompensasi adalah segala sesuatu yang

diterima oleh pegawai berupa gaji, upah, insentif, bonus, premi, pengobatan,

asuransi dan lain-lain yang sejenis yang di bayar langsung perusahaanSelain

kompensasi, ada juga disiplin kerja yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

Menurut Hasibuan (2017:119) Kompensasi adalah semua pendapatan

yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Pembentukan sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari

manajemen sumber daya manusia karena membantu menarik dan

mempertahankan pekerjaan–pekerjaan yang berbakat. Selain itu sistem

kompensasi perusahaan memiliki dampak terhadap kinerja strategis.

Oleh karena itu, peningkatan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan

memberikan kompensasi yang sebanding dengan apa yang karyawan lakukan


terhadap perusahaan, selain itu disiplin kerja karyawan yang baik juga akan

mempengaruhi kinerja karyawan. Kualiatas sumber daya manusia merupakan

salah satu faktor untuk meningkatkan kinerja karyawan di dalam perusahaan dan

memberikan kompensasi yang sebanding akan dapat mendukung peningkatan

kinerja karyawan.

1.5 Manajemen Laba

2.5.1 Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba adalah mengelola pendapatan (arus kas masuk) dan

pengeluaran (arus kas keluar) untuk memastikan bahwa bisnis menghasilkan laba

operasi bersih. https://accurate.id/akuntansi/pengertian-lengkap-manajemen-

laba/ . Manajemen laba sering timbul akibat adanya benturan kepentingan antara

pemilik (principal) dan manajemen (agent) atau yang sering kita sebut dengan

konflik keagenan serta perbedaan informasi yang diterima, dimana informasi

yang diterima oleh principal lebih sedikit dari pada agent

(Pramesti & Budiasih, 2017). Terdapat beberapa faktor yang dapat

memepengaruhi terjadinya manajemen laba di dalam suatu perusahaan,

diantaranya adalah ukuran perusahaan, leverage, umur perusahaan, profitabilitas

dan resiko bisnis. Ukuran perusahaan ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah

penjualan, dan kapitalisasi pasar. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan

tetap survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan dapat
mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian (Agustia &

Suryani, 2018).

Dendi Purnama (2017) menyatakan jika profitabilitas yang didapat

perusahaan rendah, maka bonus yang diterima oleh manajemen perusahaan pun

ikut rendah. Oleh karena itu umumnya pihak manajemen cenderung akan

melakukan tindakan manajemen laba agar pihak manajemen perusahaan

mendapatkan bonus atau kompensasi. Sehingga apabila profitabilitas tinggi maka

investor akan percaya bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. Hasil penelitian

Dendi Purnama (2017), Nisfatul Chalifah (2016) dan Olifia Tala & Herman

Karamoy (2017) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba.

Dalam hal ini, manajemen laba senantiasa dikaitkan dengan upaya untuk

“manajemen” pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan – kepentingan

tertentu yang dilandasi oleh faktor – faktor ekonomi tertentu. Dengan demikian,

manajemen laba dapat diartikan sebagai salah satu tindakan manajemen yang

mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan economic advantage yang

keliru kepada organisasi dan dalam jangka panjang akan sangat

mengganggu ,bahkan membahayakan. Adanya kecenderungan untuk lebih

memperhatikan informasi laba (sebagai saran untuk menilai kinerja manajemen

dan memprediksi tingkat return potensial yang akan diperoleh investor) disadari

oleh manajemen. Sehingga mendorong timbulnya perilaku opportunitik yang slah

satu bentuknya adalah manajemen laba (earnings management).


2.5.2 Teori Akuntansi Positif

Menurut Purnama (2017) teori akuntansi positif menjelaskan hubungan

hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (bonus plan hypothesis),

hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (debt to equity hypothesis),

hubungan keagenan antara manajer dan pemerintah (political cost hypothesis).

Teori akuntansi positif diartikan bahwa agent dapat memilih kebijakan akuntansi

dalam kondisi tertentu (misal respon atas standar akuntansi baru) yang dapat

memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri bersifat opportunistic. Pemilihan

kebijakan akuntansi antar perusahaan berbeda sesuai kondisi yang dihadapi

perusahaan tersebut. Teori Akuntansi Positif berusaha untuk menjelaskan sebuah

proses yang menggunakan pemahaman, pengetahuan dan kebijakan akuntansi

yang sesuai untuk menghadapi kondisi dan keadaan tertentu pada masa yang akan

datang. Teori Akuntansi Positif memiliki anggapan bahwa tujuan dari sebuah

teori akuntansi adalah untuk memberikan penjelasan dan memprediksi praktek

akuntansi. Perkembangan teori akuntansi positif ini muncul akibat ketidakpuasan

terhadap teori akuntansi normatif. Dasar pemikiran yang digunakan untuk

menganalisis teori akuntansi pada teori normatif dianggap terlalu sederhana dan

tidak memiliki dasar teoritis yang kokoh.

Terdapat 3 alasan mendasar yang kuat atas terjadinya pergeseran teori

akuntansi pendekatan normatif ke teori akuntansi positif [Watt and Zimmerman]


Pertama 

Teori akuntansi normatif terlalu fokus terhadap kepentingan investor secara

individu daripada kemakmuran masyarakat yang lebih luas.

Kedua

Teori akuntansi normatif dirasa tidak mampu menguji teori secara empiris

karena didasari pada asumsi atau premis yang keliru sehingga tidak bisa diuji

kebenarannya secara empiris.

Ketiga

Didalam teori akuntansi normatif sangat memungkinkan terjadinya

pengalokasian sumber daya ekonomi secara maksimal di pasar modal.

Melepas sumber daya ke pasar modal dengan mengikuti mekanisme pasar.

Informasi akuntansi bisa menjadi sebuah alat pengendali bagi masyarakat

didalam mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien. Lebih lanjut, Watt

and Zimmerman mengembangkan teori akuntansi dengan pendekatan positif

yang orientasinya lebih kepada penelitian empiris. Menjustifikasi berbagai

macam metode atau teknik akuntansi yang sekarang dipergunakan atau mencari

model yang baru untuk mengembangkan teori akuntansi dikemudian hari. teori

akuntansi positif mengungkapkan bahwa manajer mempunyai kuasa atau

fleksibilitas untuk memilih prosedur akuntansi yang sesuai dengan prosedur

pilihannya. Hal ini menjadikan manajer bisa memilih prosedur yang dapat

meningkatkan laba atupun menurunkan laba untuk memodifikasi laporan

keuangan, ataupun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tindakan manajer


dalam memanipulasi laporan keuangan ini biasanya disebut sebagai manajemen

laba.

Kontrak hutang pada penelitian -penelitian terdahulu diproksi dengan

leverage. Proksi ini menggambarkan tingkat ketergantungan perusahaan pada

debtholder. Semakin tinggi leverage, maka ketergantungan perusahaan pada

debtholder juga semakin tinggi sehingga keinginan untuk menghindari

pelanggaran kontrak hutang juga akan semakin tinggi. Gunawan (2015)

menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen

laba.. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan

manajemen laba, pengurangan terhadap biaya politik menjadi salah satu alasan

perusahaan besar untuk melakukan manajemen laba yang mengurangi jumlah

laba yang dilaporkan, alasan lainnya yaitu perusahaan harus mampu memenuhi

target laba tertentu yang harus dicapai bisa menjadi alasan kenapa perusahaan

memanipulasi laba yang dilaporkan agar lebih tinggi nilainya. Ada berbagai

motivasi yang konon mendasari dan mendorong manajer berperilaku

oportunistik. Motivasi akan mempengaruhi pola rekayasa manajerial yang

dilakukan manajemen perusahaan. Teori akuntansi positif memiliki tiga hipotesis

yang menjadi dasar dari motivasi utama manajer melakukan manajemen laba

yaitu rencana bonus, kontrak utang dan biaya politik. Motivasi rencana bonus

menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan bonus jika target kinerja

perusahaan tertentu. Janji bonus ini akan memotivasi manajer untuk

memanipulasi laba pada tingkat tertentu sesuai dengan batas yang diperlukan.
Dalam hal ini, manajer akan melakukan manajemen laba dengan

meningkatkan keuntungan untuk mendapatkan kompensasi yang lebih besar dari

perusahaan. Motivasi kedua adalah motivasi kontrak utang. Manajer akan

melakukan manajemen laba agresif untuk mencegah pelanggaran kontrak utang.

Manajer melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba untuk

menghindari melanggar batas utang. Motivasi terakhir adalah biaya politik yaitu

perusahaan besar akan melakukan kebijakan yang akan mengakibatkan

penurunan laba dengan tujuan untuk mengurangi efek biaya politik (Nurdiniah,

2015) Perbedaan lingkungan di negara maju dan negara berkembang dapat

mengakibatkan perbedaan karakteristik konflik agensi. Perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih untuk dasar penelitian karena

perusahaan manufaktur dalam memilih prosedur akuntansinya tidak mempunyai

aturan seketat perusahaan keuangan. Hal ini menjadikan perusahaan manufaktur

mempunyai lebih banyak kesempatan dalam melakukan manajemen laba lewat

pemilihan metode akuntansi

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini : untuk menganalisis

pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba, untuk menganalisis

beban pajak kini terhadap manajemen laba, dan untuk menganalisis kompensasi

manajemen terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017, 2018

sampai dengan 2019.

2.5.3 Teori Agency


Konsepteori keagenan (agency theory) menurutR.A Supriyono

(2018:63) yaitu hubungan kontraktual antara prinsipaldan agen. Hubungan ini

dilakukan untuk suatu jasa dimana principalmemberi wewenang kepada agen

mengenai pembuatan keputusan yang terbaik bagi principaldengan

mengutamakan kepentingan dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga

meminimalisir beban, termasuk beban pajak dengan melakukan penghindaran

pajak. Teori keagenan adalah pemberian wewenang oleh pemilik perusahaan

(pemegang saham) kepada pihak manajemen perusahaan untuk menjalankan

operasional perusahaan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, jika kedua

belah pihak memiliki kepentingan yang sama untuk meningkatkan nilai

perusahaan maka manajemen akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik

perusahaan. Tingkat ketepatan waktu pelaporan keuangan memegang peran

penting bagi para investor, hal ini dikarenakan laporan keuangan memberikan

informasi yang penting mengenai perusahaan yang dapat dinyatakan secara

kuantitatif dalam satuan uang, prospek perusahaan dimasa yang akan datang,

serta memiliki nilai yang sangat bagi pengguna dengan mendasarkan pada

informasi dari laporan keuangan tersebut. Informasi mengenai laporan keuangan

digunakan oleh pihak investor untuk mengukur kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan,

dengan seiring meningkatnya transfer kekayaan bagi pemegang saham tetap.

Dalam situasi perusahaan mendapat keuntungan manajemen perusahaan tersebut

akan memberikan sinyal kepada investor agar mendukung kelangsungan posisi

manajemen saat ini dan komensasi yang lebih tinggi pada manajemen.Manajer
dan pemegang saham memiliki insentif untuk meningkatkan tingkat monitoring

dengan meningkatkan pengungkapkan informasi tambahan mengenai aktivitas-

aktivitas perusahaan.Pada saat perusahaan mengalami keuntungan maka

kepercayaan diri manajemen semakin meningkat, sehingga manajersecara

sukarelamengungkapkan laporan keuangannya sesegera mungkin serta akan

memberikan informasi dengan segera ketika kinerja suatu perusahaan baik,

sementaraketika kinerja perusahaan buruk pihak manajemen mungkin akan

mengulur waktu untuk mengumumkan laporan keuangannyaatau lebih memilih

membatasi akses informasi akuntansi.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan

timbulnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi (information

asymmetry), yaitu suatu kondisi dimana pihak pemilik perusahaan tidak memiliki

informasi yang mencukupi mengenai kinerja pihak manajemen dan tidak pernah

dapat mengetahui bagaimana usaha yang dilakukanmanajemen dalam

memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Salah satu elemen kunci

dari teori agensi adalah bahwa pemilik perusahaan dan manajemen memiliki

preferensi atau tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu bertindak atas

kepentingan individu sendiri Teori keagenan dalam penelitian ini digunakan

untuk melihat hubungan antara manajemen denganpemilik perusahaan melalui

tingkat ketepatan waktu informasi laporan keuangan yang disampaikan oleh

pihak manajemen kepada pemilik perusahaan dengan melihat tanggal

penyampaian laporan keuangan. Apabila perusahaan menyampaikan laporan

sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan oleh OJK maka perusahaan tersebut
mempunyai tingkat relevan yang tinggi atas informasi yang disampaikan dalam

laporan keuangan.

2.5.4 Motivasi Manajemen Laba

Secara umum, manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

perusahaan untuk mengintervensi atau memengaruhi informasi dalam laporan

keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dipakai sebagai dasar sebagian

pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara itu, pihak

lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai

kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam

kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur

akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan

tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah

laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil

kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan dalam

laporan keuangan. Secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu

atau badan usaha melakukan tindakan creative accounting atau manajemen laba.

a. Motivasi Bonus
Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan

sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer

dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah

relatif tetap dan rutin. Sementara, bonus yang relatif lebih besar nilainya hanya

akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus yang telah

ditetapkan oleh pemegang saham.

Kinerja manajer salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha.

Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para

manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang

mereka melakukan tindakan manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja

yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal.

b. Motivasi Utang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham untuk

kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa

kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor

mau menginvestasikan dananya di perusahaan, tentunya manajer harus

menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya. Untuk memperoleh hasil

maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif dari manajer

untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali

muncul.

c. Motivasi Pajak

Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public

dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan
perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang belum go public.

Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan

untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang

sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif

melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan

memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntansi

perpajakan.

d. Motivasi Initial Public Offering (IPO)

Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public

ataupun sudah go public.Perusahaan yang akan go public akan melakukan

penawaran saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial

Public Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon

investor. Begitupun dengan perusahaan yang sudah go public untuk kelanjutan

dan ekspansi usahanya.

e. Motivasi Pergantian Direksi

Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian

direksi atau chief executive officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan,

direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa

kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Motivasi utama yang

mendorong hal tersebut adalah untuk memperoleh bonus yang maksimal pada

akhir masa jabatanny

f. Motivasi Politis
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang

usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan

strategis semisal perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap

mendapatkan subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi

keuangannya dalam keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak

terlalu baik karena jika sudah baik, kemungkinan besar subsidi tidak lagi

diberikan.

Dari penjelasan di atas terdapat beberapa motivasi yang mendorong

terjadinya manajemen laba, namun yang sejalan dengan penelitian ini yaitu

ditinjau dari motivasi perpajakan (taxation motivations). Scott mengemukakan

bahwa motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang

paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan

aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak.

Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam

keputusan manajemen laba. Intinya manajer termotivasi melakukan manajemen

laba untuk menurunkan laba demi mengurangi beban pajak yang harus dibayar.

https://www.jurnal.id/id/blog/motivasi-dan-teknik-manajemen-laba/

2.5.5 Teknik Manajemen Laba 


Manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga teknik (Azhari, 2015)

yaitu:

1. Perubahan metode akuntansi Manajemen mengubah metode akuntansi yang

berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan

angka laba. Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk

mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, misalnya: xMengubah

metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun (sum of the year

digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line)xMengubah periode

depresiasi.

2. Memainkan kebijakan perkiraaan akuntansi Manajemen mempengaruhi laporan

keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan akuntansi. Hal tersebut

memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subjektivitas dalam

menyusun estimasi, misalnya: x Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang

tidak tertagih xKebijakan mengenai perkiraan biaya garansi xKebijakan

mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum terputuskan.

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan Manajemen menggeser periode biaya

atau pendapatan atau sering disebut manipulasi keputusan operasional, misalnya:

a. Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

sampai periode akuntansi berikutnya.

b. Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya.

c. Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan

sampai periode akuntansi berikutnya.

d. Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.


e. Mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu

A. Sri Setia Ningsih, Marista Winanti Sutadipraja dan Mardiana (2019)

Sri Setia Ningsih, Marista Winanti Sutadipraja dan Mardiana melakukan

penelitian yang berjudul “Pajak Kini, Pajak Tangguhan, Aset Pajak Tangguhan,

Liabilitas Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba” yang meneliti

perusahaan kelompok industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2013-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak

kini berpengaruh signifikan terhadap variabel manajemen laba. Pajak tangguhan

mempengaruhi manajemen laba, aset pajak tangguhan mempengaruhi manajemen

laba, dan kewajiban pajak tangguhan tidak berpengaruh pada manajemen laba.

B. A.A Gede Raka Plasa Negara1I.D.G. Dharma Suputra (2017)

A.A Gede Raka Plasa Negara1I.D.G. DharmaSuputra melakukan

penelitian yang berjudul “PENGARUH PERENCANAAN PAJAKDAN BEBAN

PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA” yang meneliti

perusahaan yang tergabung dalam industri manufaktur , jasa dan retail yang

terdaftar di BEI selama periode tahun 2013-2015. Berdasarkan hasil analisis

ditemukan bahwa perencanaan pajak berpengaruh positif terhadap manajemen

laba dan beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap probabilitas

perusahaan melakukan manajemen laba.

C. Dedi Mizuar
Dedi Mizuar melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH

BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA” yang

meneliti PADA PERUSAHAAN PERKERBUNAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2017 Hasil penelitian

menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan perkebunan yang

terdaftar di bursa efek indonesia periode 2013-2017.

D. A.Mansyur Tanra, Nuramal, Muh.Emil, Sarah Puji Masnawan (2017)

A.Mansyur Tanra, Nuramal, Muh.Emil, Sarah Puji Masnawan

melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PROFITABILITAS DAN

BEBAN PAJAK KINI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA” yang meneliti perusahaan manufaktur selama periode 2014-2017

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap manajemen laba dan beban pajak kini berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba.

E. Revy Wilhelmina Silooy

Revy Wilhelmina Silooy melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN BEBAN PAJAK KINI


DALAM MENDETEKSI INCOME MAXIMIZATION” Studi ini sampel terdiri

dari 27 industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2013 Sampai dengan tahun 2017.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak kini berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan variabel manajemen. Pajak tangguhan mempengaruhi manajemen

laba, aset pajak tangguhan mempengaruhi manajemen laba, dan kewajiban pajak

tangguhan tidak berpengaruh pada manajemen laba. Batasan penelitian Sampel

perusahaan yang digunakan dipertimbangkan kurang representatif karena pada

perusahaan manufaktur adalah barang konsumsi bekas.

F. Ade Aldeshinta

Ade Aldeshinta melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS BEBAN

PAJAK KINI (CURRENT TAX), BEBAN PAJAK TANGGUHAN(DEFERRED

TAX) DAN KEWAJIBAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN(DEFERRED TAX

LIABILITIS) TERHADAP MANAJEMENT LABA” Data dalam penelitian ini

merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dasar dan kimia

yang terdaftar di BEI. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling, dan diperoleh jumlah perusahaan yang diteliti sebanyak 8 perusahaan

dengan periode penelitian 4 tahun (2012 – 2015). Secara parsial menunjukkan

bahwa beban pajak kini berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba,

sedangkan beban pajak tangguhan dan kewajiban beban pajak tangguhan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.


g. Elisa Yuliana

Elisa Yuliana melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Beban Pajak

Tangguhan Dan Beban Pajak Kini Untuk Mendeteksi Manajemen Laba”

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-

2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan terdapat 32 sampel. Teknik analisis

yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan beban pajak tangguhan

berpengaruh signifikan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen

laba agar laba tidak menurun. Sedangkan pajak penghasilan saat ini tidak

dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari

penurunan laba.
1.3 Kerangka Penelitian Terdahulu

NO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN

1. Sri Setia Ningsih, “Pajak Kini, Pajak Hasil penelitian

Marista Winanti Tangguhan, Aset Pajak menunjukkan bahwa

Sutadipraja dan Tangguhan, Liabilitas Pajak pajak kini berpengaruh

Mardiana Tangguhan Terhadap signifikan terhadap

Manajemen Laba” variabel manajemen laba.

Pajak tangguhan

mempengaruhi

manajemen laba, aset

pajak tangguhan

mempengaruhi

manajemen laba, dan

kewajiban pajak

tangguhan tidak

berpengaruh pada

manajemen laba.

2. A.A Gede Raka Plasa “PENGARUH Berdasarkan hasil

Negara1I.D.G. PERENCANAAN analisis ditemukan bahwa

Dharma Suputra PAJAKDAN BEBAN perencanaan pajak

PAJAK TANGGUHAN berpengaruh positif

TERHADAP MANAJEMEN terhadap manajemen laba


LABA” dan beban pajak

tangguhan berpengaruh

positif terhadap

probabilitas perusahaan

melakukan manajemen

laba.

3. Dedi Dedi Mizuar “PENGARUH BEBAN Hasil penelitian

(2019) PAJAK TANGGUHAN menunjukkan bahwa

TERHADAP MANAJEMEN beban pajak tangguhan

LABA” berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

manajemen laba (studi

empiris pada perusahaan

perkebunan yang

terdaftar di bursa efek

indonesia periode 2013-

2017

4. A.Mansyur Tanra, “PENGARUH Hasil penelitian tersebut

Nuramal, Muh.Emil, PROFITABILITAS DAN menyimpulkan bahwa

Sarah Puji Masnawan BEBAN PAJAK KINI profitabilitas

(2017) TERHADAP MANAJEMEN berpengaruh positif dan


LABA PADA signifikan terhadap

PERUSAHAAN manajemen laba dan

MANUFAKTUR YANG beban pajak kini

TERDAFTAR DI BURSA berpengaruh positif

EFEK INDONESIA” signifikan terhadap

manajemen laba.

5. Revy Wilhelmina “PENGARUH AKTIVA Hasil penelitian

Silooy PAJAK TANGGUHAN menunjukkan bahwa

DAN BEBAN PAJAK KINI pajak kini berpengaruh

DALAM MENDETEKSI signifikan terhadap

INCOME pendapatan variabel

MAXIMIZATION” manajemen. Pajak

tangguhan

mempengaruhi

manajemen laba, aset

pajak tangguhan

mempengaruhi

manajemen laba, dan

kewajiban pajak

tangguhan tidak

berpengaruh pada

manajemen laba. Batasan


penelitian Sampel

perusahaan yang

digunakan

dipertimbangkan kurang

representatif karena pada

perusahaan manufaktur

adalah barang konsumsi

bekas.

7. ADE ALDESHINTA “ANALISIS BEBAN Secara parsial

PAJAK KINI (CURRENT menunjukkan bahwa

TAX), BEBAN PAJAK beban pajak kini

TANGGUHAN(DEFERRE berpengaruh positif

D TAX) DAN KEWAJIBAN signifikan terhadap

BEBAN PAJAK manajemen laba,

TANGGUHAN(DEFERRE sedangkan beban pajak

D TAX LIABILITIS) tangguhan dan kewajiban

TERHADAP beban pajak tangguhan

MANAJEMENT LABA” tidak berpengaruh

terhadap manajemen

laba.

8. Elisa Yuliana (2012) “Analisis Beban Pajak Hasil penelitian

Tangguhan Dan Beban Pajak menunjukkan bahwa


Kini Untuk Mendeteksi perubahan beban pajak

Manajemen Laba” tangguhan berpengaruh

signifikan dapat

digunakan untuk

mendeteksi manajemen

laba agar laba tidak

menurun. Sedangkan

pajak penghasilan saat ini

tidak dapat digunakan

untuk mendeteksi

manajemen laba untuk

menghindari penurunan

laba.

1.4 Hipotesis Penelitian

1.4.1 Beban Pajak Tangguhan (deferred tax)

Pelaporan beban pajak penghasilan yang mencakup pajak kini (current tax) dan

pajak tangguhan (deffered tax), menghasilkan laba akuntansi yang lebih

informatif dan dapat mencerminkan kinerja perusahaan sebenarnya.


Penelitian yang dilakukan Perwita (2015), yang menyatakan bahwa kesalahan

dalam model akrual untuk mengindikasikan manajemen laba dapat dikurangi

dengan memfokuskan pada beban pajak tangguhan. Dalam penelitian tersebut

digunakan model distribusi laba sebagai pengukur manajemen laba. Penelitian ini

menemukan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara

signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan

dengan tujuan menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian.

Beban pajak tangguhan (deferred tax) berpengaruh terhadap manajemen laba

1.4.2 Beban Pajak Kini ( current tax)

Berdasarkan penelitian Amanda (2015) membuktikan bahwa beban pajak

kini dapat mendeteksi manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Rahmi (2013)

yang menunjukkan bahwa beban pajak kini tidak dapat mendeteksi

manajemenlaba pada saat seasoned equityofferings. Maka hipotesis pertama yang

diuji dalam penelitian ini adalah:H1 : Beban pajak kini (current tax) berpengaruh

terhadap manajemen laba.

1.4.3 Kompensasi Manajemen

Hasil penelitian yang senada juga disampaikan dalam penelitian dari

Zulaecha (2018), dimana kompensasi eksekutif tidak berpengaruh pada


manajemen laba. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa bukan

kompensasi yang tinggi yang diharapkan oleh pihak manajemen dalam

melakukan manajemen laba. Namun tidak berpengaruhnya kompensasi eksekutif

terhadap manajemen laba karena didasari oleh motif lain dari manajemen, yaitu

dapat berupa jabatan, kekuasaan, kepercayaan, dan lain-lain. Atau dapat juga,

karena pemberian kompensasi yang dilakukan tidak bergantung dengan kondisi

perusahaan, entah perusahaan dalam kondisi laba atau rugi kompensasi tetap

diberikan. Dalam hal ini, manajer bertindak sesuai dengan kepentingannya,

karena memang manajer tersebut mempunyai wewenang untuk melakukan hal

tersebut. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Fatmawati (2016)

dan Astuti (2017), yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh pada

manajemen laba. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa manajemen

laba tidak dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya profitablitas sebab

meningkatnya profitabilitas menunjukkan kinerja yang telah baik oleh pihak

manajemen, dan para shareholder juga akan menerima dividen yang besar,

sehingga manajer tidak termotivasi untuk melakukan manajemen aba.Namun,

hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Lestari dan Wulandari

(2019), Wibisana, et. al (2014), dan Purnama (2017) yang menyatakan terdapat

pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba.Jadi, tidak berpengaruhnya

profitabilitas dalam pengaruh kompensasi eksekutif terhadap manajemen laba

diduga karena manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen tidak

didasari dengan motivasi untuk memperoleh kompensasi yang tinggi, sehingga

seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaandari aset perusahaan tidak
akan meningkatkan kompensasi yang diberikan kepada para eksekutif dan

manajemen laba tetap atau tidak dilakukan.

1.4.4 Model Empirik Penelitian

Berdasarkan hipotesis yang telah dibangun pada bagian sebelumnya, berikut ini

akan digambarkan kerangka pemikiran antar variabel sebagai berikut:

Gambar II.

Model Empirik Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

(X1) Beban Pajak Tangguhan (Y) Manajemen laba

(X2) Beban Pajak Kini untuk menghindari laba

(X3) Kompensasi Manajemen menurun


Bab III

Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian, sedangkan sampel

adalah sebagian dari populasi tersebut. Nilai yang dihitung dan diperoleh dari
populasi ini disebut dengan parameter.Populasi merupakan seluruh jumlah dari

subjek yang akan diteliti oleh seorang peneliti. Menurut Handayani (2020),

populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri

sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang

akan diteliti. 

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(Sugiyono,2018:81)

Teknik pengambilan sampel sendiri dilakukan secara purposive sampling, dengan

tujuan untuk mendapatkan kriteria yang di butuhkan.

kriteria sampel pada penelitian kali ini dengan menggunakan sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangan yang

lengkap dari tahun 2017 hingga tahun 2019, dengan periode per 31 Desember,

serta menggunakan mata uang Indonesia.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, Sugiyono (2018:131)

Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah sebagai

berikut
1. Populasi pada penelitian ini adalah beberapa perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan

keuangan auditan secara konsisten dan engkap dari tahun 2017 – 2019.

2. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.

3. Perusahaan manufaktur tidak melakukan merger, akuisisi, dan perubahan

usaha lainnya.

4. Laporan keuangan menggunakan mata uang Indonesia.

5. Kelengkapan data tersedia.

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,

mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data

sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan

kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok

permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan

diperoleh. Dari metode penelitian ini peneliti berusaha menggunakan studi

dokumentasi.

Studi dokumentasi atau yang biasa disebut dengan kajian dokumen

merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada

subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian.

Dalam studi dokumentasi, peneliti biasanya melakukan penelusuran data historis


objek penelitian serta melihat sejauh mana proses yang berjalan telah

terdokumentasikan dengan baik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dengan cara mrenyalin atau memfotokopi data dari sumbernya,

yaitu Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Manajemen laba (ML) merupakan perilaku yang dilakukan oleh manajer

perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan

keuangan eksternal untuk motivasi tertentu. Dalam penelitian ini probabilitas

perusahaan dalam melakukan manajemen laba diperoleh dari pendistribusian

manajemen laba berdasarkan scaled earning changes. Manajemen laba diukur

dengan menggunakan variabel dummy, Apabila perubahan laba bersih

perusahaan I dari tahun t-1 ke t dibagi nilai pasar ekuitas pada akhir tahun t-2

hasilnya > 0. Dan kode 0 apabila perubahan laba bersih perusahaan i dari tahun t-

1 ke t dibagi nilai pasar ekuitas pada tahun t-2 adalah < 0.

Pengukuran manajemen laba sebagai berikut :

Scaled Earning Changes it = Net Income it –Net Income it-1

Market Value Equity it-2


Market Value Equity = Listed Shares x Closing Price

Keterangan :

Scaled Earning Changes it : Manajemen laba (earning management )

Perusahaan i pada tahun ke t

Net Income it : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

Net Income it-1 : Laba bersih perusahaan i pada tahun t-1

Market Value Equity : Nilai pasar ekuitas perusahaan i pada tahun t-2

Listed Shares : Jumlah saham beredar perusahaan i pada tahun t-2

Closing Price : Harga saham perusahaan i pada tahun t-2

2. Variabel Bebas

1. Beban Pajak Kini (BPK)

Beban pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas

penghasilan kena pajak pada satu periode. Besarnya dihitung dari penghasilan

kena pajak yang sebelumnya telah memperhitungkan adanya beda tetap sekaligus

beda waktu, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Beban pajak kini yang

dimaksud dalam penelitian ini diukur menggunakan skala rasio, dan diperoleh

dari beban pajak kini pada periode laporan keuangan tertentu dibagi dengan total

aktiva periode sebelumnya.

Rasio Beban Pajak Kini it = Beban Pajak Kini it


Ait-1

Keterangan ;

Beban Pajak kini it = Beban Pajak Kini Perusahaan I Pada Tahun t

Ait-1 = Jumlah Total Aktiva Perusahaan I Pada Tahun

Sebelumnya

2. Beban Pajak Tangguhan (BPT)

Beban Pajak Tangguhan merupakan jumlah pajak penghasilan yang

terutang atau terpulihkan pada tahun mendatang sebagai akibat adanya perbedaan

temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kompensasi kerugian yang dapat

dikompensasikan. Beban pajak tangguhan dapat dihitung dengan rumus :

Rasio BPT = BPTit - BPTit-1

Ait-1

Keterangan :

BPT : Beban Pajak Tangguhan

BPTit : Beban Pajak Tangguhan i pada tahun t

BPTit-1 : Beban Pajak Tangguhan i pada tahun t-1

Ait-1 : Jumlah total aktiva perusahaan I pada tahun sebelumnya.

3. Kompensasi Manajemen
Kompensasi bonus adalah suatu kebijakan yang diberikan kepada manajer

yang didasarkan pada hasil kinerjanya demi mencapai tujuan perusahaan. Dengan

adanya kompensasi bonus tersebut, pihak manajemen akan terus berusaha

meningkatkan laba perusahaan semaksimal mungkin sehingga laporan keuangan

yang dihasilkan akan terlihat bagus. Kompensasi bonus diukur dengan variabel

dummydimana perusahaan yang memberikan kompensasi akan diberi nilai 1 dan

jika tidak memberikan kompensasi akan diberi nilai 0 (Ermayanti, 2016).

Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode

akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Jika perusahaan memiliki

kompensasi bonus, maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang

mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima.

Untuk variabel ini akan diukur dengan cara perusahaan yang memberikan

kompensasi bonus kepada manajemen akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak

memberikan kompensasi bonus kepada manajemen diberi nilai 0.

Persamaan regresi yang digunakan:

Y = α+β1X1+ β2X2+ ε

Keterangan :

Y = Manajemen

Laba α = Bilangan Konstan

β1–β2 = Koefisien Regresi

X1 = Kompensasi Bonus

X2 = Kepemilikan Keluarga

Ε = Faktor lain yang berpengaruh pada variabel terikat


Kompensasi Manajemen adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang

langsung maupun barang tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan

atau jasa yang diberikan pada perusahaan. Serta kompensasi tambahan finansial

atau non finansial yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap

semua karyawan dan usaha meningkatkan kesejahteraan mereka seperti

tunjangan hari raya dan uang pensiun.

Pemberian paket insentif secara total kepada manajemen terdiri dari 3 (tiga)

komponen, yaitu :

1. Gaji

2. Tunjangan Pensiun dan Kesehatan

3. Kompensasi atau Insentif Paket tersebut diatas yang diberikan kepada

Manajemen pada perusahaan yang besar dan kecil berbeda, terutama

perusahaan pada industri yang sama akan bersaing. Peraturan pasar modal

dan perusahaan mengharuskan agar rencana kompensasi atau revisinya

harus disetujui oleh Pemegang Saham melalui DEKOM sebelumnya baru

ke RUPS.

Karakteristik Rencana Pemberian Insentif (Kompensasi) Kepada

Manajemen.

1. Formula bonus yang paling sederhana , dengan presentase

tertentu terhadap laba bersih :

Dana Bonus = X % x Laba Bersih.


2. Presentase tertentu dari laba pada tingkat laba minimum dapat

dicapai :

Dana Bonus = X% x (Laba Bersih –Total EPS Minimum)

3. Metode lain menghubungkan laba dengan modal yang digunakan

Bonus = presentase laba sebelum pajak dan bunga atas hutang

jangka panjang – {beban modalatas (total kekayaan pemegang

saham + hutang jangka panjang)}.

4. Sama dengan metode ke 3, tetapi ditekankan pada pengertian

modal = kekayaan pemegang saham.

5. Bonus diberikan berdasarkan presentase kenaikan laba

dibandingkan laba yang sebelumnya.

6. Bonus diberikan berdasarkan kemampuan memperoleh laba relatif

dibandingkan dengan kemampuan rata-rata laba industri.

3.4 Metode Analisis Data

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, dan

range. Sehingga dapat menjadi patokan analisis lebih lanjut. Berikut merupakan

hasil statistik deskriptif variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu beban pajak

kini, beban pajak tangguhan, kompensasi manajemen, dan manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai