Anda di halaman 1dari 12

Vol. 3, No.

1, Maret 2022
e-ISSN 2723-0120
p-ISSN 2828-3511

PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN


TERHADAP MANAJEMEN LABA

Lucy Devitasari
Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia, Jakarta, Indonesia
*e-mail lucydevitasari@stpi-pajak.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh perencanaan pajak dan beban
pajak tangguhan terhadap manajemen laba. Objek penelitian menggunakan 18
perusahaan Bank Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
telah memenuhi kriteria dan kelengkapan data. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Menggunakan laporan keuangan perusahaan Bank
Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2019.
Metode penelitian menggunakan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan
perencanaan pajak berpengaruh negatif signifikan dan beban pajak tangguhan
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, Manajemen Laba

Abstract
The purpose of this study was to examine the effect of tax planning and deferred
tax expense on earnings management. The object of this research uses 18
conventional bank companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that
have met the criteria and completeness of the data. The sampling technique used
was the purposive sampling method. The data used in this research is secondary
data. Using the financial statements of conventional banks listed on the Indonesia
Stock Exchange during the 2017-2019 period. The research method uses linear
regression analysis. The results showed that tax planning had a significant negative
effect and deferred tax expense had a significant positive effect on earnings
management.
Keywords: Tax Planning, Deferred Tax Expense, Earnings Management

PENDAHULUAN
Laba merupakan suatu asersi manajemen yang kualitasnya perlu
dibuktikan.Kualitas laba merupakan salah satu pusat yang sering diperhatikan oleh
investor, kreditor maupun pemerintah. Dalam laporan keuangan, laba
merupakansalah satu informasi yang penting, laba sering digunakan sebagai suatu
dasar untuk pedoman pengenaan pajak, kebijakan dividen, dan pedoman untuk
proses pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. Selain itu didalam
melakukan analisis tentang laporan keuangan baik oleh pihak eksternal ataupun
internal, laba juga sering digunakan sebagai pedoman dalam memberikan
kompensasi atau bonus terhadap manajemen (Panjaitan & Muslih, 2019).
Laba perusahaan masih sangat diperhitungkan sebagai informasi yang penting bagi
investor dan kreditur serta pemilik perusahaan. Para investor, kreditor dan pemilik
perusahaan dapat mengestimasi kekuatan laba guna mengukur risiko dalam investasi dan

Journal of Tax and Business 12


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

kredit. Di sisi lain, laba perusahaan merupakan target rekayasa bagi pihak manajemen untuk
memaksimumkan kepuasannya. Dengan memilih kebijakan akuntansi tertentu, pihak
manajemen sebagai pelaksana dan penanggung jawab operasional perusahaan dapat
menaikkan dan menurunkan laba perusahaan sesuai dengan keinginannya (Setyawan,
2016).
Pencapaian laba oleh perusahaan merupakan salah satu tolak ukur penilaian
kinerja perusahaan. Informasi laba dapat membantu stakeholders dan investor
dalam mengestimasi earnings power untuk menilai resiko investasi dan kredit.
Pentingnya informasi laba merupakan tanggung jawab pihak manajemen kepada
para pihak berkepentingan. Pihak – pihak yang berkepentingan, menggunakan
informasi laba tersebut dalam menentukan keputusan yang akan diambil guna
kelangsungan operasional perusahaan tersebut. Situasi ini memungkinkan manajer
untuk melakukan perilaku menyimpang dalam menyajikan dan melaporkan informasi
laba tersebut yang dikenal dengan praktik manajemen laba (Mallisa, 2021).
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk menaikkan atau
menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa
menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka
panjang. Manajemen laba dapat dilakukan melalui praktik perataan laba (income
smoothing), taking a bath, dan income maximization (Meita, 2019).
Aktifitas manajemen dipraktikkan oleh perusahaan bisnis dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan bagi pihak perusahaan maupun pihak manajer sendiri
(Alfarisi & Kumala, 2021). Karena motivasi tersebut membuat manajer melakukan
berbagai cara demi mencapai apa yang diinginkannya. Manajer berupaya
memanfaatkan peluang pada beberapa aktivitas atau kejadian untuk melakukan
tindakan manajemen laba di perusahaan.Beberapa faktor yang mempengaruhi
manajemen laba diantaranya yaitu perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan.
Perbedaan yang terjadi pada perhitungan laba akuntansi fiskal disebabkan
laba fiskal didasarkan pada undang-undang perpajakan, sedangkan laba akuntansi
didasarkan pada standar akuntansi. Karena dari perbedaan ini maka terlebih dahulu
harus disesuaikan antara laba akuntansi yang berasal dari laporan keuangan
komersial dengan laba fiskal yang berasal dari laporan keuangan fiskal sebelum
menghitung besarnya PKP. Proses penyesuaian laporan keuangan ini disebut dengan
koreksi fiskal atau dapat juga dengan rekonsiliasi laporan keuangan akuntansi
dengan koreksi fiskal atau rekonsiliasi fiskal. Saat perbedaan temporer antara laba
akuntansi dengan laba fiskal menimbulkan beban pajak tangguhan (Hakim &
Praptoyo, 2015).
Pada umumnya setiap perusahaan ingin memperoleh keuntungan yang
maksimal dan mengeluarkan beban seminimal mungkin agar dapat mendorong
investor untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Dengan
adanya pernyataan tersebut maka perusahaan dapat menarik investor dengan cara
manajer perusahaan menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham
dan pemakai eksternal lainnya (Lisa, 2021).
Contoh kasus terkait praktik manajemen laba diantaranya adalah Bank
Bukopin merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp183,56 miliar dari sebelumnya Rp1,08
triliun. Penurunan terbesar adalah di bagian pendapatan provinsi dan komisi yang
merupakan pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan ini turun dari Rp1,06 triliun
menjadi Rp317,88 miliar. Akibatnya, beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas
aset keuangan direvisi meningkat dari Rp. 649,05 miliar menjadi Rp. 797,65 miliar.

13 Copyright © 2022 pada penulis


Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak, 12-23

Hal ini menyebabkan beban perseroan meningkat Rp148,6 miliar. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa bank Bukopin diduga melakukan manajemen laba
dengan cara merevisi laba bersih dan melakukan penurunan pendapatan provinsi
pada tahun 2016 sehingga mengakibatkan beban perseroan meningkat secara
signifikan (Pullah et al., 2021).
Kemudian kasus manajemen laba terjadi pada PT. Garuda Indonesia Tbk
(GIAA) telah merevisi laporan keuangannya.Laporan keuangan perusahaan di 2018
yang tadinya kinclong berubah menjadi buntung. Diketahui dalam laporan keuangan
2018, Garuda mencatat laba bersih US$ 809,85 riibu atau setara Rp 11,33 miliar
(kurs Rp 14.000). Laba tersebut ditopang salah satunya oleh kerja sama antara
Garuda dan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$
239,94 juta atau sekitar Rp 2,98 triliun. Dana itu masih bersifat piutang tapi sudah
diakui sebagai pendapatan. Alhasil, perusahaan sebelumnya merugi kemudian
mencetak laba.PPPK dan OJK pun akhirnya memutuskan bahwa ada yang salah
dalam sajian laporan keuangan GIAA 2018 (Taqwiym & Nurasiah, 2020).
Perusahaan diminta untuk menyajikan ulang laporan keuangannya dan
perusahaan kena denda Rp 100 juta. Manajemen Garuda Indonesia kembali
menyajikan Laporan Keuangan 2018, Garuda Indonesia mencatatkan net loss atau
rugi bersih sebesar US$ 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000).
Laporan ini berbeda dari sajian sebelumnya, di mana dicatatkan laba sebesar US$
5,018 juta.
Dalam laporan keuangan Garuda 2018 yang disajikan kembali, pendapatan
usaha tercatat sebesar US$ 4,37 miliar, tidak mengalami perubahan dari laporan
pendapatan sebelumnya. Sementara itu, pendapatan usaha lainnya (pendapatan
lain-lain) terkoreksi menjadi US$ 38,8 juta dari sebelumnya US$ 278,8
juta.Sementara itu, pada laporan restatement Garuda Indonesia pada periode kuartal
I-2019 tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi
sebesar US$ 4,328 juta dari sebelumnya US$ 4,532 juta. Adapun perubahan total
indikator aset tersebut diakibatkan oleh penyesuaian pada pencatatan piutang lain-
Lain menjadi sebesar US$ 19,7 juta dari sebelumnya sebesar US$ 283,8 juta. Aset
pajak tangguhan juga mengalami penyesuaian menjadi US$ 105,5 juta dari
sebelumnya US$ 45,3 juta.
Menurut Aditama dan Anna (2014), manajemen laba merupakan upaya yang
dilakukan pihak manajemen untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan
keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri, yaitu pihak perusahaan yang
terkait.Upaya intervensi ini menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan kondisi
sesungguhnya suatu perusahaan sehingga menimbulkan asimetri informasi, yaitu kondisi
dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders. Dengan demikian sedapat
mungkin apa yang dilaporkan perusahaan mendekati hal sesungguhnya terjadi, baik untuk
laporan pajak maupun laporan kepada investor (Yuono & Widyawati, 2016).
Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat
diseleksi jenis tindakan penghematan yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak
(Herlisnawati & Ahmad, 2013).
Adanya keinginan pihak manajemen untuk menekan dan membuat beban pajak
sekecil mungkin, maka pihak manajemen cenderung untuk meminimalkan pembayaran
pajak.Upaya untuk meminimalkan beban pajak ini sering disebut dengan perencanaan pajak

Tax and Business Journal 14


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

(tax planning). Dengan melakukan perencanaan pajak, perusahaan berharap untuk dapat
meminimalisir pembayaran pajak bagi perusahaan dengan cara yang tepat dan legal.
Pada tahun 2016, pendapatan negara dari penerimaan pajak yaitu sebesar 84,47%
dari total pendapatan negara (Kemenkeu, 2016). Sehingga, penerimaan pajak negara
merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan ekonomi suatu negara.Menurut
Philips et al (2003) menjelaskan bahwa Pengungkapan pajak penghasilan pada laporan
keuangan sangat dibutuhkan untuk berbagai alasan diantaranya adalah untuk penaksiran
manajemen laba. Menurut Waluyo (2015) pajak tangguhan (deferred tax) adalah jumlah
pajak penghasilan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat dikompensasikan (Widiastuti
& Chusniah, 2011).
Pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh terutang (pajak
penghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak yang sesungguhnya
dibayar kepada pemerintah) dengan beban pajak penghasilan (pajak penghasilan
yang dihitung berbasis penghasilan sebelum pajak) sepanjang menyangkut
perbedaan temporer (Sibarani et al., 2015).
Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh perencanaan pajak dan
beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba banyak dilakukan, antara lain
penelitian Ferry Aditama dan Anna Purwaninngsih (Tahun 2014) yang berjudul
Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil analisa data, terlihat bahwa perencanaan pajak ternyata
tidak berpengaruh positif terhadap manajamen laba pada perusahaan
nonmanufaktur yang terdaftar di BEI. Akan tetapi, hasil pada analisis deskriptif
menunjukkan bahwa 77 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
melakukan manajemen laba dengan cara menghindari penurunan laba.
Penelitian lain yang berjudul Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap
Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Penurunan Tarif Pajak (Diskon Pajak)
menunjukkan hasil bahwa perencanaan pajak terbukti berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba dengan arah hubungan negatif dengan nilai koefisien -
0.0622930 artinya hahwa nilai TRR yang kecil, sementara nilai Tax Avoidance (TA)
nya besar, maka perusahaan akan semakin menaikkan perilaku manajemen laba. Hal
tersebur berarti perusahaan akan melakukan manajemen laba untuk mendapatkan
pembayaran pajak yang rendah. Walaupun pengaruhnya lemah, tetapi masih banyak
faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan manajemen laba (Kanji,
2019).
Berdasarkan teori, fenomena dan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
hubungan beban pajak tangguhan dengan manajemen laba maupun hubungan perencanaan
pajak terhadap manajemen laba.Maka disini penulis mencoba untuk mengkombinasikan
kepada dua variabel tersebut, yaitu hubungan perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba.Judul penelitian yang di angkat pada penelitian ini
adalah Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
(Studi Kasus pada Perusahaan Bank Konvensionalyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)Tahun 2017-2019).

METODE
Desain dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan
asosiatif.Desain penelitian deskriptif adalah mengetahui nilai masing-masing variabel,
baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun

15 Copyright © 2022 pada penulis


Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak, 12-23

perbandingan dengan variabel lain.Desain penelitian asosiatif penelitian yang


didesain untuk mengetahui pengaruh interaksi anatara dua variabel atau lebih. Objek
penelitian adalah perusahaan Bank Konvensional yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).Data yang digunakan yaitu laporan keuangan perusahaan, harga
saham dan volume saham bank konvensional periode 2017-2019.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menganalisis data sekunder
berupa laporan keuangan perusahaan bank konvensional. Data yang diperoleh dari
situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Selain itu juga dilakukan penelusuran
berbagai jurnal, karya ilmiah, dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan
acuan dalam penelitian ini.
Jenis data yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang
berbentuk jumlah, tingkatan, perbandingan dan volume berupa angka-angka. Data
tersebut berupa laporan keuangan tahunan perusahaan bank konvensional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2019.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perusahaan Bank
Konvensional 2017-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Proses
pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive
sampling. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015:88) Metode purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
perusahaan yang dijadikan sampel data penelitian ini adalah sebagai berikut
Perusahaan Bank Konvensionalyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), selama
periode 2017-2019. Perusahaan Bank Konvensional yang melaporkan total aset
secara berturut-turut selama periode 2017-2019. Perusahaan Bank Konvensional
yang melaporkan laba/rugi selama periode 2017-2019. Perusahaan Bank
Konvensional yang melaporkan beban pajak tangguhan secara berturut-turut selama
periode 2017-2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini, objek penelitian dilakukan pada perusahaan Bank
Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Data penelitian
menggunakan annual report serta periode penelitian selama tiga tahun yakni 2017-
2019. Untuk memperoleh sampel maksimum dan dapat memenuhi ke akuratan data
maka peneliti menggunakan 18 sampel populasi berupa perusahaan Bank
Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga periode.
Analisis data penelitian melalui SPSS dengan beberapa pengujian, dimulai
dengan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji aotokorelasi, dan uji multikolinearitas. Kemudian selanjutnya
uji agresi linier,sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk uji F dan T serta koefisien
determinasi.

Uji Statistik Deskriptif


Uji statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran data yang akan
diteliti. Terdiri dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

Tax and Business Journal 16


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Perencanaan Pajak 51 ,56658 ,83381 ,7470839 ,04842681
Beban Pajak Tangguhan 51 -,01692 ,00662 ,0000373 ,00294993
Manajemen Laba 51 -,39622 ,07985 -,0118575 ,06949046
Valid N (listwise) 51

Sumber: Pengolahan data menggunakan SPSS

Tabel 1 menunjukkan jumlah sampel sebanyak 51 dari yang semula sebanyak


54sampel.Sebanyak 3 data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal atau
merupakan data outlier. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi.
Berdasarkan tabel 1 diatas dari sampel N sebanyak 51 dalam periode penelitian
selama 3 tahun 2017-2019 menggunakan SPSS, dapat diketahui hasil analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan variabel X1 Perencanaan Pajak yang disajikan pada tabel 4.3
diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 51 dalam periode 2017-
2019 memiliki nilai minimum 0,56658, nilai maksimum 0,83381, rata-rata 0,7470839
dan standar deviasi sebesar 0,04842681.
Hasil perhitungan variabel X2 Beban Pajak Tangguhanyang disajikan pada
tabel 4.3 diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 51 dalam periode
2017-2019 memiliki nilai minimum -0,01692, nilai maksimum 0,00662, rata-rata
0,0000373 dan standar deviasi sebesar 0,00294993.
Hasil perhitungan variabel Y Manajemen Labayang disajikan pada tabel 4.3
diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 51 dalam periode 2017-
2019 memiliki nilai minimum -0,39622, nilai maksimum 0,07985, rata-rata -
0,0118575 dan standar deviasi 0,06949046.

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan tahapan pertama dalam penelitian sebelum masuk
ke uji regresi untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.Uji
normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov satu
arah.Pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data mengikuti
distribusi normal atau tidak adalah dengan menilai signifikannya.Berikut hasil uji
normalitas dan hasil uji PP Plot melaui SPSS.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

17 Copyright © 2022 pada penulis


Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak, 12-23

N 51
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 150896077
Absolute ,079
Most Extreme Differences Positive ,079
Negative -,063
Test Statistic ,079
Asymp. Sig. (2-tailed)
,200c,d

Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah 2020

Gambar 1 Hasil Uji Normalitas PP Plot


Berdasarkan hasil olah data uji normalitas pada tabel 4.4 diatas bahwa
pengaruh Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba
dengan nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,200, artinya data berdistribusi
dengan normal karena probabilitas diatas 0,05. Hal ini juga didukung oleh gambar
4.1 yang menunjukkan bahwa normalitas residual dapat berdistribusi dengan normal.

Uji Hesteroskedastisitas
Uji hesteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lainnya. Dengan melihat Scatter Plot dibawah ini, titik-titiknya menyebar jauh
dari grafik diagonal nol dan tidak ada yang terlalu berdempetan sehingga tidak
terjadi hesteroskedastisitas dan layak untuk diuji.
Gambar 2. grafik scatterplot

Tax and Business Journal 18


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah 2020


Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik yaitu apabila tidak adanya masalah
autokorelasi.Apabila terdapat masalah autokorelasi maka persamaan regresi menjadi
tidak baik atau tidak layak digunakan.Pengujian yang dapat dilakukan untuk melihat
ada atau tidaknya korelasi antar variabeladalah uji Durbin Watson.Hasil pengujian
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson Test adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1,54007663 1,7359
a. Predictors: (Constant), Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah 2020
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-
Watson, nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah 1,7359. Nilai dL yang
diperolehdengan K=2 dan N=51 adalah sebesar 1,4684 dan nilai dU sebesar 1,6309.
Nilai Durbin Watson test yang diperoleh terletak di antara nilai dU dan 4-dU atau
1,6309<1,7359<2,3691. Maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi
penelitian ini tidak terdeteksi adanya gejala autokorelasi.
Uji multikolinearitas
Uji multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Uji

19 Copyright © 2022 pada penulis


Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak, 12-23

multikolonieritas dapat dilihat berdasarkan nilaitolerance (T) dan variance inflation


factor (VIF). Berikut hasil uji multikolinearitas:
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Sig.
Tolerance VIF
(Constant) ,002
1 Perencanaan Pajak ,001 ,974 1,027
Beban Pajak Tangguhan ,011 ,974 1,027
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah2020

Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan


adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Tabel 4.6
menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yaitu Perencanaan Pajak dan
Beban Pajak Tangguhan memiliki nilai tolerance (T) lebih besar dari 0,10 dan nilai
variance inflation factor (VIF) tidak melebihi 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi dalam penelitian ini, maka
model regresi diterima.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji secara simultan pengararuh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Hasil dari analisis regresi
berganda ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized Coefficients
Model Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
-
(Constant) -4,079 1,271 ,002
3,209
1 -
Perencanaan Pajak -25,326 7,489 -,428 ,001
3,382
Beban Pajak Tangguhan ,763 ,288 ,335 2,647 ,011
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Hasil Output SPSS, data diolah 2020

Berdasarkan data yang diperoleh, di dapat persamaan regresi linier berganda


sebagai berikut:
Y = α + β1 X1+ β2 X2 + ε
Y= -4,079+(-25,326)X1+0,763X2+ e

Tax and Business Journal 20


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

Persamaan regresi linier diatas dapat diartikan:


Koefisien konstanta sebesar -4,079dengan nilai negatif, yang berarti bahwa
manajemen laba akan bernilai -4,079apabila variabel perencanaan pajak(X1) dan
beban pajak tangguhan (X2) benilai konstan atau 0. Variabel perencanaan
pajak(X1)memiliki koefisien -25,326 hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel
perencanaan pajak (X1) akan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap
variabel manajemen laba. Variabel beban pajak tangguhan memiliki koefisien 0,763
hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel beban pajak tangguhan(X2) sebesar
0,763 akan meningkatkan kemungkinan terjadinya manajemen laba.
Variabel perencanaan pajak (X1) memiliki koefisien regresi sebesar -25,326
dengan nilai signifikan 0,001 <0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan
pajak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil initidak sejalan dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa perencanaan pajak (X1) berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
Variabel beban pajak tangguhan memiliki koefisien regresi sebesar 0,763
dengan nilai signifikan 0,011 <0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa beban pajak
tangguhan memiliki pengaruh positif terhadapmanajemen laba, hal ini sejalan
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa beban pajak tangguhan
berpengaruhpositif terhadap manajemen laba.
Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Hasil uji t dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 6
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized Coefficients
Model Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
-
(Constant) -4,079 1,271 ,002
3,209
1 -
Perencanaan Pajak -25,326 7,489 -,428 ,001
3,382
Beban Pajak Tangguhan ,763 ,288 ,335 2,647 ,011
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Hasil output SPSS, data diolah 2020

Dalam pengujian hipotesis untuk model regresi, ditentukan dengan rumus Df =


n-k, dimana n = banyak sampel sedangkan k = banyaknya variabel bebas dan
terikat. maka df = 51-3 = 48, diperoleh t tabel (0,05; 48) sebesar 2,01063, nilai t
hitung diperoleh dari pengolahan SPSS. Berdasarkan tabel 4.8 diatas, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar -3,382 <
t tabel sebesar 2,01063 dengan nilai signifikansi 0.001 < 0.05, sehingga dapat

21 Copyright © 2022 pada penulis


Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak, 12-23

disimpulkan bahwa perencanaan pajak berpengaruhnegatif signifikan terhadap


manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2,647 >
t tabel sebesar 2,01063 dengan nilai signifikansi 0,011 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba.
Uji Simultan (Uji-F)
Uji F yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen.Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan secara simultan
terhadap manajemen laba.Dalam pengujian hipotesis untuk model regresi ditentukan
dengan rumus Df = n-k, dimana n = banyak sampel sedangkan k = banyaknya
variabel bebas dan terikat. maka df = 51-3 = 48, diperoleh f tabel (0,05; 48) sebesar
2,800 nilai F hitung diperoleh dari pengolahan SPSS.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya pengenai pengaruh
Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan Bank Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-
2019, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk
menguji apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya nilai t hitung (3,382) lebih kecil dari t tabel 2,01063
dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa variabel perencanaan pajakberpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini untuk menguji
apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya nilai t hitung 2,647 lebih besar dari nilai t tabel 2,01063
dengan nilai probabilitas sebesar 0,011 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa variabel beban pajak tangguhan berpengaruh positif secara signifikan
terhadap manajemen laba.
Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan secara bersama-sama dapat
mempengaruhi manajemen laba pada bank konvensional. Hal ini dapat terlihat dari
nilai prob F-statistik atau uji F pada saat pengujian perencanaan pajak dan beban
pajak tangguhan memperoleh nilai F hitung 7,987 lebih besar dari nilai F tabel 2,800
dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini
berarti bahwa perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan secara bersama -sama
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas dapat diberikan
beberapa saran sebagai implikasi hasil penelitian. Berikut saran-saran yang dapat
disampaikan antara lain Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan untuk
memperpanjang periode pengamatan sehingga memperoleh sampel yang lebih besar
dan dapat menggambarkan hasil yang sesuai. Penelitian selanjutnya dapat
menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap beban pajak untuk
meningkatkan hasil R-Square yang lebih tinggi.

Tax and Business Journal 22


Jurnal Pajak dan Bisnis Volume 3, Nomor 1, 2022

Karena pada penelitian ini hanya menggunakan proksi SEC dalam menghitung
manajemen laba, maka bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk mencoba proksi
lainnya seperti model Healy, model De Angelo, model Jones, model Industri, model Modified
Jones, model Dechow-Dichev, model Kothari, model Stubben dan model Pendekatan Baru
untuk menghitung manajemen laba agardapat mengetahui proksi mana yang lebih baik
digunakan untuk menghitungmanajemen laba.

DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, M. S., & Kumala, D. (2021). MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN
TANAH WAKAF DI KECAMATAN KEMUNING KOTA PALEMBANG. I-ECONOMICS: A
Research Journal on Islamic Economics, 7(1), 63–73.
Hakim, A. R., & Praptoyo, S. (2015). Pengaruh aktiva pajak tangguhan dan beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 4(7).
Herlisnawati, D., & Ahmad, Y. F. (2013). Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Dalam
Upaya Meningkatkan Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan Pada PT Akasha Wira
Internasional Tbk. JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi), 5(1), 37–44.
Kanji, L. (2019). Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bongaya Journal
for Research in Accounting (BJRA), 2(1), 20–27.
Lisa, O. (2021). Asimetri informasi dan manajemen laba: suatu tinjauan dalam hubungan
keagenan. E-Repository Dosen Universitas Gajayana Malang.
Mallisa, S. U. (2021). Pengaruh Perencanaan Pajak, Kepemilikan Manajerial dan Tingkat
Hutang Terhadap Manajemen Laba Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2014-2017/Septia Urika Mallisa/32130440/Pembimbing: Prima Apriwenni.
Meita, I. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaa Pajak dan Manajemen Laba
terhadap Harga Saham. Jurnal Online Insan Akuntan, 4(2), 253–268.
Panjaitan, D. K., & Muslih, M. (2019). Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial dan Kompensasi Bonus. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11(1), 1–20.
Pullah, N. Z. A., AS, R. E. W., Sukesti, F., Hanum, A. N., & others. (2021). Pengaruh
Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba. Prosiding Seminar Nasional Unimus, 4.
Setyawan, B. (2016). PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PROFITABILITAS, DAN
PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014). Keberlanjutan: Jurnal Manajemen Dan Jurnal Akuntansi,
1(1), 15–40.
Taqwiym, A., & Nurasiah, N. (2020). Aplikasi Pencatatan Perhitungan Laba Rugi Berbasis
Desktop pada PT. Fachri Syafii Akbar. Jurnal Sisfokom (Sistem Informasi Dan
Komputer), 9(1), 69–76.
Widiastuti, N. P. E., & Chusniah, E. (2011). Analisis Aktiva Pajak Tangguhan Dan
Discretionary Accrual Sebagai Prediktor Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bei. Jurnal Ilmiah Econosains, 9(1), 28–40.
Yuono, C. A. S., & Widyawati, D. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 5(6).

23 Copyright © 2022 pada penulis

Anda mungkin juga menyukai