Anda di halaman 1dari 15

Riya Gusti Pratami

PENGARUH PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING)DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN


TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA BANK BUSN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2014-2018

Riya Gusti Pratami1), Monang Situmorang2), Haqi Fadillah3)


1,2,3
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
E-mail : riya.gusti@gmail.com

ABSTRACT
Tax planning and deferred tax expense are needed by companies in practicing earnings management.
By doing earnings management, the company’s goals can be achieved, the goals were to attract
investors to invest their funds in the company. The purpose of this study were (1) to study the effect of
tax planning on earnings management. (2) to study the effect of deferred tax expense on earnings
management. (3) to study the effect of tax planning and deferred tax expense on earnings
management. The samples in this study were 5 busn banks listed on the Indonesian Stock Exchange, in
this study using regression data panel to analysis techniques. The results of the study show that (1) tax
planning had effect on earnings management, (2) deferred tax expense doesn’t have effect on earnings
management, and (3)tax planning and deferred tax expense have effect on earnings management.

Keywords: Tax Planning, Deferred Tax Expense, and Earning Management

ABSTRAK
Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan praktik
manajemen laba. Dengan melakukan manajemen laba tersebut maka tujuan perusahaan dapat
tercapai, tujuan tersebut yaitu menarik investor untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak terhadap
manajemen laba pada bank busn. (2) untuk mengetahui beban pajak tangguhan terhadap manajemen
laba pada bank busn. (3) untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba pada bank busn. Sampel pada penelitian ini sebanyak 5 bank busn yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan teknik analisis regresi data panel. Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba, (2) beban pajak
tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan (3) perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada bank busn.

Kata Kunci : Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, dan Manajemen Laba

PENDAHULUAN memberikan informasi mengenai kondisi


keuangan perbankan, terutama laba
Kartika (2015) menyatakan bahwa
perbankan. Pentingnya informasi mengenai
peran bank umum tidak hanya menyediakan
laba inilah membuat manajemen melakukan
berbagai jasa perbankan dan sebagai pusat
tindakan yang bertujuan untuk
perekonomian, tetapi juga sebagai pelaksana
menguntungkan diri mereka dan akhirnya
kebijakan moneter yang dibuat oleh
merugikan perusahaan. Tindakan ini mencakup
pemerintah. Selain dituntut untuk bisa
pemilihan kebijakan akuntansi sehingga bisa
menjalankan peranannya dengan baik, bank
mengatur naik, turun maupun ratanya laba
juga harus bisa menjaga kepercayaan
perusahaan yang dihasilkan, perilaku ini
masyarakat terutama nasabahnya. Hal
dikenal dengan manajemen laba (earnings
tersebut dilakukan agar nasabah terus
management) (Kartika, 2015).
menginvestasikan dananya kepada suatu bank.
Menurut Tundjung (2015), manajemen
Pada umumnya bank menjaga
laba merupakan tindakan manajemen untuk
kepercayaan nasabah mereka dengan cara
memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar

1
Riya Gusti Pratami

tertentu untuk memengaruhi laba yang akan perusahaan benar-benar efisien. Tujuan utama
terjadi menjadi seperti yang mereka inginkan perencanaan pajak adalah mencari berbagai
melalui pengelolaan faktor internal yang celah yang dapat ditempuh dalam koridor
dimiliki atau digunakan perusahaan. peraturan perpajakan, agar perusahaan dapat
Sedangkan Herdawati (2015) mendefinisikan membayar pajak dalam jumlah minimal.
manajemen laba sebagai tindakan yang Perencanaan pajak dapat diukur
dilakukan melalui pilihan kebijakan akuntansi dengan menggunakan rumus TRR (Tax
untuk memperoleh tujuan tertentu, misalnya Retention Rate) atau (tingkat retensi pajak),
untuk memenuhi kepentingan sendiri atau yang menganalisis suatu ukuran dari efektivitas
meningkatkan nilai pasar perusahaan. manajemen pajak pada laporan keuangan
Fenomena adanya indikasi perbankan perusahaan (Wild et al., 2004 dalam
melakukan manajemen laba terjadi, seperti Herdawati, 2015). TRR mengukur efektivitas
dalam kasus Bank Bukopin. Bank Bukopin dari perencanaan pajak, yang berarti semakin
dalam laporan konsolidasian untuk tahun buku tinggi nilai TRR maka semakin tinggi pula
2016 yang dilaporkan ke BEI per Maret 2018 efektivitas dari upaya perencanaan pajak yang
mengalami perbedaan dengan laporan dilakukan. Besaran tarif PPh Badan di Indonesia
keuangan sebelumnya. Perbedaan mencolok yaitu 25% atau 0,25 sehingga TRR dikatakan
terlihat dari laba operasioanal yang tercatat efektif dalam melakukan upaya perencanaan
hanya sebesar Rp 476,57 miliar per akhir 2016. pajak jika memiliki nilai lebih dari 25% atau
Padahal pada laporan keuangan sebelumnya, 0,25 (Reilly, 2011).
laba Bank Bukopin sempat menjulang ke angka Selain perencanaan pajak, terdapat
Rp 1,38 triliun. Selisih ini cukup tinggi mencapai motivasi perpajakan lainnya yang dilakukan
65,46% saat sebelum dan sesudah revisi. Bukan perusahaan yaitu dengan melakukan
hanya pada laba operasional, pada laba tahun penghematan atau penundaan pajak
berjalan Bank Bukopin berubah drastis menjadi perusahaan. Alasan penghematan atau
hanya Rp 176,49 miliar di laporan penundaan pajak (pajak tangguhan) melalui
konsolidasian tahun 2016 yang berbanding kecenderungan perusahaan untuk mengurangi
terbalik dengan angka sebelum terjadinya laba yang dilaporkan. Salah satu penghematan
revisi yaitu menembus Rp 1,09 triliun. pajak yang dilakukan perusahaan yaitu dengan
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan cara meminimalkan beban pajak yang akan
bahwa Bank Bukopin diduga melakukan dibayarkan oleh perusahaan tersebut juga
manajemen laba pada saat merevisi laba tahun akan kecil sehingga dapat menguntungkan
2016 dengan cara menurunkan laba pada perusahaan yang melakukan manajemen laba
tahun 2016 (Kontan.co.id, 4/18). (Setyawan dan Harnovinsah, 2016).
Salah satu motivasi perusahaan Tundjung (2015) mengemukakan
melakukan manajemen laba karena adanya bahwa beban pajak tangguhan dapat
motivasi perpajakan. Dengan adanya motivasi digunakan untuk memprediksi praktik
perpajakan tersebut, perusahaan berupaya manajemen laba oleh manajemen dengan dua
mencari cara untuk meminimalkan tujuan yaitu untuk menghindari penurunan
pembayaran pajak perusahaan. Pada laba dan menghindari kerugian. Beban pajak
umumnya perusahaan melakukan tangguhan dapat diukur dengan menggunakan
penghematan pajak dengan cara melakukan rumus BPT (Beban Pajak Tangguhan) yang
perencanaan pajak. Manajemen membandingkan antara beban pajak
meminimalkan pembayaran pajak dengan tangguhan pada tahun ini dengan total aset
menekan dan membuat beban pajak sekecil yang dimiliki perusahaan pada tahun
mungkin. Upaya untuk meminimalkan beban sebelumnya.
pajak secara eufimisme ini sering disebut Dengan adanya fenomena tersebut
dengan perencanaan pajak (tax planning) maka peneliti ingin mengetahui apakah pada
(Ningsih, 2017). bank BUSN melakukan tindakan manajemen
Santana dan Wirakusuma (2016) laba dengan beberapa pola yang telah
menyatakan bahwa perencanaan pajak adalah disebutkan. Peneliti memilih Bank BUSN
suatu upaya agar pajak yang dibayarkan oleh karena Bank BUSN sebagai salah satu bank

2
Riya Gusti Pratami

yang dapat menjaga kestabilan perekonomian menjadi 0,000419 dan pada tahun 2018
di Indonesia. Adanya perbankan yang baik kembali mengalami penurunan menjadi
maka dapat mengindikasikan kondisi 0,000215. Pada variabel manajemen laba
perekonomian suatu negara tersebut dalam terindikasi bahwa pada Bank BUSN selama
kondisi yang baik karena salah satu peran bank periode 2014-2018 melakukan manajemen
ialah sebagai pelaksana kebijakan moneter laba dengan beberapa pola. Pada tahun 2014,
yang telah dibuat oleh pemerintah. 2016, 2017 dan 2018 Bank BUSN terindikasi
Terdapat lima bank BUSN yang akan melakukan manajemen laba dengan
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dari lima menggunakan income maximization. Hal
bank BUSN yang terdaftar di Bursa Efek tersebut dapat dilihat dari adanya perolehan
Indonesia (BEI) pada periode 2014-2018 maka nilai positif pada manajemen laba tahun 2014,
diperoleh grafik rata-rata dari manajemen laba 2016, 2017 dan 2018. Pada tahun 2015 Bank
yang dihitung dengan model Scaled Earning BUSN terindikasi melakukan manajemen laba
Changes (SEC), rata-rata beban pajak dengan menggunakan pola minimization
tangguhan yang dihitung dengan BPT, dan rata- income. Hal tersebut dapat diketahui karena
rata perencanaan pajak yang dihitung dengan pada tahun 2015 rata-rata manajemen laba
TRR. memperoleh nilai negatif. Selama periode
2014-2018 pada Bank BUSN nilai TRR selalu
diatas batas yang telah ditentukan yaitu 0,25
sehingga dapat dilihat bahwa Bank BUSN telah
efektif dalam melakukan upaya perencanaan
pajak. Dari data tersebut pada Bank BUSN tidak
ada yang terindikasi melakukan manajemen
laba dengan menggunakan pola perataan laba.
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pada tahun 2014, 2015,
2016 dan 2017 setiap kenaikan perencanaan
pajak dapat menyebabkan turunnya
manajemen laba Bank BUSN begitu pula
Gambar 1. Rata-rata TRR, BPT, & SEC Bank sebaliknya setiap penurunan perencanaan
BUSN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pajak dapat menyebabkan kenaikan
Pada Tahun 2014-2018 manajemen laba Bank BUSN, dengan kata lain
Berdasarkan Gambar 1. maka pada tahun tersebut perencanaan pajak diduga
diperoleh data dari variabel perencanaan pajak dapat berpengaruh negatif terhadap
(TRR) Bank BUSN berada dalam kondisi yang manajemen laba. Berbanding terbalik dengan
tidak stabil. Pada tahun 2014-2018 mengalami tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2018
kenaikan dan penurunan dari tahun ke terjadi penurunan pada perencanaan pajak
tahunnya, pada tahun 2015 mengalami dan menyebabkan manajemen laba
kenaikan dari tahun sebelumnya dari 0,730224 mengalami penurunan. Hal tersebut
menjadi 0,789097 dan tahun 2016 mengalami mengindikasi bahwa perencanaan pajak pada
penurunan menjadi 0,697228, kemudian tahun tahun 2018 diduga dapat berpengaruh positif
2017 mengalami kenaikan menjadi 0,840188, terhadap manajemen laba.
dan pada tahun 2018 kembali mengalami Pada tahun 2014, 2015, dan 2016
penurunan menjadi 0,778501. Pada variabel setiap kenaikan pada beban pajak tangguhan
beban pajak tangguhan (BPT) selama periode dapat menyebabkan turunnya manajemen
2014-2018 mengalami kondisi yang tidak laba Bank BUSN begitu pula sebaliknya setiap
stabil. Pada tahun 2015 beban pajak tangguhan penurunan beban pajak tangguhan dapat
(BPT) mengalami kenaikan yang sebelumnya menyebabkan kenaikan manajemen laba Bank
pada 2014 sebesar 0,000197 menjadi 0,000360 BUSN, artinya beban pajak tangguhan diduga
pada tahun 2015 kemudian mengalami dapat berpengaruh negatif terhadap
kenaikan pada tahun 2016 menjadi 0,000647, manajemen laba. Akan tetapi, pada tahun 2017
dan mengalami penurunan pada tahun 2017 dan 2018 setiap kenaikan beban pajak

3
Riya Gusti Pratami

tangguhan dapat menyebabkan kenaikan pada laba yang maksimal dan tercapainya target-
manajemen laba Bank BUSN begitu pula target yang ditentukan sebelumnya. Oleh
sebaliknya setiap penurunan beban pajak karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan
tangguhan dapat menyebabkan penurunan mengambil judul “Pengaruh Perencanaan
pada manajemen laba Bank BUSN. Hal tersebut Pajak (Tax Planning) dan Beban Pajak
mengindikasi bahwa beban pajak tangguhan Tangguhan Terhadap Manajemen Laba Pada
pada tahun 2017 dan 2018 dapat berpengaruh Bank BUSN Yang Terdaftar Di Bursa Efek
positif terhadap manajemen laba. Indonesia Pada Tahun 2014-2018’’.
Berbagai penelitian mengenai
pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak KAJIAN LITERATUR
tangguhan terhadap manajemen laba telah
Pengertian Manajemen Laba
dilakukan, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Fitriany (2016), Santana dan Manajemen laba adalah suatu upaya
Wirakusuma (2016) yang menyatakan bahwa untuk mengubah, menyembunyikan, dan
Perencanaan pajak terbukti berpengaruh memanipulasi angka-angka kepada pihak
positif terhadap manajemen laba karena eksternal dengan tujuan untuk keuntungan
semakin bagus perencanaan pajaknya maka bagi dirinya sendiri dengan cara mengubah
semakin besar perusahaan melakukan atau mengabaikan standar akuntansi yang
manajemen laba. Sedangkan, menurut telah ditetapkan, sehingga menyajikan
Setyawan dan Harnovinsah (2016), informasi yang tidak sebenarnya (Fitriany,
perencanaan pajak tidak memiliki pengaruh 2016). Menurut Indriyanti (2018), manajemen
yang signifikan terhadap manajemen laba. laba merupakan upaya manajer perusahaan
Penelitian Herdawati (2015), Negara untuk mengintervensi atau mempengaruhi
dan Suputra (2017) menyatakan bahwa beban informasi-informasi dalam laporan keuangan
pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder
terhadap manajemen laba. Semakin besar yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi
beban pajak tangguhan perusahan maka perusahaan.
semakin besar probabilitas perusahaan Istilah lain dari manajemen laba adalah
melakukan manajemen laba. Sedangkan, creative accounting, dalam bahasa Indonesia
Setyawan (2016) menyatakan bahwa beban istilah tersebut disebut juga dengan akuntansi
pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh yang kreatif. Pada dasarnya aktivitas manajemen
signifikan terhadap manajemen laba. laba atau creative accounting merupakan alat
Dari uraian diatas maka akan dilakukan atau teknis dalam praktik akuntansi. Sampai
penelitian pada perbankan BUSN yang saat ini belum ada kesepakatan mengenai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama batasan dan definisi dari manajemen laba.
periode 2014-2018. Perbankan yang akan Perbedaan inilah yang menyebabkan setiap
dipilih yaitu dengan mempertimbangkan pihak yang concern pada masalah aktivitas
kecukupan data yang memiliki kesamaan rekayasa manajerial ini mencoba untuk
karakteristik dengan penulis yang akan mendefinisikannya, baik dari pemahaman
gunakan dalam mengukur pengaruh beban positif maupun negatif (Frans, 2015).
pajak tangguhan dan ukuran perusahaan bagi Sari dan Astuti (2015) menyatakan
manajemen laba perbankan. bahwa manajemen laba sebagai pengelola
Berdasarkan latar belakang diatas bank memiliki informasi yang lebih banyak
dapat disimpulkan bahwa beban pajak dibandingkan pemilik, perbedaan kepentingan
tangguhan dan perencanaan pajak (tax diantara kedudukannya menimbulkan adanya
planning) diduga dapat berpengaruh positif konflik kepemilikan. Menurut Putri dan Titik
terhadap manajemen laba perusahaan. Selain (2014) alasan mengapa manajer mengatur laba
itu, perbankan BUSN melakukan manajemen karena laba telah dijadikan sebagai suatu
laba dikarenakan perusahaan tersebut ingin target dalam proses penilaian prestasi
menunjukkan kepada para pemegang saham perusahaan dan juga merupakan alat untuk
dan investor bahwa kinerja perbankan mengurangi biaya keagenan.
tersebut baik yang dibuktikan dengan adanya

4
Riya Gusti Pratami

Pola Manajemen Laba akan mempercepat transaksi yang


berpotensi merugikan.
Frans (2015) menyatakan bahwa
2. Perubahan dalam metode atau estimasi
manajemen laba dapat dilakukan dengan
akuntansi, yaitu dilakukan dengan
beberapa pola diantaranya adalah sebagai
memanfaatkan fleksibilitas standar
berikut:
akuntansi yang tidak secara tegas
1. Taking a bath
menyatakan metode atau estimasi yang
Pola ini terjadi saat reorganisasi
harus diterapkan atau tidak boleh
termasuk pengangkatan CEO baru dengan
diterapkan.
melaporkan kerugian dalam jumlah besar.
3. Akuntansi tidak sesuai standar, yaitu
Tindakan ini diharapkan dapat
teknik manajemen laba dengan
meningkatkan laba di masa datang.
melakukan penyimpangan secara sengaja
2. Income maximization
terhadap standar akuntansi. Teknik ini
Manajer perusahaan melaporkan net
dapat dikategorikan sebagai kecurangan
income yang tinggi untuk tujuan
dalam pelaporan keuangan.
mendapatkan bonus. Income maximization
4. Transaksi fiktif, yaitu teknik manajemen
dilakukan saat perusahaan mengalami
laba yang memanipulasi dengan mengakui
penurunan laba.
transaksi yang sebenarnya tidak terjadi
3. Income smoothing
ataupun tidak mengakui transaksi yang
Income smoothing merupakan salah
telah terjadi. Hal ini juga dapat
satu pola manajemen laba yang dilakukan
dikategorikan sebagai kecurangan.
dengan cara meratakan perolehan laba
yang perusahaan sehingga laba yang
Pengukuran Manajemen Laba
diperoleh tidak terlalu berfluktuasi.
4. Income minimization Terdapat beberapa cara yang dapat
Dilakukan pada saat perusahaan digunakan untuk mengukur manajemen laba
mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi diantaranya adalah :
sehingga jika laba periode mendatang 1. Model berbasis Aggregate Accruals
diperkirakan turun drastis dapat diatasi Model berbasis aggregate
dengan mengambil laba periode accruals yaitu model yang digunakan
sebelumnya. untuk mendeteksi aktivitas rekayasa
dengan menggunakan discretionary
Teknik Manajemen Laba accruals sebagai proksi manajemen
laba.
Herdawati (2015) menyatakan ada
a) The Haley Model (1985)
beberapa teknik-teknik umum yang digunakan
Model Haley 1985, merupakan
dalam manajemen laba, diantaranya adalah:
model yang relatif sederhana karena
1. Penentuan waktu transaksi yang tepat,
menggunakan total akrual sebagai
yaitu dilakukan dengan mengatur
proksi manajemen laba. Alasan
transaksi yang akan dilakukan dengan
penggunaan total akrual adalah
tujuan untuk memastikan bahwa transaksi
sebagai berikut:
dilakukan pada periode yang tepat atau
paling menguntungkan. Pada teknik ini,  Total akrual memiliki potensi
ketika terjadi kerugian yang besar atas untuk mengungkap cara-cara
suatu trasaksi, maka dengan sengaja manajemen laba baik itu
manajer akan mempercepat transaksi menaikkan maupun menurunkan
lainnya yang dapat memberikan laba.
keuntungan untuk menutup kerugian atas  Total akrual mencerminkan
transaksi sebelumnya pada periode yang keputusan manajemen yaitu
sama. Sebaliknya, apabila terdapat untuk menghapus aset pengakuan
keuntungan yang besar atas suatu atau menunda pendapatan dan
transaksi, maka dengan sengaja manajer menganggap biaya atau modal
suatu pengeluaran.

5
Riya Gusti Pratami

b) The De Angelo Model (1986) long term accruals dan


Model ini untuk mendeteksi nondiscretionary long term accruals
manajemen laba dikembangkan oleh merupakan akrual dari aset tidak
De Angelo pada tahun 1986. Secara lancar.
umum model ini juga menghitung total 2. Model berbasis Specific Accruals
akrual (TAC) sebagai selisih antara laba Model yang berbasis akrual (specific
akuntansi yang diperoleh suatu accruals) yaitu pendekatan yang menghitung
perusahaan selama satu periode akrual sebagai proksi manajemen laba dengan
bersangkutan atau dirumuskan menggunakan item atau komponen keuangan
sebagai berikut: tertentu dari industri tertentu atau cadangan
Model De Angelo mengukur kerugian piutang industri asuransi.
atau memproksikan manajemen laba 3. Model berbasis Distribution of
dengan non discretionary accrual Earnings After Management
(NDA) yang dihitung dengan Model Distribution of Earnings After
menggunakan total akrual akhir Management dikembangkan oleh Burgtahler
periode yang di skala dengan total aset dan Dichev, Degeorge, Patel, dan Zachauser,
periode sebelumnya. serta Myers dan Skinner. Pendekatan ini
c) Jones Model (1991) dikembangkan dengan melakukan pengujian
Model ini tidak lagi secara statistik terhadap komponen komponen
menggunakan asumsi bahwa laba untuk mendeteksi pada pergerakan laba di
nondiscretionary accruals adalah sekitar benchmark yang dipakai, misalkan laba
konstan. Namun, model ini kuartal sebelumnya, untuk menguji apakah
menggunakan dua asumsi sebagai incidence jumlah yang berada di atas maupun
dasar pengembangan yaitu, akrual di bawah benchmark telah didistribusikan
periode berjalan (current accruals) dan secara merata, atau merefleksikan ketidak
gross property, plant, and equipment. berlanjutan kewajiban untuk menjalankan
Secara implisit model Jones kebijakan yang telah dibuat.
mengasumsikan bahwa pendapatan 4. Model Scaled Earning Changes (SEC)
merupakan nondiscretionary. Apabila Pada model ini lebih memfokuskan
laba dikelola dengan menggunakan kepada elemen laba perusahaan. Pada model
pendapatan discretionary accruals, ini meneliti bagaimana perubahan laba suatu
maka model ini akan menghapus perusahaan yang dibandingkan dengan nilai
bagian laba yang dikelola untuk proksi pasar ekuitas perusahaan tersebut.
discretionary accruals.
d) Jones Modification Model Pajak Penghasilan
(Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995)
Resmi menyatakan bahwa pajak
Modifikasi dari model Jones
penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan
yang didesain untuk mengeliminasi
terhadap subjek pajak penghasilan yang
kecendrungan untuk menggunakan
diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
perkiraan yang bisa salah dari model
pajak. Peraturan perundangan yang mengatur
Jones untuk menentukan discretionary
Pajak Penghasilan di Indonesia adalah UU No.
accruals sebagai proksi manajemen
7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan
laba. Kelebihannya, model ini
dengan UU No. 36 Tahun 2008, Peraturan
memecah total akrual menjadi empat
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
komponen utama akrual, yaitu
Menteri Keuangan, Keputusan Direktur
discretionary current accruals,
Jenderal Pajak dan Surat Edaran Direktur
discretionary long term accruals dan
Jenderal Pajak.
nondiscretionary long term accruals.
Subjek pajak penghasilan berdasarkan
Discretionary current accruals dan
Pasal 2 ayat (1) No. 36 Tahun 2008
nondicretionary current accruals
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,
merupakan akrual yang berasal dari
diantaranya adalah subjek pajak orang pribadi,
aset lancar. Sedangkan discretionary

6
Riya Gusti Pratami

subjek pajak warisan yang belum terbagi (after tax return) karena pajak merupakan
sebagai satu kesatuan, menggantikan yang unsur pengurangan laba yang tersedia baik
berhak, subjek badan, dan subjek Bentuk untuk dibagikan kepada pemegang saham
Usaha Tetap (BUT). maupun untuk diinvestasikan kembali.
Perencanaan perpajakan umumnya selalu
Perencanaan Pajak dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau fenomena terkena pajak, jika
Perencanaan pajak adalah proses
transaksi tersebut terkena pajak, apakah dapat
mengorganisasi usaha wajib pajak orang
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi
pribadi maupun badan usaha sedemikian rupa
jumlah pajaknya, selanjutnya apakah
dengan memanfaatkan berbagai celah
pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
kemungkinan yang dapat ditempuh oleh
pembayarannya (Herdawati, 2015).
perusahaan dalam koridor ketentuan
peraturan perpajakan, agar perusahaan dapat
Pengukuran Perencanaan Pajak
membayar pajak dalam jumlah minimum
(Pohan, 2013). Sedangkan menurut Aditama Herawati dan Ekawati (2016)
dan Purwaningsih (2016), perencanaan pajak mengemukakan terdapat beberapa cara dalam
merupakan bagian manajemen pajak dan mengukur perencanaan pajak, diantaranya
merupakan langkah awal di dalam melakukan adalah;
manajemen pajak. a. Cash Effective Tax Rate (CASH ETR)
Cash Effective Tax Rate (CETR)
Jenis-jenis Perencanaan Pajak digunakan sebagai salah satu alat ukur
perencanaan pajak yang bersifat jangka
Setyawan dan Harnovinsah (2016)
pendek. Cash Effective Tax Rate (CETR)
menyatakan bahwa terdapat tiga macam cara
baik digunakan untuk menggambarkan
yang dapat dilakukan perusahaan untuk
kegiatan penghindaran pajak oleh
menekan jumlah pajaknya, yaitu:
perusahaan karena Cash ETR tidak
1. Tax Avoidance
terpengaruh dengan adanya perubahan
Tax avoidance yaitu strategi dan teknik
estimasi seperti penyisihan penilaian
penghindaran pajak yang dilakukan secara
atau perlindungan pajak.
legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak
b. Long-run Cash Effective Tax Rate (long-
bertentangan dengan ketentuan perpajakan,
run CASH ETR)
yaitu dengan memanfaatkan kelemahan yang
Long-run Cash Effective Tax Rate (long-
terdapat dalam undang-undang dan peraturan
run CASH ETR) adalah pengukuran
perpajakan itu sendiri.
penghindaran pajak dalam jangka
2. Tax Evasion
panjang, yang merupakan
Tax Evasion yaitu strategi dn teknik
pengembangan dari pengukuran dengan
penghindaran pajak yang dilakukan secara
CASH ETR. Pengukuran ini dilakukan
legal dan tidak aman bagi wajib pajak. Hal ini
dalam jangka waktu yang lebih panjang,
dilakukan dengan cara melakukan
misalnya sepuluh tahun. Cara yang
penghindaran pajak yang bertentangan
digunakan adalah dengan
dengan ketentuan perpajakan, karena tidak
menjumlahkan pembayaran atas pajak
berada dalam koridor undang-undang dan
(total cash tax paid) dalam suatu jangka
peraturan perpajakan yang berlaku.
waktu dibagi dengan total laba sebelum
3. Tax Saving
pajak (pre tax income) dalam jangka
Tax saving yaitu tindakan
waktu yang sama, dengan demikian
penghematan pajak dengan cara yang legal dan
pengukuran tersebut dapat
aman karena tidak bertentangan dengan
menggambarkan kondisi ETR yang lebih
undang-undang dan peraturan perpajakan.
mendekati biaya pajak perusahaan
Perencanaan pajak sama dengan
dalam jangka panjang.
halnya tax avoidance karena secara hakikat
c. Book Tax Difference
ekonomis keduanya berusaha untuk
memaksimalkan penghasilan setelah pajak

7
Riya Gusti Pratami

Book Tax Difference merupakan 1. penghasilan atau beban yang harus diakui
perbedaan jumlah laba yang dihitung untuk menghitung laba fiskal atau laba
berdasarkan akuntansi dengan laba yang komersial dalam periode berbeda;
dihitung sesuai dengan peraturan 2. goodwill atau goodwill negatif yang terjadi
perpajakab. Dalam konteks akuntansi saat konsolidasi;
perpajakan perbedaan tersebut 3. perbedaan nilai tercatat dengan tax base
menimbulkan dua jenis beda yaitu beda dari suatu aset atau liabilitas pada saat
tetap dan beda waktu. Perhitungan book pengakuan awal;
tax difference sebagai perbedaan antara 4. bagian dari biaya perolehan saat
penghasilan kena pajak dan laba bersih penggabungan usaha yang bermakna akuisisi
dengan skala total asset. dialokasikan ke aset atau liabilitas tertentu atas
d. Tax Retention Rate (TRR) dasar nilai wajar, perlakuan akuntansi
Tax Retention Rate (TRR) adalah model demikian tidak diperkenankan oleh Undang-
pengukuran perencanaan pajak yang Undang Pajak.
menganalisis suatu ukuran dari Setyawan dan Harnovinsah
efektivitas manajemen pajak pada menyatakan Perbedaan Permanen adalah
laporan keuangan perusahaan tahun perbedaan yang sifatnya tetap, yang tidak akan
berjalan (Wild et al., 2004). hilang sejalan dengan waktu. Perbedaan
Permanen timbul sebagai akibat adanya
Laba Akuntansi dan Laba Fiskal perbedaan pengakuan beban dan pendapatan
antara pelaporan komersial dan pajak/fiskal.
PSAK 46 Tahun 2019 mendefinisikan
Akibat dari perbedaan ini berakibat juga pada
laba akuntansi sebagai laba atau rugi selama
laba komersial dan laba fiskal sebagai dasar
satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
menghitung pajak yang terutang.
Laba akuntansi adalah perbedaan antara
pendapatan yang direalisasikan dari transaksi
Beban Pajak Tangguhan
yang terjadi selama satu periode dengan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut Indriyanti (2018) mendefinisikan
(Widaryanti, 2009). beban pajak tangguhan sebagai beban yang
Laba fiskal adalah laba atau rugi selama timbul akibat perbedaan temporer antara laba
satu periode yang dihitung berdasarkan akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk
peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang
perhitungan pajak penghasilan. Laba fiskal digunakan sebagai dasar perhitungan pajak).
dihitung dengan cara laba akuntansi Perbedaan yang terjadi yaitu laba akuntansi
dikurangi/ditambah dengan koreksi fiskal lebih besar dibandingkan laba fiskal.
(Wibowo, 2019). Pengakuan pajak tangguhan berdampak
terhadap berkurangnya laba atau rugi bersih
Perbedaan Temporer dan Perbedaan sebagai akibat adanya kemungkinan
Permanen pengakuan beban pajak tangguhan dan
manfaat pajak tangguhan.
Waluyo (2016) menyatakan bahwa
Hakim (2015) menyatakan bahwa beda
perbedaan temporer dimaksudkan sebagai
waktu terjadi adanya perbedaan pengakuan
perbedaan antara dasar pengenaan pajak dari
besarnya waktu secara akuntansi komersial
suatu aset dan liabilitas dengan nilai tercatat
dibandingkan dengan secara fiskal dan selisih
pada asset atau liabilitas yang berakibat pada
dari perbedaan pengakuan antara laba
perubahan laba fiskal periode mendatang.
akuntansi komersial dan laba akuntansi fiskal
Terjadinya perubahan tersebut dapat
yang akan menghasilkan koreksi positif dan
bertambah atau berkurang pada saat aset
koreksi negative. Koreksi positif akan
dipulihkan atau liabilitas dibayar/dilunasi.
menghasilkan aktiva pajak tangguhan
Perbedaan temporer ini berakibat harus
sedangkan koreksi negatif akan menghasilkan
diakuinya aset dan liabilitas pajak tangguhan.
beban pajak tangguhan.
Hal ini dapat terjadi pada saat kondisi tertentu,
kondisi tertentu tersebut diantaranya adalah:

8
Riya Gusti Pratami

Beban pajak tangguhan terjadi karena akuntansi lebih besar dibandingkan dengan
adanya perbedaan temporer antara laba fiskal laba fiskal. Beban pajak tangguhan diduga
dan laba akuntansi. Semakin besar perbedaan dapat mempengaruhi manajemen laba karena
antara laba fiskal dengan laba akuntansi jika suatu perusahaan memiliki laba yang tinggi
menun.jukkan semakin besarnya diskresi maka perusahaan tersebut pasti memiliki
manajemen. Besarnya diskresi manajemen beban pajak yang tinggi pula sehingga
tersebut akan terefleksikan dalam beban pajak perusahaan tersebut terdorong untuk
tangguhan dan mampu digunakan untuk melakukan praktik manajemen laba.
mendeteksi praktik manajemen laba pa.da Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
perusahaan. Perbedaan yang timbul antara disimpulkan bahwa semakin besar beban pajak
akuntansi pajak dan komersial dapat tangguhan suatu perusahaan maka semakin
menye.diakan informasi tambahan bagi tinggi peluang perusahaan tersebut melakukan
pengguna laporan keuangan untuk menilai manajemen laba. Hal tersebut didukung oleh
kualitas current earnings (Negara dan Suputra, penelitian dari Negara dan Saputra (2017),
2017). Alasannya, karena peraturan Simsek (2015), Tundjung (2015), dan Setyawan
perpajakan lebih membatasi keleluasaan (2016) yang menyatakan bahwa pajak
penggunaan diskresi dalam menghitung tangguhan berpengaruh terhadap manajemen
penghasilan kena pajak, itulah yang laba yang artinya beban pajak tangguhan dapat
menyebabkan selisih laba komersial dan laba mempengaruhi manajemen laba. Maka dapat
fiskal (book-tax gap) dapat menginformasikan ditarik kesimpulan sebagai berikut :
tentang diskresi manajemen dalam proses H2 : Beban pajak tangguhan berpengaruh
akrual. terhadap manajemen laba
Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Tangguhan diduga dapat berpengaruh secara
bersamaan terhadap manajemen laba. Hal ini
Perencanaan pajak diduga dapat
didukung oleh penelitian Negara dan Suputra
berpengaruh terhadap manajemen laba
(2017) dan Herdawati (2015) yang menyatakan
karena semakin bagus perencanaan pajak
bahwa beban pajak tangguhan dan
suatu perusahaan maka akan semakin besar
perencanaan pajak dapat berpengaruh secara
manajemen laba yang akan dilakukan oleh
bersama-sama terhadap manajemen laba.
suatu perusahaan. Perusahaan melakukan
Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
perencanaan pajak karena setiap perusahaan
:
pada dasarnya menginginkan laba yang
H3 : Perencanaan pajak dan beban pajak
maksimal dan pajak yang minimal. Jika suatu
tangguhan secara bersama-sama
perusahaan memiliki laba yang tinggi maka
berpengaruh terhadap manajemen laba.
pastinya perusahaan tersebut memiliki pajak
yang tinggi pula sehingga perusahaan
METODELOGI PENELITIAN
melakukan perencanaan pajak sebagai
tindakan untuk mengupayakan meminimalisir Pada penelitian ini menggunakan jenis
pajak yang akan dibayarkan perusahaan penelitian verifikatif mengenai pengaruh
tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian dari perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan
Herdawati (2015), Fitriany (2016) dan Santana terhadap manajemen laba. Metode
dan Wirakusuma (2016) yang menyatakan explonatory survey merupakan metode
bahwa perencanaan pajak berpengaruh penelitian yang dilakukan besar maupun kecil,
signifikan dan positif terhadap manajemen tetapi data yang dipelajari adalah data yang
laba. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai diambil dari sampel dari populasi tersebut,
berikut : sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-
H1 : Perencanaan pajak berpengaruh hubungan antar variabel. Penelitian ini
terhadap manajemen laba bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Beban pajak timbul karena adanya perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan
perbedaan temporer antara laba akuntansi dan sebagai variabel independen yang dikaitkan
laba fiskal pada suatu perusahaan dimana laba dengan manajemen laba sebagai variabel

9
Riya Gusti Pratami

dependen yang dilakukan bank BUSN. Sampel memfokuskan diri dalam menghimpun data.
penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Lokasi dalam penelitian ini adalah perbankan
dan laporan tahunan perbankan BUSN yang BUSN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun (BEI) selama periode 2014-2018 yang dapat
2014-2018. Untuk memenuhi data yang diunduh melalui situs www.idx.co.id dan
penulis butuhkan, maka penulis melakukan informasi saham yang dapat diperoleh melalui
penelitian pada perbankan BUSN yang situs www.duniainvestasi.com.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- Pada penelitian ini menggunakan
2018. Penelitian ini menggunakan unit analisis perencanaan laba dan beban pajak tangguhan
berupa organization yaitu laporan keuangan sebagai variabel independen dan manajemen
perbankan BUSN yang terdaftar di Bursa Efek laba sebagai variabel dependennya. Berikut ini
Indonesia periode 2014-2018. Lokasi penelitian adalah operasionalisasi variabel pada
adalah tempat dimana para peneliti penelitian ini :
Tabel 1. Operasional Variabel
Pengaruh Perencanaan Pajak (Tax Planning) dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Perbankan BUSN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2018
Variabel Indikator Ukuran Skala
Perencanaan 1. Net Income Rasio
Pajak 2. Pretax Income 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑖𝑡
𝑇𝑅𝑅𝑖𝑡 =
(X1) 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 (𝐸𝐵𝐼𝑇) 𝑖𝑡

Beban Pajak 1. Beban pajak Rasio


Tangguhan tangguhan Beban Pajak Tangguhan t
BPT =
(X2) 2. Total aset tahun Total Aset (t − 1)
sebelumnya
Manajemen 1. Net Income it Rasio
Laba 2. Net Income (t-1)
(Y) 3. Market Value of
Equity tahun 𝑆𝐸𝐶
sebelumnya 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑖𝑡 − 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 (𝑡 − 1)
=
𝑀𝑉𝐸 (𝑡 − 1)

Sumber: diolah oleh penulis (2019)


Pada penelitian ini menggunakan 4. Bank BUSN yang melaporkan laba
metode pengambilan sampel dengan cara sebelum pajak secara berturut-turut
purposive sampling. Purposive sampling adalah selama periode 2014-2018.
pengambilan sampel dengan menggunakan 5. Bank BUSN yang melaporkan beban
kriteria-kriteria dalam memilih sampel. Berikut pajak tangguhan secara berturut-turut
ini adalah kriteria yang digunakan dalam selama periode 2014-2018.
penelitian ini : 6. Bank BUSN tidak mengalami data
1. Bank BUSN yang terdaftar di Bursa Efek outlier.
Indonesia (BEI), dan tidak keluar Metode analisis yang digunakan dalam
(delisting) selama periode 2014-2018. penelitian ini adalah analisis statistika
2. Bank BUSN yang menyajikan laporan inferensial, yaitu regresi dan kolerasi dengan
keuangan yang telah diaudit oleh menggunakan software yaitu eviews versi 10.
auditor independen selama periode Eviews versi 10 merupakan software atau
2014-2018. program yang menyediakan analisis data,
3. Bank BUSN yang melaporkan laba regresi, alat peramalan yang komputer
secara berturut-turut selama periode berbasis windows. Selanjutnya dilakukan
2014-2018. analisis data yaitu uji asumsi klasik dan uji
hipotesis dengan menggunakan regresi data

10
Riya Gusti Pratami

panel yang sebelumnya data melalui proses dari data panel yang digunakan dalam
transformasi data. Berikut ini adalah rumus penelitian ini :
lnYit = β0 + β1lnX1it + β2lnX2it + eit bertujuan untuk memenuhi uji asumsi klasik
yaitu uji normalitas. Hal tersebut dilakukan
Dimana : karena terdapat banyaknya data ekstrim yang
Y = Manajemen Laba membuat data menjadi tidak normal.
X1 = Perencanaan Pajak Transformasi logaritma dilakukan dengan cara
X2 = Beban Pajak Tangguhan menglogaritmakan variabel perencanaan pajak
i = Jenis Perusahaan dan beban pajak tangguhan sebagai variabel
t = Waktu independen dan variabel manajemen laba
sebagai variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Penentuan Model Data
Dari uji normalitas yang terlah
Uji Chow
dilakukan diperoleh bahwa nilai probabilitas
Dari uji chow yang telah dilakukan oleh dari data yang digunakan oleh peneliti sebesar
peneliti, diperoleh hasil bahwa nilai 0,241473, artinya nilai probabilitas JB lebih
probabilitas cross-section F < alpha 0,05, yaitu besar dibandingkan alpha yang telah
0,0498 < 0,05 maka tolak H0 dan terima H1. Dari ditentukan sebelumnya yaitu 0,05.
hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan nilai tersebut maka dapat
model penelitian yang lebih tepat yaitu disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam
menggunakan model Fixed Effect (FE). penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Hausman Uji Multikolinieritas


Berdasarkan hasil uji hausman Dari uji multikolinieritas diperoleh hasil
menunjukkan bahwa nilai probabilitas > alpha bahwa matriks dari masing-masing variabel
0,05, yaitu 0,6086 > 0,05 maka terima H0 dan independen kurang dari 0,80, sehingga dapat
tolak H1. Dari hasil uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
disimpulkan bahwa model penelitian yang multikolinieritas dalam penelitian ini.
lebih tepat yaitu menggunakan model Random
Effect (RE). Uji Heteroskedastisitas
Dari pengujian yang telah dilakukan
Uji Lagrange Multiplier
diperoleh nilai probabilitas pada masing-
Berdasarkan uji langrange multiplier diperoleh masing variabel independen lebih dari alpha
nilai Breusch-Pagan < alpha 0,05, yaitu 0,0143 yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 0,05.
< 0,05 maka terima H1 dan tolak H0. Dari hasil Dari nilai probabilitas tersebut dapat
uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak
model yang lebih tepat untuk penelitian ini terdapat masalah heteroskedastisitas.
adalah model Random Effect (RE).
Uji Autokorelasi
Uji Asumsi Klasik
Dari pengujian autokorelasi diperoleh
Transformasi Data nilai d sebesar 3,403386. Jumlah sampel atau n
Transformasi data adalah upaya yang yang digunakan pada penelitian ini berjumlah
dilakukan dengan tujuan utama untuk 25 dan jumlah variabel bebas atau k pada
mengubah skala pengukuran data asli menjadi penelitian ini berjumlah dua variabel, maka
bentuk lain sehingga data dapat memenuhi dapat diperoleh nilai dL sebesar 1,2063 dan 4-
asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam. dL sebesar 2,7937. Berdasarkan hasil tersebut
Pada penelitian ini menggunakan transformasi maka dapat ditarik kesimpulan 2,7937 <
data jenis transformasi logaritma. 3,403386 < 4, artinya pada penelitian ini nilai 4-
Transformasi data pada penelitian ini

11
Riya Gusti Pratami

dL< d < 4 sehingga dalam penelitian ini laba yaitu sebesar 10,82%. Maka dapat
terdapat autokorelasi negatif. disimpulkan bahwa 10,82% variabel Y
(Manajemen Laba) dipengaruhi oleh variabel X
Pengujian Hipotesis (Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
Tangguhan), sedangkan sisanya 89,18%
Uji t
variabel Y dipengaruhi oleh faktor lain yang
Dari pengujian secara parsial diperoleh dalam penelitian ini tidak dibahas. Dari nilai
nilai probabilitas pada variabel perencanaan 10,82% dapat dikatakan kedua variabel
pajak sebesar 0,0100 dan pada beban pajak independen yang digunakan dalam penelitian
tangguhan sebesar 0,9702. Hal ini ini memiliki pengaruh yang sangat lemah
menunjukkan bahwa pada variabel terhadap manajemen laba selama periode
perencanaan pajak berpengaruh terhadap pengamatan. Angka 89,18% menunjukkan
manajemen laba karena pada perencanaan bahwa terdapat faktor lain selain perencanaan
pajak memiliki nilai probabilitas lebih kecil pajak dan beban pajak tangguhan yang
dibandingkan dengan alpha yang telah mempengaruhi manajemen laba yang tidak
ditentukan yaitu 0,05, sedangkan beban pajak diteliti dalam penelitian ini.
tangguhan tidak berpengaruh terhadap
Pembahasan
manajemen laba karena beban pajak
tangguhan memiliki nilai probabilitas lebih Pengaruh perencanaan pajak terhadap
besar dibandingkan dengan alpha yang telah manajemen laba
ditentukan yaitu 0,05.
Berdasarkan uraian tersebut maka Berdasarkan hasil uji yang telah
dapat disimpulkan bahwa variabel dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
perencanaan pajak dapat mempengaruhi regresi data panel maka diperoleh bahwa
manajemen laba, sedangkan variabel beban secara parsial perencanaan pajak yang
pajak tangguhan tidak dapat mempengaruhi diproksikan dengan TRR sebagai variabel
manajemen laba. Maka dari hasil tersebut
independen (X1) berpengaruh positif terhadap
terima hipotesis H1 dan tolak hipotesis H2, hal
ini karena perencanaan pajak secara parsial manajemen laba sebagai variabel dependen
dapat mempengaruhi manajemen laba, (Y). Perencanaan pajak dapat berpengaruh
sedangkan beban pajak tangguhan secara apabila memiliki nilai probabilitas lebih kecil
parsial dapat mempengaruhi manajemen laba dibandingkan dengan alpha yang telah
pada perbankan BUSN. ditentukan yaitu 0,05. Dari hasil uji secara
parsial dapat terlihat bahwa perencanaan
Uji F
pajak memiliki nilai probabilitas lebih kecil
Berdasarkan pengujian secara dibandingkan dengan alpha, yaitu 0,0100 <
simultan diperoleh hasil nilai dari prob (F- 0,05 dengan nilai koefisien sebesar 18.11269
statistic) lebih kecil dibandingkan dengan alpha
yang artinya perencanaan pajak memiliki
yang telah ditentukan yaitu 0,006345 < 0,05.
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan pengaruh positif terhadap manajemen laba.
bahwa perencanaan pajak dan beban pajak Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
tangguhan secara simultan berpengaruh tinggi perencanaan pajak yang dilakukan Bank
terhadap manajemen laba, maka terima BUSN maka semakin tinggi juga kesempatan
hipotesis H3. Bank BUSN dalam melakukan praktik
manajemen laba.
Pengujian Determinan (R2)
Berdasarkan uji determinan yang telah Pengaruh beban pajak tangguhan terhadap
dilakukan diperoleh nilai Adjusted R-squared
manajemen laba
sebesar 0,108250 menunjukkan bahwa
proporsi pengaruh perencanaan pajak dan Berdasarkan hasil uji yang telah
beban pajak tangguhan terhadap manajemen dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

12
Riya Gusti Pratami

regresi data panel maka diperoleh bahwa 1. Perencanaan pajak berpengaruh terhadap
secara parsial beban pajak tangguhan yang manajemen laba pada Bank BUSN yang
diproksikan dengan BPT sebagai variabel terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
independen (X2) tidak berpengaruh terhadap tahun 2014-2018. Hal ini terlihat dari nilai
manajemen laba sebagai variabel dependen probabilitas pada perencanaan pajak,
(Y). Beban pajak tangguhan dapat berpengaruh dimana pada saat pengujian perencanaan
apabila memiliki nilai probabilitas lebih kecil pajak memperoleh nilai probabilitas lebih
dibandingkan dengan alpha yang telah kecil dibandingkan dengan alpha. Hasil
ditentukan yaitu 0,05. Dari hasil uji secara tersebut menunjukkan bahwa
parsial dapat terlihat bahwa beban pajak perencanaan pajak berpengaruh terhadap
tangguhan memiliki nilai probabilitas lebih manajemen laba. Berpengaruhnya
besar dibandingkan dengan alpha, yaitu 0,9702 perencanaan pajak terhadap manajemen
< 0,05 yang artinya beban pajak tangguhan laba disebabkan oleh adanya komponen
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. laba yang digunakan untuk menentukan
besar atau kecilnya pajak Bank BUSN,
Pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak sehingga jika komponen laba tersebut
tangguhan terhadap manajemen laba dapat dimanfaatkan dengan baik maka
dapat mengurangi beban pajak yang akan
Dari hasil uji yang dilakukan oleh dibayarkan oleh Bank BUSN.
peneliti, secara simultan menunjukkan bahwa 2. Beban pajak tangguhan tidak
perencanaan pajak yang diproksikan dengan berpengaruh terhadap manajemen laba
menggunakan TRR dan beban pajak tangguhan pada Bank BUSN. Hal ini dapat terlihat dari
yang diproksikan dengan menggunakan BPT nilai probabilitas pada beban pajak
dinyatakan berpengaruh terhadap manajemen tangguhan dimana pada saat pengujian
laba Bank BUSN. Tingkat pengaruh antara beban pajak tangguhan memperoleh nilai
perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan probabilitas lebih besar dibandingkan
terhadap manajemen laba dapat ditentukan dengan alpha. Hasil tersebut
jika nilai prob (F-statistic) lebih kecil dari alpha menunjukkan bahwa manajemen laba
yang telah ditentukan yaitu 0,05. Dari hasil uji tidak dipengaruhi oleh beban pajak
secara simultan dapat terlihat bahwa tangguhan dalam penelitian ini. Tidak
perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan berpengaruhnya variabel beban pajak
memiliki nilai prob (F-statistic) lebih kecil tangguhan terhadap manajemen laba
dibandingkan dengan alpha, yaitu 0.006345 < karena beban pajak tangguhan kurang
0,05, artinya jika perencanaan pajak dan beban dimanfaatkan dengan baik oleh Bank
pajak tangguhan secara bersama-sama diuji BUSN sehingga tidak dapat digunakan
pengaruhnya terhadap manajemen laba maka sebagai pengurang laba Bank BUSN pada
hasilnya adalah kedua variabel tersebut saat laba perusahaan mengalami
berpengaruh terhadap manajemen laba, kenaikan.
sehingga H3 pada penelitian ini dapat diterima. 3. Perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan secara bersama-sama dapat
PENUTUP mempengaruhi manajemen laba pada
Kesimpulan Bank BUSN. Hal ini dapat terlihat dari nilai
prob F-statistic pada saat pengujian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pajak dan beban pajak
pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan memperoleh nilai lebih kecil
tangguhan terhadap manajemen laba pada dibandingkan dengan alpha. Hasil
Bank BUSN yang terdaftar di Bursa Efek tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2018. manajemen laba secara simultan dapat
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel dipengaruhi oleh perencanaan pajak dan
independen terhadap variabel dependen yang beban pajak tangguhan pada penelitian
dilakukan oleh penulis, maka dapat ini. Akan tetapi, dengan adanya kedua
disimpulkan sebagai berikut: variabel tersebut bukan berarti menjadi

13
Riya Gusti Pratami

patokan bahwa kedua variabel Sektor Perbankan Indonesia. Jawa


independen tersebut untuk Timur: STIE Mandala.
mempengaruhi manajemen laba. Mauliridiyah dan Titik, F. 2014. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Leverage dan
DAFTAR PUSTAKA Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan
Aditama, F. dan Anna Purwaningsih. 2016.
Food And Baverage. Jakarta: Universitas
Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap
Telkom.
Manajemen Laba pada Perusahaan
Negara dan Suputra. 2017. Pengaruh
Nonmanufaktur yang Terdaftar di Bursa
Perencanaan Pajak dan Pajak
Efek Indonesia. MODUS. Vol. 26 (I): 33-
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba.
50.
Bali: Universitas Udayana.
Astuti, A.A. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi
Ningsih, F, C. 2017. Pengaruh Aset Pajak
Manajemen Laba Pada Sektor
Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan,
Perbankan Indonesia. December.2015.
dan Perencanaan Pajak Terhadap
Frans, Dody. 2015. Pengaruh Profitabilitas,
Manajemen Laba. Jawa Tengah:
Corporate Governance, Ukuran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Perusahaan Dan Leverage Terhadap
Pohan, Chairil. A. 2013. Manajemen
Praktik Manajemen Laba. Jakarta:
Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia
Universitas Islam Negeri Syarif
Pustaka Utama.
Hidayatullah.
PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak
Fitriany, L.C. 2016. Pengaruh Aset Pajak
Penghasilan
Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan
Reilly, Frank, K dan Brown, Keith, C. 2011.
Perencanaan Pajak Terhadap
Investment Analysis and Portofolio
Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Management. South Western Cengage
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Learning, USA.
Di BEI Tahun 2011-2013. JOM Fekon,
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus.
Vol.3, No.1 (Februari) 2016.
Jakarta: Salemba Empat.
Hakim, A.R. 2015. Pengaruh Aktiva Pajak
Santana, Dewa,K, W, dan Wirakusuma, Made,
Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan
G. 2016. Pengaruh Perencanaan Pajak,
Terhadap Manajemen Laba. Jawa Timur:
Kepemilikan Manajerial dan Ukuran
STIESIA Surabaya.
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Herawati, H dan Ekawati, D. 2016. Pengaruh
Bali: Universitas Udayana.
Perencanaan Pajak Terhadap Nilai
Setyawan, B dan Harnovinsah. 2016. Pengaruh
Perusahaan. Jawa Barat: Universitas
Beban Pajak Tangguhan, Profitabilitas,
Pendidikan Indonesia.
dan Perencanaan Pajak Terhadap
Herdawati. 2015. Analisis Pengaruh
Manajemen Laba.
Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
Simsek, Haldun. 2015. Deferred Tax and
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba.
Earning Management. Erasmus
Makassar: Universitas Hasanuddin.
University Rotterdam.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan.
Sumbramayam, K.R. 2018. Analisis Laporan
Jakarta: Grasindo.
Keuangan. Jakarta Selatan: Salemba
Ikatan Bankir Indonesia. 2016. Manajemen
Empat.
Risiko 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Sulistyanto, H.S. 2014. Earning Management,
Utama.
Theory amd Empirical Models. Jakarta:
Indriyanti, I,. 2018. Pengaruh Beban Pajak
Grasindo.
Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap
Tundjung, G.M. 2015. Pengaruh Beban Pajak
Manajemen Laba. Bogor: Universitas
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba
Pakuan.
(Studi Empiris Pada Perusahaan
Kartika, Nurhadrina. 2015. Faktor Yang
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Efek Indonesia). Semarang: Universitas
Diponegoro.

14
Riya Gusti Pratami

Undang-undang N0.16 Tahun 2006 tentang


perubahan keempat atas Undang-
undang No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak Edisi 6. Jakarta:
Salemba Empat.
Widarjono, A. 2016. Ekonometrika: Pengantar
dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widarjono, A. 2018. Ekonometrika: Pengantar
dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Widaryanti. 2009. Analisis Perataan Laba dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 4,
No.Fokus Ekonomi, Vol. 4, No.,
Desember, Hal : 60-77.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis
Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

https://www.wibowopajak.com/2012/05/pen
gertian-penghasilan-kena-pajak-
atau.html?m=1 [Diakses Agustus 2019]
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co
.id/new/bukopin-revisi-laba-di-laporan
keuangan-ini-tanggapan-bei [Diakses 27 April
2018]
http://www/idx.co.id.
www.duniainvestasi.

15

Anda mungkin juga menyukai