1, Maret 2022
e-ISSN 2723-0120
p-ISSN 2828-3511
Lucy Devitasari
Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia, Jakarta, Indonesia
*e-mail lucydevitasari@stpi-pajak.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh perencanaan pajak dan beban
pajak tangguhan terhadap manajemen laba. Objek penelitian menggunakan 18
perusahaan Bank Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
telah memenuhi kriteria dan kelengkapan data. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Menggunakan laporan keuangan perusahaan Bank
Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2019.
Metode penelitian menggunakan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan
perencanaan pajak berpengaruh negatif signifikan dan beban pajak tangguhan
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, Manajemen Laba
Abstract
The purpose of this study was to examine the effect of tax planning and deferred
tax expense on earnings management. The object of this research uses 18
conventional bank companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that
have met the criteria and completeness of the data. The sampling technique used
was the purposive sampling method. The data used in this research is secondary
data. Using the financial statements of conventional banks listed on the Indonesia
Stock Exchange during the 2017-2019 period. The research method uses linear
regression analysis. The results showed that tax planning had a significant negative
effect and deferred tax expense had a significant positive effect on earnings
management.
Keywords: Tax Planning, Deferred Tax Expense, Earnings Management
PENDAHULUAN
Laba merupakan suatu asersi manajemen yang kualitasnya perlu
dibuktikan.Kualitas laba merupakan salah satu pusat yang sering diperhatikan oleh
investor, kreditor maupun pemerintah. Dalam laporan keuangan, laba
merupakansalah satu informasi yang penting, laba sering digunakan sebagai suatu
dasar untuk pedoman pengenaan pajak, kebijakan dividen, dan pedoman untuk
proses pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. Selain itu didalam
melakukan analisis tentang laporan keuangan baik oleh pihak eksternal ataupun
internal, laba juga sering digunakan sebagai pedoman dalam memberikan
kompensasi atau bonus terhadap manajemen (Panjaitan & Muslih, 2019).
Laba perusahaan masih sangat diperhitungkan sebagai informasi yang penting bagi
investor dan kreditur serta pemilik perusahaan. Para investor, kreditor dan pemilik
perusahaan dapat mengestimasi kekuatan laba guna mengukur risiko dalam investasi dan
kredit. Di sisi lain, laba perusahaan merupakan target rekayasa bagi pihak manajemen untuk
memaksimumkan kepuasannya. Dengan memilih kebijakan akuntansi tertentu, pihak
manajemen sebagai pelaksana dan penanggung jawab operasional perusahaan dapat
menaikkan dan menurunkan laba perusahaan sesuai dengan keinginannya (Setyawan,
2016).
Pencapaian laba oleh perusahaan merupakan salah satu tolak ukur penilaian
kinerja perusahaan. Informasi laba dapat membantu stakeholders dan investor
dalam mengestimasi earnings power untuk menilai resiko investasi dan kredit.
Pentingnya informasi laba merupakan tanggung jawab pihak manajemen kepada
para pihak berkepentingan. Pihak – pihak yang berkepentingan, menggunakan
informasi laba tersebut dalam menentukan keputusan yang akan diambil guna
kelangsungan operasional perusahaan tersebut. Situasi ini memungkinkan manajer
untuk melakukan perilaku menyimpang dalam menyajikan dan melaporkan informasi
laba tersebut yang dikenal dengan praktik manajemen laba (Mallisa, 2021).
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk menaikkan atau
menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa
menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka
panjang. Manajemen laba dapat dilakukan melalui praktik perataan laba (income
smoothing), taking a bath, dan income maximization (Meita, 2019).
Aktifitas manajemen dipraktikkan oleh perusahaan bisnis dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan bagi pihak perusahaan maupun pihak manajer sendiri
(Alfarisi & Kumala, 2021). Karena motivasi tersebut membuat manajer melakukan
berbagai cara demi mencapai apa yang diinginkannya. Manajer berupaya
memanfaatkan peluang pada beberapa aktivitas atau kejadian untuk melakukan
tindakan manajemen laba di perusahaan.Beberapa faktor yang mempengaruhi
manajemen laba diantaranya yaitu perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan.
Perbedaan yang terjadi pada perhitungan laba akuntansi fiskal disebabkan
laba fiskal didasarkan pada undang-undang perpajakan, sedangkan laba akuntansi
didasarkan pada standar akuntansi. Karena dari perbedaan ini maka terlebih dahulu
harus disesuaikan antara laba akuntansi yang berasal dari laporan keuangan
komersial dengan laba fiskal yang berasal dari laporan keuangan fiskal sebelum
menghitung besarnya PKP. Proses penyesuaian laporan keuangan ini disebut dengan
koreksi fiskal atau dapat juga dengan rekonsiliasi laporan keuangan akuntansi
dengan koreksi fiskal atau rekonsiliasi fiskal. Saat perbedaan temporer antara laba
akuntansi dengan laba fiskal menimbulkan beban pajak tangguhan (Hakim &
Praptoyo, 2015).
Pada umumnya setiap perusahaan ingin memperoleh keuntungan yang
maksimal dan mengeluarkan beban seminimal mungkin agar dapat mendorong
investor untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Dengan
adanya pernyataan tersebut maka perusahaan dapat menarik investor dengan cara
manajer perusahaan menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham
dan pemakai eksternal lainnya (Lisa, 2021).
Contoh kasus terkait praktik manajemen laba diantaranya adalah Bank
Bukopin merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp183,56 miliar dari sebelumnya Rp1,08
triliun. Penurunan terbesar adalah di bagian pendapatan provinsi dan komisi yang
merupakan pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan ini turun dari Rp1,06 triliun
menjadi Rp317,88 miliar. Akibatnya, beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas
aset keuangan direvisi meningkat dari Rp. 649,05 miliar menjadi Rp. 797,65 miliar.
Hal ini menyebabkan beban perseroan meningkat Rp148,6 miliar. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa bank Bukopin diduga melakukan manajemen laba
dengan cara merevisi laba bersih dan melakukan penurunan pendapatan provinsi
pada tahun 2016 sehingga mengakibatkan beban perseroan meningkat secara
signifikan (Pullah et al., 2021).
Kemudian kasus manajemen laba terjadi pada PT. Garuda Indonesia Tbk
(GIAA) telah merevisi laporan keuangannya.Laporan keuangan perusahaan di 2018
yang tadinya kinclong berubah menjadi buntung. Diketahui dalam laporan keuangan
2018, Garuda mencatat laba bersih US$ 809,85 riibu atau setara Rp 11,33 miliar
(kurs Rp 14.000). Laba tersebut ditopang salah satunya oleh kerja sama antara
Garuda dan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$
239,94 juta atau sekitar Rp 2,98 triliun. Dana itu masih bersifat piutang tapi sudah
diakui sebagai pendapatan. Alhasil, perusahaan sebelumnya merugi kemudian
mencetak laba.PPPK dan OJK pun akhirnya memutuskan bahwa ada yang salah
dalam sajian laporan keuangan GIAA 2018 (Taqwiym & Nurasiah, 2020).
Perusahaan diminta untuk menyajikan ulang laporan keuangannya dan
perusahaan kena denda Rp 100 juta. Manajemen Garuda Indonesia kembali
menyajikan Laporan Keuangan 2018, Garuda Indonesia mencatatkan net loss atau
rugi bersih sebesar US$ 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000).
Laporan ini berbeda dari sajian sebelumnya, di mana dicatatkan laba sebesar US$
5,018 juta.
Dalam laporan keuangan Garuda 2018 yang disajikan kembali, pendapatan
usaha tercatat sebesar US$ 4,37 miliar, tidak mengalami perubahan dari laporan
pendapatan sebelumnya. Sementara itu, pendapatan usaha lainnya (pendapatan
lain-lain) terkoreksi menjadi US$ 38,8 juta dari sebelumnya US$ 278,8
juta.Sementara itu, pada laporan restatement Garuda Indonesia pada periode kuartal
I-2019 tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi
sebesar US$ 4,328 juta dari sebelumnya US$ 4,532 juta. Adapun perubahan total
indikator aset tersebut diakibatkan oleh penyesuaian pada pencatatan piutang lain-
Lain menjadi sebesar US$ 19,7 juta dari sebelumnya sebesar US$ 283,8 juta. Aset
pajak tangguhan juga mengalami penyesuaian menjadi US$ 105,5 juta dari
sebelumnya US$ 45,3 juta.
Menurut Aditama dan Anna (2014), manajemen laba merupakan upaya yang
dilakukan pihak manajemen untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan
keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri, yaitu pihak perusahaan yang
terkait.Upaya intervensi ini menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan kondisi
sesungguhnya suatu perusahaan sehingga menimbulkan asimetri informasi, yaitu kondisi
dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders. Dengan demikian sedapat
mungkin apa yang dilaporkan perusahaan mendekati hal sesungguhnya terjadi, baik untuk
laporan pajak maupun laporan kepada investor (Yuono & Widyawati, 2016).
Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat
diseleksi jenis tindakan penghematan yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak
(Herlisnawati & Ahmad, 2013).
Adanya keinginan pihak manajemen untuk menekan dan membuat beban pajak
sekecil mungkin, maka pihak manajemen cenderung untuk meminimalkan pembayaran
pajak.Upaya untuk meminimalkan beban pajak ini sering disebut dengan perencanaan pajak
(tax planning). Dengan melakukan perencanaan pajak, perusahaan berharap untuk dapat
meminimalisir pembayaran pajak bagi perusahaan dengan cara yang tepat dan legal.
Pada tahun 2016, pendapatan negara dari penerimaan pajak yaitu sebesar 84,47%
dari total pendapatan negara (Kemenkeu, 2016). Sehingga, penerimaan pajak negara
merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan ekonomi suatu negara.Menurut
Philips et al (2003) menjelaskan bahwa Pengungkapan pajak penghasilan pada laporan
keuangan sangat dibutuhkan untuk berbagai alasan diantaranya adalah untuk penaksiran
manajemen laba. Menurut Waluyo (2015) pajak tangguhan (deferred tax) adalah jumlah
pajak penghasilan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat dikompensasikan (Widiastuti
& Chusniah, 2011).
Pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh terutang (pajak
penghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak yang sesungguhnya
dibayar kepada pemerintah) dengan beban pajak penghasilan (pajak penghasilan
yang dihitung berbasis penghasilan sebelum pajak) sepanjang menyangkut
perbedaan temporer (Sibarani et al., 2015).
Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh perencanaan pajak dan
beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba banyak dilakukan, antara lain
penelitian Ferry Aditama dan Anna Purwaninngsih (Tahun 2014) yang berjudul
Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil analisa data, terlihat bahwa perencanaan pajak ternyata
tidak berpengaruh positif terhadap manajamen laba pada perusahaan
nonmanufaktur yang terdaftar di BEI. Akan tetapi, hasil pada analisis deskriptif
menunjukkan bahwa 77 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
melakukan manajemen laba dengan cara menghindari penurunan laba.
Penelitian lain yang berjudul Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap
Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Penurunan Tarif Pajak (Diskon Pajak)
menunjukkan hasil bahwa perencanaan pajak terbukti berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba dengan arah hubungan negatif dengan nilai koefisien -
0.0622930 artinya hahwa nilai TRR yang kecil, sementara nilai Tax Avoidance (TA)
nya besar, maka perusahaan akan semakin menaikkan perilaku manajemen laba. Hal
tersebur berarti perusahaan akan melakukan manajemen laba untuk mendapatkan
pembayaran pajak yang rendah. Walaupun pengaruhnya lemah, tetapi masih banyak
faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan manajemen laba (Kanji,
2019).
Berdasarkan teori, fenomena dan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
hubungan beban pajak tangguhan dengan manajemen laba maupun hubungan perencanaan
pajak terhadap manajemen laba.Maka disini penulis mencoba untuk mengkombinasikan
kepada dua variabel tersebut, yaitu hubungan perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba.Judul penelitian yang di angkat pada penelitian ini
adalah Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
(Studi Kasus pada Perusahaan Bank Konvensionalyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)Tahun 2017-2019).
METODE
Desain dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan
asosiatif.Desain penelitian deskriptif adalah mengetahui nilai masing-masing variabel,
baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun
Unstandardized Residual
N 51
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 150896077
Absolute ,079
Most Extreme Differences Positive ,079
Negative -,063
Test Statistic ,079
Asymp. Sig. (2-tailed)
,200c,d
Uji Hesteroskedastisitas
Uji hesteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lainnya. Dengan melihat Scatter Plot dibawah ini, titik-titiknya menyebar jauh
dari grafik diagonal nol dan tidak ada yang terlalu berdempetan sehingga tidak
terjadi hesteroskedastisitas dan layak untuk diuji.
Gambar 2. grafik scatterplot
Collinearity Statistics
Model Sig.
Tolerance VIF
(Constant) ,002
1 Perencanaan Pajak ,001 ,974 1,027
Beban Pajak Tangguhan ,011 ,974 1,027
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah2020
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya pengenai pengaruh
Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan Bank Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-
2019, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk
menguji apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya nilai t hitung (3,382) lebih kecil dari t tabel 2,01063
dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa variabel perencanaan pajakberpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini untuk menguji
apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya nilai t hitung 2,647 lebih besar dari nilai t tabel 2,01063
dengan nilai probabilitas sebesar 0,011 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa variabel beban pajak tangguhan berpengaruh positif secara signifikan
terhadap manajemen laba.
Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan secara bersama-sama dapat
mempengaruhi manajemen laba pada bank konvensional. Hal ini dapat terlihat dari
nilai prob F-statistik atau uji F pada saat pengujian perencanaan pajak dan beban
pajak tangguhan memperoleh nilai F hitung 7,987 lebih besar dari nilai F tabel 2,800
dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan secara bersama -sama
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas dapat diberikan
beberapa saran sebagai implikasi hasil penelitian. Berikut saran-saran yang dapat
disampaikan antara lain Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan untuk
memperpanjang periode pengamatan sehingga memperoleh sampel yang lebih besar
dan dapat menggambarkan hasil yang sesuai. Penelitian selanjutnya dapat
menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap beban pajak untuk
meningkatkan hasil R-Square yang lebih tinggi.
Karena pada penelitian ini hanya menggunakan proksi SEC dalam menghitung
manajemen laba, maka bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk mencoba proksi
lainnya seperti model Healy, model De Angelo, model Jones, model Industri, model Modified
Jones, model Dechow-Dichev, model Kothari, model Stubben dan model Pendekatan Baru
untuk menghitung manajemen laba agardapat mengetahui proksi mana yang lebih baik
digunakan untuk menghitungmanajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, M. S., & Kumala, D. (2021). MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN
TANAH WAKAF DI KECAMATAN KEMUNING KOTA PALEMBANG. I-ECONOMICS: A
Research Journal on Islamic Economics, 7(1), 63–73.
Hakim, A. R., & Praptoyo, S. (2015). Pengaruh aktiva pajak tangguhan dan beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 4(7).
Herlisnawati, D., & Ahmad, Y. F. (2013). Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Dalam
Upaya Meningkatkan Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan Pada PT Akasha Wira
Internasional Tbk. JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi), 5(1), 37–44.
Kanji, L. (2019). Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bongaya Journal
for Research in Accounting (BJRA), 2(1), 20–27.
Lisa, O. (2021). Asimetri informasi dan manajemen laba: suatu tinjauan dalam hubungan
keagenan. E-Repository Dosen Universitas Gajayana Malang.
Mallisa, S. U. (2021). Pengaruh Perencanaan Pajak, Kepemilikan Manajerial dan Tingkat
Hutang Terhadap Manajemen Laba Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2014-2017/Septia Urika Mallisa/32130440/Pembimbing: Prima Apriwenni.
Meita, I. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaa Pajak dan Manajemen Laba
terhadap Harga Saham. Jurnal Online Insan Akuntan, 4(2), 253–268.
Panjaitan, D. K., & Muslih, M. (2019). Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial dan Kompensasi Bonus. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11(1), 1–20.
Pullah, N. Z. A., AS, R. E. W., Sukesti, F., Hanum, A. N., & others. (2021). Pengaruh
Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba. Prosiding Seminar Nasional Unimus, 4.
Setyawan, B. (2016). PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PROFITABILITAS, DAN
PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014). Keberlanjutan: Jurnal Manajemen Dan Jurnal Akuntansi,
1(1), 15–40.
Taqwiym, A., & Nurasiah, N. (2020). Aplikasi Pencatatan Perhitungan Laba Rugi Berbasis
Desktop pada PT. Fachri Syafii Akbar. Jurnal Sisfokom (Sistem Informasi Dan
Komputer), 9(1), 69–76.
Widiastuti, N. P. E., & Chusniah, E. (2011). Analisis Aktiva Pajak Tangguhan Dan
Discretionary Accrual Sebagai Prediktor Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bei. Jurnal Ilmiah Econosains, 9(1), 28–40.
Yuono, C. A. S., & Widyawati, D. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 5(6).