Anda di halaman 1dari 48

1

Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

PENGARUH PERENCANAAN PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN


DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN
PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Kosumsi yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia)

Oleh :

REXY MAYNACHI
BCA 117 288

ABSTRAK

Dalam penelitian ini, tujuan yang diharapkan adalah untuk mengetahui pengaruh dari
perencanaan pajak. Ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba dengan
profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel dari penelitian ini adalah 37 perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
tahun 2019-2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan analisis
statistik yaitu metode regresi linear berganda dan regresi moderating (MRA) dengan
menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari regresi linear berganda
dan regresi moderating (MRA), maka didapatlah hasil perencanaan pajak, ukuran perusahaan,
dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dan untuk variabel
profitabilitas mampu memperkuat pengaruh dari perencanaan pajak, ukuran perusahaan, dan
leverage terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Perencanaan pajak, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba


2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

ABSTRACT

In this study, the expected goal is to determine the effect of tax planning, firm size, and
leverage on earnings management with profitability as a moderating variable. The sample of this
study are 37 manufacturing companies in the consumer goods industry sector which are listed on
the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2019-2021 period. The type of study used is
quantitative research with statistical analysis, namely the method of multiple linear regression
and moderating regression (MRA) using the SPSS program. Based on the results of testing the
hypothesis of multiple linear regression and moderating regression (MRA), the results of tax
planning, firm size, and leverage have a positive and significant effect on earnings management,
and for the variable profitability it is able to strengthen the effect of tax planning, firm size, and
leverage on earnings management.

Keywords: tax planning, firm size, leverage, earnings management


3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis yang semakin ketat tidak terlepas dari
perkembangan lingkungan ekonomi, sosial dan politik serta dampak kemajuan teknologi.
Terutama di bidang manufaktur di Indonesia. Untuk dapat bersaing, suatu perusahaan harus
memiliki keunggulan bersaing dibandingkan perusahaan lain. Dunia bisnis menjadi semakin
kompetitif dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan menginginkan
pemasaran yang lebih luas. Pencapaian pemasaran yang luas ini tidak hanya membutuhkan
produk yang berkualitas dan promosi yang menarik, tetapi juga kinerja keuangan masing-masing
perusahaan.
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya.
Manajemen yang memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya perusahaan nantinya
harus melaporkan kegiatan pengelolaan sumberdaya perusahaan kepada pemilik melalui sebuah
laporan keuangan. Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen adalah laba. Untuk menunjukan prestasi perusahaan dalam
menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba dan melakukan manipulasi laporan
keuangan. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu,
sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan maupun diturunkan sesuai dengan
keinginannya. Upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-
informasi dalam laporan keuangan inilah yang disebut dengan manajemen laba (Sulistyanto,
2014).
Manajemen berusaha mempengaruhi informasi laba dalam laporan keuangan dengan
tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja keuangan (Sulistyanto,
2008). Kegiatan yang dilakukan manajemen tersebut dinamakan manajemen laba. Manajemen
laba merupakan tindakan manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan sehingga
dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya (Scott, 2001).
Tujuan manajemen laba yaitu untuk menyenangkan investor. Investor menyukai tingkat laba
yang stabil, sehingga manajemen menurunkan labanya agar tingkat perolehan laba perusahaan
tidak terlalu berfluktuatif (Zuhriya, Syahidatus, & Wahidahwati, 2015).
Fenomena yang terkait dengan manajemen laba terjadi pada perusahaan sektor makanan
dan minuman yang melakukan praktik manajemen laba adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk (AISA), yaitu setelah dilakukan investigasi terhadap laporan keuangan AISA periode 2017
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

dilakukan PT EY Indonesia (EY) ditemukan adanya dugaan penggelembungan pos akuntansi


senilai Rp. 4 triliun serta dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp 662 miliar dan
penggelembungan lain senilai Rp 329 miliar pada pos EBITDA (laba sebelum bunga, pajak,
depresiasi dan amortisasi) (sumber: www.cnbcindonesia.com).
Beberapa kasus lain yang terjadi terkait dengan praktik manajemen laba yaitu PT. Lippo
Tbk, PT. Kimia Farma Tbk, kemudian ada PT. Garuda Indonesia Tbk. Menurut informasi yang
didapat bahwa kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar
US $809 ribu pada tahun 2018. Hal tersebut berbanding terbalik dengan tahun 2017 yang merugi
sebesar US $216,58 juta. Sehingga PT Garuda Indonesia tbk dianggap tidak transparansi dalam
pembuatan laporan keuangan tahun buku 2018 dan dianggap telah membuat laporan keuangan
yang tidak sesuai dengan PSAK yang berlaku karena PT Garuda Indonesia tbk mencatat piutang
sebagai pendapatan (sumber : https://m.cnnindonesia.com).
Perencanaan pajak merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Perencanaan
pajak (tax planning) merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak untuk memperkirakan
besarnya pajak yang seharusnya akan dibayar. Semakin besar pendapatan sebuah perusahaan
maka semakin besar pembayaran pajaknya. Dengan pembayaran pajak yang tinggi menyebabkan
manajemen mengatur pembayaran pajak agar laba perusahaan lebih stabil.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan. Semakin besar total aktiva maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dalam pengaruhnya terhadap
praktik manajemen laba yaitu berupa pengawasan dan pengamatan terkait kinerja perusahaan
tersebut. Semakin besar perusahaan maka semakin besar sorotan dan pengamatan yang akan di
dapat perusahaan. Manajemen tidak bisa leluasa melakukan praktik manajemen laba mengingat
jika perusahaan mengalami kerugian atau bahkan terbukti melakukan kecurangan. Hal tersebut
berdampak merugikan citra perusahaan baik internal maupun eksternal perusahaan. Sebaliknya
jika perusahaan tergolong klasifikasi kecil maka semakin kecil pula perusahaan mendapat
perhatian, sehingga manajer dapat leluasa melakukan praktik manajemen laba (Agusti, 2013).
Leverage dapat menunjukkan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang.
Analisis ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang disuplai oleh pemilik
perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Atau bisa
juga untuk mengukur seberapa jauh perusahaan telah dibiayai dengan utang-utang jangka
panjang.
5
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

Leverage mempunyai hubungan dengan praktik manajemen laba. Apabila leverage meningkat
akan mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen, hal tersebut terjadi
karena beberapa alasan yaitu : 1) memanfaatkan pembayaran utang yang diperlukan, sehingga
mengurangi uang tersedia bagi manajemen untuk pembelanjaan yang tidak optimal; 2) ketika
sebuah perusahaan menggunakan pembiayaan utang yang tinggi maka, perusahaan mengalami
pengawasan yang ketat oleh kreditur (Dewi & Wirawati, 2019). Sehingga fleksibilitas
manajemen untuk melakukan earnings management semakin berkurang.
Di Indonesia ada banyak kasus terkait dengan ketidak andalan laporan keuangan yang
menyajikan informasi tidak relevan kepada pemangku kepentingan disebabkan oleh
perekayasaan laba yang dilakukan manajemen demi kepentingan pribadi. Seperti yang
dinyatakan oleh Thohir (2020) dalam (Sandi, 2020) bahwa saat ini sering terjadi manipulasi
laporan keuangan atau window dressing pada BUMN. Badan usaha seolah-olah meraih
keuntungan tetapi nyatanya tidak memiliki dana sesuai dengan apa yang mereka laporkan pada
laporan keuangan. Kasus yang terjadi pada tahun 2019 yang menimpa perusahaan BUMN yaitu
Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia
Group membukukan laba bersih sebesar USD 809,85 ribu atau setara dengan Rp 11,33 miliar
(yang berasumsi pada kurs Rp 14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibandingkan
tahun 2017 yang menderita rugi USD 16,5 juta. Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan
polemik lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairil Tanjung dan Dony Oskaria
menganggap bahwa laporan keuangan 6 pada tahun 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan
pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Hal itu terjadi dikarenakan Garuda Indonesia
memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai
berpelat merah tersebut, yang mana PT Mahata Aero Teknologi memiliki utang terkait dengan
pemasangan wifi yang belumterbayarkan (Hartomo, 2019) dan banyak lagi kasus lainnya.
Beberapa penelitian terdahulu menggunakan karakteristik terhadap Manajemen Laba
yang sama dalam setiap penelitiannya. Yang pertama pengaruh perencanaan pajak terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian Anggraeni (2013) menemukan bahwa perencanaan pajak
berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian Fitriany (2016), Sasmi et al
(2018), Sumomba dan Hutomo (2014) menemukan bahwa perencanaan pajak berpegaruh
terhadap manajemen laba. berbanding terbalik dari penelitian yang dilakukan Ferry (2014) dan
Yunita (2021) menemukan bahwa perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Yang kedua pengaruh
6
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian I Kentut (2015), Mia (2018),
Irisan (2018), Yofi (2018), dan Winty (2019) menemukan bahwa Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berbanding terbalik dari penelitian yang di
lakukan Dea ( 2018) dan Raudhatul (2021) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Yang ketiga pengaruh leverage terhadap manajemn laba. Hasil
dari penelitian Alesia (2017), Wijaya (2017), dan Hermalia (2021) menemukan leverage
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Widyaningdyah (2015) menyimpulkan bahwa
leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian oleh Shanti dan
Yudhanti (2016) dan Astuti (2016) juga menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Berbanding terbalik Hasil penelitian Herni dan Susanto (2008)
menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian yang
dilakukan oleh Nasser dan Parulian (2016) menyimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba yang merupakan salah satu teknik dari manajemen laba.
Didalam penelitian ini, penulis memasukkan variabel profitabilitas perusahaan sebagai elemen
yang mempengaruhi hubungan perencanaan pajak, ukuran perusahan, dan leverage terhadap
manajemen laba.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Hendy Suyoto dan Susi Dwimulyani (2019) yang
dahulu meneliti tentang Pengaruh Leverage dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen laba
dan digunakannya Profitabilitas sebagai variabel moderating, sehingga penelitian ini bertujuan
untuk menguji kembali pengaruh Leverage dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen laba
dengan menambahkan Variabel yaitu Ukuran Perusahaan.
Selanjutnya, profitabilitas sebagai variabel moderasi digunakan dalam penelitian karena
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, serta juga
profitabilitas dapat mempengaruhi manajemen laba dimana pada saat profitabilitas yang
diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu tertentu akan memicu perusahaan untuk
melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba dan pendapatan yang diperoleh
sehingga akan memperlihatkan saham dan mempertahankan investor yang ada.
Penelitian ini juga mengambil perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel. Pengambilan perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi sebagai sampel dikarenakan pada sektor barang
konsumsi memproduksi produk kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
dengan tingginya permintaan pada sektor barang konsumsi berdampak pada kemampuan
menghasilkan
7
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

laba yang optimal. Sehingga investasi pada industri barang konsumsi merupakan investasi yang
cukup menjanjikan di Indonesia.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh
Perencanaan Pajak, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
Dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)”

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba?
2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba?
3. Bagaimana pengaruh leverage terhadap manajemen laba?
4. Bagaimana profitabilitas memoderasi pengaruh perencanaan pajak terhadap
manajemen laba?
5. Bagaimana profitabilitas memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba?
6. Bagaimana profitabilitas memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
3. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
4. Untuk mengetahui profitabilitas sebagai variabel moderasi memoderasi pengaruh
perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
5. Untuk mengetahui profitabilitas sebagai variabel moderasi memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba.
6. Untuk mengetahui profitabilitas sebagai variabel moderasi memoderasi pengaruh leverage
terhadap manajemen laba.
8
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi akademisi guna mengembangkan penelitian yang akan datang.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya, baik yang
bersifat melengkapi maupun melanjutkan penelitian.
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan pemahaman tentang manajemen laba dan variabel-variabel yang mempengaruhinya.
2. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sebagai masukan kepada perusahaan
dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan opersai dan keuangan yang berkenaan
dengan manajemen laba.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pendekatan baru
bagi penelitian.

II. TINJAUAN
PUSTAKA Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang membahas tentang hubungan
antara investor dengan manajemen perusahaan. Teori keagenan menjelaskan bagaimana cara
terbaik untuk mengatur hubungan di mana satu pihak menentukan pekerjaan, sedangkan pihak
lain melakukan pekerjaan (Andini & Amboningtyas, 2020). Dalam hubungan ini, pihak investor
mempekerjakan agen atau dalam hal ini adalah manajemen perusahaan tidak lain untuk
melakukan pekerjaan, atau melakukan tugas prinsipal yang tidak mampu atau tidak mau
dilakukan pihak investor. Teori keagenan mengasumsikan keduanya, baik pokok maupun agen
termotivasi oleh kepentingan pribadi. Jika demikian, agen cenderung mengejar tujuan pribadi
yang bahkan bertentangan dengan tujuan pokok.
Masalah keagenan terjadi akibat dari pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan
para pemegang saham. Karena adanya pemisahan, para manajer bisa saja membuat keputusan
yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham
(Riswandi & Yuniarti, 2020).
Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa penjelasan tentang konsep manajemen
laba tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Teori keagenan menyatakan bahwa
praktik
9
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR 2023

manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik
(principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen
dan pemilik tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan manajemen.
Menurut Ujiyanto dan Bambang (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest),
(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang
disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen (agent)
dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham)
mengenai kinerja ekonomi perusahaan menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri
informasi dengan manajemen laba.

Manajemen Laba
Laba atau sering disebut dengan profit merupakan hasil dari perhitungan setelah
pendapatan dikurang dengan biaya yang keluar. Informasi laba digunakan oleh investor atau
pihak lain yang berkepentingan sebagai indikator keefisienan penggunaan dana yang tertanam
pada perusahaan, yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian untuk menaikkan kemakmuran
(Wirawan, 2020).
Teori keagenan menyatakan bahwa terjadinya manajemen laba karena adanya
kepentingan yang berbeda antara pemilik dan manajer, hal ini dapat terjadi pada perusahaan
karena manajer sebagai pengelola mempunyai informasi yang tidak dimiliki oleh pemegang
saham dan mempergunakannya untuk meningkatkan utilitasnya.
Manajemen laba adalah campur tangan manajer dalam proses penyusunan laporan
keuangan, sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba dengan harapan dapat meningkatkan
kesejahteraan baik secara personal maupun nilai perusahaan secara keseluruhan selama dalam
batasan Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

utami (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai “some ability to increase or


decrease reported net income at will”. ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha
manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba termasuk perataan laba, sesuai
dengan keinginan manajer.
Scott (2009) mengungkapkan pola yang sering dilakukan oleh para manajer dalam
praktek manajemen laba, yaitu :
a. Penunjukkan CEO baru
b. Minimalisasi penghasilan yang dilakukan dengan maksud tidak mendapatkan perhatian
secara politis ketika profitabilitas perusahaan sangat tinggi
c. Memaksimalkan pendapatan yangbertujuan untuk memaksilakan bonus manajer, membuat
kinerja perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
d. Income smoothing dilakukan dengan cara memindahkan keuntungan dari periode yang
memiliki keuntungan yang tinggi untuk periode yang memiliki keuntungan rendah.
Praktik manajemen laba dalam perusahaan merupakan hal yang logis karena fleksibilitas
akuntansi memungkinkan manajer dalam mempengaruhi pelaporan. Dalam melakukan penelitian
untuk mengungkap adanya praktik manajemen laba, ada beberapa proksi yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi manajemen laba. Model yang digunakan peneliti sebagai proksi manajemen
laba adalah pendekatan distribusi.
Menurut Sulistyanto (2008) ada beberapa cara yang dipakai perusahaan untuk
mempermainkan besar kecilnya laba yaitu:
1. Mengakui dan mencatat pendapatan lebih cepat satu periode atau lebih.
2. Mengakui pendapatan lebih lambat satu periode atau lebih.
3. Mencatat pendapatan palsu.
4. Mengakui dan mencatat biaya lebih cepat.
5. Tidak mengungkapkan semua kewajiban.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dechow et al dalam (Ma’ruf;2006),
umumnya poin awal dalam pengukuran dicretionary accrualsadalah total accruals, dimana total
accruals terseut terdiri dari komponen non dicretionary (NDA) dan discretionary accruals (DA).
Selanjutnya model yang digunakan oleh jones digunakan untuk menciptakan komponen non
discretionary. Model pengukuran atas accruals pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
a) Total Accruals
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kusuma H.dkk (2003), totalaccruals pada penelitian
ini didefinisikan sebagai selisih antara laba bersih (Net income) dengan arus kas operasional
(operating cash flow).
Tat / Ait – 1 = (NI t – OCFt) Ait – 1
Keterangan :
Tat : Total accruals pada periode t
Nit : Laba bersih operasi (net operating income) pada periode
t OCFt : Aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow)
At – 1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t – 1

Non Discretionary Accruals


Model Jones mengasumsikan bahwa komponen nondiscretionary accruals adalah konstan
(Dechow et al : 1995). Model tersebut mengontrol efek perubahan perputaran ekonomi
perusahaan terhadap non discretionary accruals model NDA tersebut adalah sebagai berikut :

NDAt = α 1 (1 / Ait – 1) + α 2 (∆REVit / Ait – 1) + α 3 (PPEit / Ait – 1)

Keterangan :
NDAt : Non discretionary accruals pada tahun
At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEit : Aktiva tetap (gross Property plant and equipment) perusahaan i pada tahun t
Estimasi dari parameter spesifik perusahaan, diperoleh melalui models analisis regresi OSL
(Ordinary least Squares) berikut ini :
Tait / Ait – 1 = α 1 ( 1 / Ait – 1) + α 2 (∆ REVit / Ait – 1) + α 3 (PPEit / Ait – 1) + €it
Keterangan :
Tat : Total accruals pada periode t
At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-
1 Eit : Sampel error perusahaan i pada tahun t
Variabel aktiva tetap dan perubahan pendapatan digunakan untuk mengontrol perubahan non
discretionary accrual yang terjadi karena perubahan kondisi ekonomi. Total accruals
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

memasukkan perubahan working capital yang ditunjukkan pada tingkat perubahan revenue.
Variabel aktiva tetap (PPE) menunjukkan pada biaya depresiasi yang non discretionary.
Model ini memasukkan besarnya PPE, bukan perubahan rekening tersebut, karena total
biaya depresiasi termasuk dalam pengukuran total accruals. Semua variabel dideflasi
dengan total aktiva tahun sebelumnya.
b) Discretionary Accruals
Karena total accruals terdiri dari discretinary accruals dan non discretionary accruals, maka
discretionary accruals dapat dirumuskan sebagai berikut :
DAit = Tait / Ait – 1 – NDAit
Keterangan :
DAit : Discretionary accruals perusahaan pada tahun t
TAit : Total acrruals pada perusahaan i pada tahun
NDAit : Non discretionary accruals pada perusahaan
Secara umum penelitian tentang manajemen laba menggunakan pengukuran berbasis akrual
(accrual based measure) dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Salah satu kelebihan
dalam pendekatan total akrual adalah pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat
mengungkap cara-cara untuk menurunkan atau menaikkan laba keuntungan, karena cara-
cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui pihak luar. Menurut Perry dan
William dalam Ma’ruf (2006), total akrual terdiri dari komponen discretionary accruals dan
non discretionary accruals.Discretionary accruals adalah komponen akrual yang berada
dalam kebijakan manajemen. Artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses
pelaporan keuangan. Sedangkan non discretionary accruals adalah komponen akrual diluar
kebijakan manajemen.

Profitabilitas
Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan
perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar. Setiap
perusahaan pastinya mengharapkan profit yang maksimal. Laba merupakan alat ukur utama
kesuksesan suatu perusahaan. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan oleh perusahaan
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba melalui


sumber yang ada dan digunakan sebagai informasi yang penting bagi pihak eksternal, karena
apabila profitabilitas tinggi maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, dan apabila
profitabilitas rendah maka kinerja perusahaan dapat dikatakan buruk. Profitabilitas dapat
mempengaruhi manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
periode tertentu. Profitabilitas digunakan oleh investor untuk mengukur tingkat ketercapaian dan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan
mendapat predikat jelek di mata investor. Guna menanggulangi itu manajemen biasanya
melakukan manajemen laba agar labanya terlihat bagus. Alasan lain manajemen melakukan
praktik manajemen laba apabila profitabilitas rendah yaitu untuk menyelamatkan kinerjanya di
mata pemilik. Hal ini berkaitan erat dengan usaha manajemen untuk menampilkan performa
terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah
akan menemui kesulitan dalam menarik perhatian pihak eksternal. Sehingga cara yang mungkin
dapat dilakukan yaitu dengan menunjukkan laba yang relatif stabil (Cecilia, 2008).
Brigham dan Houston (2014) mendefinisikan profitabilitas sebagai hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung
berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah rasio keuangan, hasil
operasi, dan tingkat profitabilitas perusahaan. Menurut Sugiono dan Untung (2008), ada
beberapa rasio profitabilitas yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :
1. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
pada tingkat penjualan tertentu, dengan profit yang tinggi yang menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
2. Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan yang menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment).
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham.
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Profitabilitas merupakan indikator keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan untuk


memperoleh laba makin tinggi profitabilitas makin tinggi kemampuan perolehan laba. Untuk
mengetahui seberapa besar profitabilitas perusahaan yang digunakan adalah menggunakan
Return On Assets (ROA).
Perhitungan Profitabilitas diproksikan dengan menggunakan Return on Assets (ROA)
dengan skala rasio yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur,
selama periode penelitian. ROA menunjukkan perbandingan laba bersih dan total aktiva
perusahaan. Menurut Rivai (2013) Return on Assets menunjukkan kemampuan dalam mengelola
aset yang menghasilkan laba sebelum pajak. Sehingga Return on Asset dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 = Laba sebelum pajak


𝑋 100%
Total aset

Perencanaa Pajak
Perencanaan pajak merupakan salah satu bentuk dari fungsi manajemen pajak dalam
upaya penghematan pajak secara legal. Menurut Erly (2008:6) "Perencanaan pajak adalah
langkah awal dalam manajemen pajak dimana dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang dilakukan. "Perencanaan pajak pada umumnya tertuju pada suatu proses
untuk merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak sehingga kewajiban pembayaran pajak berada
dalam jumlah serendah mungkin tetapi masih dalam lingkup peraturan perpajakan.
Zain (2007:119) mendefinisikan "Perencanaan Pajak adalah proses mengorganisasikan
usaha wajib pajak atau sekelompok Wajib Pajak ssedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang serendah mungkin,
sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersial."
Tax planning didefinisikan sebagai cara yang dapat dilakukan dan telah direncanakan oleh
wajib pajak diperiode mendatang dengan tujuan untuk meminimalkan beban pajak tanpa
melanggar peraturan perpajakan yang berlaku (Wibowo, 2018). Tax planning yang dikenal
dengan effective tax, scorang wajib pajak yang berusaha mendapat penghematan pajak (tax
saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai dengan
ketentuan UU
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

perpajakan. Perencanaan yang dilakukan dengan meminimalkan pajak dengan cara mengambil
keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan memperkecil laba yang sebenarnya dan membuat
beban operasional setinggi-tingginya sehingga pajak yang dibebankan mimin .
Untuk merealisasikan tax planning yang tidak melanggar peraturan perpajakan, maka
perusahaan perlu memahami tentang bagaimana peraturan perpajakan. Dalam melakukan
perencanaan pajak agai tidak melanggar peraturan perundang-undangan sehingga menggunakan
strategi dalam tax planning. Rangkaian strategi untuk mengatur akuntansi dan Keuangan
perusahaan dalam meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara:
a) Tax saving
Tax saving dalam merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak dengan menggunakan
alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang rendah.
b) Tax avoidance
Tax avoidance upaya untuk mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari
pengenaan pajak dengam cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak, seperti
mengarahkan pada kerugian yang relatif besan transaksi diperiode sebelumnya.
c) Penundaan Pajak
Penunandaan pembayaran pajak dengan tidak melanggar peraturan yang berlaku dengan
caran menunda penerbitan faktur pajak sampai batas waktu yang diperkenakan, seperti
penjualan kredit.
d) Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenakan
Dengan caran mengkreditkan beberapa transaksi dengan mengubah PPh Pasal 2 dikreditkan
dengan PPh badan.
e) Menghindari pemeriksaan pajak dengan cara menghindari lebih bayar dengan cara
mengjukan pengurangan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 ke KKP dengan pengajuan
paling cepat 3 bulan setelah tahun berjalan.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus perencaan pajak untuk menganalisis
ukuran dan efektivitas manajemen pajak, yaitu: (Wild dalam Ferry 2013:10)
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑖𝑡
𝑇𝑇𝑅 =
𝑃𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐸𝐵𝐼𝑇𝑖𝑡
Keterangan:
TTR : Tax Retention Rate (Tingkat Retensi Pajak) perusahaan pada tahun t
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Net Income it : Laba bersih perusahaan i pada tahun t


Free Tax Income (EBIT it) : Laba sebelum pajak perusahan i tahun t

Ukuran Perusahaan
Beberapa definisi ukuran perusahaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Putu Ayu dan Gerianta (2018), mengemukakan bahwa ukuran perusahaan
merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan
diukur dengan total aktiva, jumlah penjualan, nilai saham dan sebagainya.
2. Susilo (2012:06) dalam I Gusti dan Desy (2015) mengemukakan bahwa semakin besar total
aktiva, jumlah penjualan atau modal suatu perusahaan maka semakin besar pula ukuran
suatu perusahaan.
3. Risma dan Regi (2017) menjelaskan bahwa “Ukuran Perusahaan merupakan
cerminan dari total aset yang dimiliki suatu perusahaan”.
4. Windi Novianty dan Wendy May (2018) menjelaskan bahwa “Ukuran
Perusahaan dilihat dari bidang bisnis yang sedang dioperasikan. Ukuran
perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, tingkat
penjualan rata-rata”.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Ukuran
Perusahaan dapat dilihat dari banyaknya jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
Ukuran perusahaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
perolehan laba. Semakin besar suatu ukuran perusahaan akan mempunyai
kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah bisnis serta kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba tinggi karena didukung oleh aset yang besar
sehingga kendala perusahaan dapat teratasi. Perusahaan yang memiliki total aktiva
atau total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama.
Perusahaan yang berukuran besar akan memiliki potensi yang lebih besar untuk
berhubungan dengan stakeholder dan publik yang berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dengan ukuran yang besar akan dilihat kinerjanya oleh
publik dan
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

stakeholder sehingga perusahaan yang berukuran besar tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan manajemen laba.
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari total aktiva (asset) dan total penjualan
(net sales) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang
ditanam. Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar. Sehingga semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji &
Sularto, 2007).
Dalam penelitian ini indikator Ukuran perusahaan diukur dengan
menggunakan Logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Logaritma natural (Ln)
digunakan untuk mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan
yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka dari jumlah
aktiva tersebut dibentuk logaritma natural, yang bertujuan untuk membuat data jumlah
aktiva terdistribusi secara normal (Mita Tegar Pribadi, 2018).
Nilai total aktiva biasanya bernilai lebih besar dibandingkan dengan
variabel keuangan lainnya, maka variabel total aktiva diperhalus menjadi Log
Aktiva atau Ln Total Aktiva. Dengan menggunakan Logaritma natural (Ln) dari
total aktiva dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun akan disederhanakan tanpa
mengubah proporsi dari total aktiva yang sesungguhnya.
Indikator untuk menghitung Ukuran Perusahaan menurut (Putu Ayu dan
Gerianta, 2018), yaitu :

𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)

Leverage
Leverage merupakan rasio yang memproyeksikan keadaan hutang dalam keuangan
perusahaan, berikut pengertian leverage menurut beberapa ahli :
Menurut Kasmir (Kasmir 2014:153) “Leverage adalah rasio solvabilitas atau leverage
ratio merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur sejauh mana aktifitas perusahaan
dibiayai dengan utang”. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Kasmir. Pengertian leverage
ini ditegaskan kembali oleh Iirham Fahmi (2015:106) yang menyatakan leverage adalah: “Rasio
leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam
kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut”
Pengertian leverage ini juga didukung oleh pendapat Brigham dan Houston (2010:140)
dalam bukunya yang menyatakan rasio leverage merupakan “rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage) sehingga kita mampu
melihat kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan hutang”
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio leverage merupakan
suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnnya (long term loan) seperti pembayaran bunga atas hutang, pembayaran pokok akhir
atas hutan dan kewajiban-kewajiban tetap lainnya. Hutang jangka panjang biasanya didefinisikan
sebagai kewajiban membayar yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih
tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya (Trisnawati, Mardayaningrum, & Khotimah,
2018). Besarnya tingkat leverage menunjukkan bahwa kondisi perusahaan yang kurang baik
karena adanya kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar atau melunasi utang-utang yang
ditanggung. Leverage menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba karena manajemen laba berkaitan dengan sumber dana eksternal khususnya utang yang
digunakan untuk membiayai kelangsungan operasi perusahaan ke depannya.
Tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih
sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan. Semakin besar utang yang dimiliki
perusahaan maka semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor. Sehingga fleksibilitas
manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin berkurang. Namun, apabila perusahaan
melakukan praktik manajemen laba maka kreditur atau investor cenderung tidak mempercayai
laporan yang diberikan oleh perusahaan.
Perusahaan yang memiliki hutang besar, memiliki kecenderungan melanggar perjanjian
hutang jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki hutang lebih kecil (Mardiyah,
2005). Perusahaan yang melanggar hutang menghadapi berbagai kemungkinan seperti,
kemungkinan percepatan jatuh tempo, peningkatan tingkat bunga, dan negosiasi ulang masa
hutang (Herawati, Nurul, & Baridwan, 2007).
1
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Rasio leverage ini membandingkan keseluruhan beban hutang perusahaan terhadap


ekuitasnya. Dengan kata lain, rasio ini menunjukan seberapa banyak aset perusahaan yang
dimiliki oleh pemegang saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh kreditor (pemberi
utang). Jika pemegang saham memiliki lebih banyak asset, maka perusahaan tersebut dikatakan
kurang leverage. Namun jika kreditor (pemberi utang) memiliki mayoritas aset, maka
perusahaan yang bersangkutan dikatakan memiliki tingkat leverage yang tinggi. Rasio
solvabilitas atau rasio leverage ini sangat membantu manejemen maupun investor untuk
memahami bagaimana tingkat risiko struktur modal pada perusahaannya.
Menurut Sutrisno (2012:217) ada lima indicator rasio leverage yang dapat digunakan
oleh perusahaan, yaitu :
1. Debit To Total Asset Ratio (DAR)
Sutrisno (2012:217) mengemukakan Rasio total hutang dengan total aktiva atau disebut
dengan Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan rasio untuk mengukr presentase
besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang yaitu semua
hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang. Sedangkan menrut Lukman Syamsuddin (2011:54) Debt to Total Ratio (DAR)
merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang.
Debt to Total Asset Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
hutang dengan total aktiva perusahaan (Risma dan Regi, 2017). Menurut I Gusti dan
Desy (2015) Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan rasio untuk mengukur seberapa
besar Hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi Debr
to Total Asset Ratio (DAR) maka akan semakin besar jumlah modal pinjaman dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Windi Novianti, 2018).
Dalam penelitian ini penulis mengambil Debt to Total Asset Ratio (DAR) sebagai
indikator penelitian. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to Total Asset
Ratio (DAR) merupakan rasio untuk mengukur besarnya total hutang jangka pendek dan
jangka panjang terhadap total aktiva perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio hutang
tinggi dapat menimbulkan masalah keuangan ketika keadaan ekonomi merosot yang
berdampak terhadap kinerja perusahaan rendah, seperti jika terjadi inflasi dan suku bunga
tinggi.
Indikator untuk mengukur Debt to Total Asset Ratio (DAR) menurut
Sutrisno (2012:217), yaitu:
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio hutang dengan modal sendiri merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin besar rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibanding dengan hutangnya.
3. Time Interest Earned Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban
tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya atau mengukur berapa kali
besarnya laba bisa menutupi beban bunganya.
4. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk
pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena
mungkin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing, sehingga harus
membayar angsuran tertentu.
5. Debt Service Ratio (DSR)
Debt Service Ratio (DSR) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban
tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.

Kerangka Pikir Penelitian

Fenomena yang terkait dengan manajemen laba terjadi pada perusahaan sektor makanan dan
minuman yang melakukan praktik manajemen laba yang ditemukannya dugaan
penggelembungan pos akuntansi dan pendapatan pada perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk (AISA). (sumber:

Teori Agensi

Perencanaan Pajak (X1)


H1

Ukuran Perusahaan (X2) H2


Manajemen Laba (Y)

H3
Leverage (X3)
H5 H6
H4
Profitabilitas (Z)
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Gambar Kerangka Pikir Penelitian

Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H1: Perencanaan Pajak berpengaruh positif terhadap manajemen laba
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba
H3: Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba
H4: Profitabilitas dapat memperkuat hubungan perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba
H5: Profitabilitas dapat memperkuat hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
H6: Profitabilitas dapat memperkuat pengaruh positif leverage terhadap Manajemen Laba

III. METODE PENELITIAN


Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif. Menurut
V. Wiratna Sujarweni (2014:39) penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik
atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan pengertian Metode Penelitian
Kuantitatif, menurut Sugiyono (2017:8) adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dikarenakan data yang akan
diolah merupakan data rasio dan yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya pengaruh antar variabel yang diteliti.

Jenis Data
Menurut Sugiyono (2018) jenis data terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian Kuantitatif
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Menurut Sugiyono (2018;13) data kuantitatif merupakan metode penelitian yang


berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka yang akan diukur
menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Data dapat berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh dengan menggunakan alat
pengumpul data yang jawabannya berupa rentang skor atau pertanyaan yang diberi bobot.
Metode ini juga dikenal dengan metode ilmiah dikarenakan sudah memenuhi kaidah ilmiah
seperti empiris, terukur, objektif, sistematis dan rasional. Metode ini disebut juga dengan
metode discovery dikarenakan metode jenis ini bisa dikembangkan dan ditemukan berbagai
iptek baru. Metode yang juga mendapat sebutan metode kuantitatif karena datanya berupa
angka dan analisis menggunakan statistik.
2. Penelitian Kualitatif
Menurut Sugiyono (2018:76) metode penelitian kualititif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah
(eksperimen) dimana penelitian sebagai instrumen, teknik pengumpulan data dan di analisis
yang bersifat kualitatif lebih menekan pada maksa. Metode kualititif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivime, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekan makna dari pada
generalisasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif yaitu digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statisti, dengan
tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Sumber data
Menurut Sugiyono (2018) sumber data terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:113), data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan
wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan langsung di
lapangan.
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2018:113), mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang
lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang
didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu,
buku, laporan-laporan.
Sumber data penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari website
Bursa Efek Indonesia dengan alamat website: www.idx.co.id berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-2021.

Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dengan kualitas dan karakter yang sudah ditetapkan
oleh peneliti (Nazir, 2005). Menurut Sugiyono (2015), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan populasi pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi dikarenakan pada sektor barang konsumsi memproduksi produk kebutuhan
pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dengan tingginya permintaan pada sektor barang
konsumsi berdampak pada kemampuan menghasilkan laba yang optimal. Sehingga investasi
pada industri barang konsumsi merupakan investasi yang cukup menjanjikan di Indonesia.

Tabel Populasi
No. Sektor Sub Sektor Jumlah Emiten
Industri Barang Industri Makanan dan Minuman 28 emiten
Konsumsi Rokok 5 emiten
Farmasi 10 emiten
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah 6 emiten
Tangga
Peralatan Rumah Tangga 4 emiten
Lainnya 1 emiten
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

54 emiten
Sumber: Data olah, 2022

Sampel
Menurut Sugiyono, (2017:81) sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi sumber
data dalam penelitian, dimana populasi merupakan bagian dari jumlah karakteistik yang dimiliki
oleh populasi.
Kriteria- kriteria yang ditentukan dalam sampel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2019 sampai 2021.
2. Perusahaan manufaktur sektor industry barang konsumsi yang menyertakan laporan
tahunan beserta laporan keuangan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) dan telah diaudit
oleh auditor independen.
3. Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dari publikasi laporan
keuangan tahun 2019 sampai 2021, baik data mengenai perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, leverage, dan profitabilitas.

Tabel Karakteristik Sampel


Karakteristik Sampel Jumlah
Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang 54 emiten
terdaftar dan menerbitkan laporan tahunan dari 2019-2021
Data laporan tidak lengkap dan tidak dalam rupiah (dollar) 17 emiten
Data lengkap (perencanaan pajak, ukuran perusahaan, 37 emiten
leverage, dan profitabilitas) dan dalam rupiah
Sampel data 2019-2021 (3 x 37 emiten) 111 emiten

Berdasarkan karakteristik sampel di atas, terdapat perusahaan manufaktur sektor industri


barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat dijadikan sampel.

No. Kode Emiten Nama Perusahaan


1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

2 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk.


3 BUDI Budi Strach & Sweetener Tbk.
4 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk.
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
6 CINT Chitose Internasional Tbk.
7 CLEO Sariguna Primatirta Tbk.
8 DLTA Delta Djakarta Tbk.
9 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
10 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk.
11 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk.
12 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk.
13 HRTA HartadinataAbadi Tbk.
14 INAF Indofarma Tbk.
15 ITIC Indonesia Tobacco Tbk.
16 KAEF Kimia Farma Tbk.
17 KEJU Mulia Boga Raya Tbk
18 KICI Kedaung Indah Can Tbk.
19 KINO Kino Indonesia Tbk.
20 KLBF Kalbe Farma Tbk.
21 KPAS Cottonindo Ariesta Tbk.
22 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.
23 MBTO Martina Berto Tbk.
24 MRAT Mustika Ratu Tbk
25 MYOR Mayora Indah Tbk.
26 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk.
27 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk.
28 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk.
29 PYFA Pyridama Farma Tbk.
30 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
31 SKBM Sekar Bumi Tbk.
32 SKLT Sekar Laut Tbk.
33 STTP Siantar Top Tbk.
34 TCID Mandom Indonesia Tbk.
35 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
36 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
37 WOOD Integra Indocabinet Tbk.
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Sumber: www.idx.co.id

Definisi Operasional Variabel


Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba,
perencanaan pajak, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas sebagai variabel moderasi.
Berikut adalah tabel variabel independen dan dependen:
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator/APLI Skala
Manajem manajemen laba adalah upaya yang Rasio
en Laba dilakukan oleh pihak manajemen untuk DAit = (TACit/ Ait-1) – NDAit
(Y) mempengaruhi atau memanupulasi laba Keterangan :
yang dilaporkan dengan menggunakan DAit : Discretionary accruals
metode akuntansi tertentu atau perusahaan pada tahun t
mempercepat transaksi pengeluaran TAit : Total acrruals pada perusahaan i
atau pendapatan, atau menggunakan pada tahun
metode lain yang dirancang untuk NDAit : Non discretionary accruals pada
mempengaruhi laba jangka pendek. perusahaan
( Yahaya et al., (2020) )
Perencan Perencanaan Pajak adalah proses Rasio
aan Pajak mengorganisasikan usaha wajib pajak 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑖𝑡
𝑇𝑇𝑅 =
(X1) atau sekelompok Wajib Pajak 𝑃𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐸𝐵𝐼𝑇𝑖𝑡
ssedemikian rupa sehingga utang Ket :
pajaknya, baik pajak penghasilan TTR : Tax Retention Rate (Tingkat
maupun pajak-pajak lainnya, berada Retensi Pajak) perusahaan pada tahun t
dalam posisi yang serendah mungkin, Net Income it : Laba bersih
sepanjang hal ini dimungkinkan baik perusahaan i pada tahun t
oleh ketentuan peraturan perundang- Free Tax Income (EBIT it) : Laba
undangan perpajakan maupun secara sebelum pajak perusahan i tahun t
komersial ( Zain (2007) )
Ukuran Ukuran perusahaan adalah Rasio
Perusahaa suatu ukuran, skala atau variabel yang SIZE = Ln(total aktiva)
n (X2) menggambarkan besar
kecilnya perusahaan berdasarkan
beberapa ketentuan, seperti total aktiva,
log size, nilai pasar, saham, total
penjualan, total pendapatan, total modal
dan lain-lain.
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

( Putu Ayu dan Gerianta (2018) )

Leverage Leverage merupakan suatu rasio Rasio


(X3) keuangan yang mengukur kemampuan 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
perusahan dalam memenuhi kewajiban 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
=
jangka panjangnnya (long term loan) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

seperti pembayaran bunga atas hutang,


pembayaran pokok akhir atas hutan dan
kewajiban-kewajiban tetap lainnya.
( Fahmi (2015) )
Profitabili Profitabilitas merupakan hasil bersih Rasio
tas (Z) dari serangkaian kebijakan dan 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡(𝑅𝑂𝐴)
keputusan. Profitabilitas dapat Laba setelah pajak
= 𝑋 100%
ditetapkan dengan menghitung berbagai Total aset

tolak ukur yang relevan. Salah satu


tolak ukur tersebut adalah rasio
keuangan, hasil operasi, dan tingkat
profitabilitas perusahaan.
( Brigham dan Houston (2014) )
Sumber: Data olah, 2022

Model Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual dan hipotesis yang telah diuraikan diatas dapat disusun
sebuah model penelitian dalam penelitian ini. Model penelitian pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar Model Penelitian

Perencanaa Pajak (X1) H1

H2
Profitabilitas (Z)
Ukuran Perusahaan (X2) Manajemen Laba (Y)
H3

Leverage (X3)

H4 H5H6
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Teknik Pengumpulan Data


Data analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu metode
regresi linear berganda dan regeresi moderating (MRA) atau uji interaksi dengan menggunakan
program SPPS. Pengujian statistik dalam penelitian ini terdiri dengan pengujian asumsi klasik
dan hipotesis.

Teknik Analisis Data


Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2011) “Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)”. Analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi
data dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling
hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan.

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis
regresi linear berganda. Uji ini dapat dilakukan apabila data penelitian telah terdistribusi secara
normal. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa data penelitian tidak mengandung
multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas.

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016). Normalitas yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah normalitas data, dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam data, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Hasil uji
statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan Kolmogorov-Smirnov,
dengan pedoman pengambilan keputusan :
2
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

1. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal
2. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal
(Ghozali, 2016).

Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2018:107) uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas). Model regresi yang
baik, seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas yaitu dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman modal regresi yang terbebas dari multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 dan
nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2018:111) uji autokorelasi yaitu bertujuan untuk menguji apakah model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan
yang terdapat pada periode t-1 (sebelumnya) . Model regresi dapat dikatakan baik jika regresi
terbebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi terdapat atau tidaknya autokorelasi, maka dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) dengan kriteria pengambilan
keputusan autokorelasi melalui kriteria DW tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Pengambilan
Keputusan Ada Atau Tidaknya Autokolerasi sebagai berikut :
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokolerasi positif Ada autokolerasi 0 < d < dL
Tidak ada autokolerasi positif Tanpa kesimpulan dL≤ d ≤ du
Tidak ada autokolerasi negatif Ada autokolerasi 4 – dL< d < 4
Tidak ada autokolerasi negatif Tanpa kesimpulan 4 – du≤ d ≤ 4 – dL
Tidak ada autokolerasi positif dan Tidak ada autokolerasi du< d < 4 – du
negatif
Sumber : (Ghozali, 2018:112)

Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain (Ghozali,
2018:137).
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Pengamatan yang baik jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskestisitas. Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi heteroskedastisitas.
Terdapat beberapa cara untuk mengetahui atau mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu
dengan melihat ada atau tidaknya suatu pola tertentu pada grafik scatterplots SRESID sumbu Y
adalah sumbu yang telah diprediksi dan ZPRED dimana sumbu X adalah residual ( Y prediksi-Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dengan dasar analisis yaitu sebagai berikut:
1. Jika terdapat pola tertentu, seperti titk-titik yang membentuk pola teratur (bergelombang,
melebar, lalu menyempit) maka mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas.
2. Jika terdapat pola yang jelas serta titik-titik tersebut menyebar diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

Uji Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independent (X1, X2, X3, …Xn) dengan variabel dependen (Y). analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independent dan variabel dependen, apakah masing-
masing variabel independent berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel mengalami kenaikan atau penurunan.
Persamaan regresi linear berganda dituliskan sebagai berikut:
Y =β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Penjelasan:
Y = Manajemen Laba
β0 = Konstanta
β1, β2,β3 = Koefisien Regresi
X1 = Perencanaan Pajak
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Leverage
e = Standard Error
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Moderated Regretion Analysis (MRA)


Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan langsung antara
variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Variabel moderasi adalah
variabel bebas yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas yang
lain terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan aplikasi
analisis regresi variabel MRA (Moderating Regression Analysis). Menurut Ghozali (2018) uji
MRA bertujuan untuk mengontrol pengaruh pengaruh variabel moderasi melalui pendekatan
analitik yang mempertahankan integritas sample penelitian. Dalam penelitian ini MRA
digunakan untuk menguji variabel moderasi yaitu profitabilitas dalam hubungan antara likuiditas
dan leverage terhadap financial distress. Cara menguji regresi dengan variabel moderasi yaitu
MRA atau uji interaksi dengan aplikasi khusus untuk regresi linier dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian 2 atau lebih variabel bebas). Pada penelitian ini Analisis
Moderated Regression Analysis (MRA) digunakan untuk menguji hipotesis ke 4 (H4), hipotesis
ke 5 (H5) dan hipotesis ke 6 (H6) . Model pengujian dalam persamaan menurut Ghozali sebagai
berikut:

Y =β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4(X1Z) + β5(X2Z) + β6(X3Z) + e

Penjelasan:
Y = Manajemen Laba
β0 = Konstanta
β1, β2,β3,β4,β5,β6 = Koefisien Regresi
X1 = Perencanaan Pajak
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Leverage
Z = Profitabilitas
e = Standard Error
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Pengujian Hipotesis
Menurut Ghozali (2018:128) pengujian hipotesis pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018:128). Pengujian dilakukan dengan tingkat
signifikasi atau kepercayaan 95% atau (α) = 0,05 dengan kriteria pengujian :
1. Jika nilai signifikasi α < 0,05, maka Ho ditolak atau variabel independen berpengaruh
secara signifikasi terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikasi α < 0,05, maka Ho diterima atau variabel independen tidak
berpengaruh secara signifikasi terhadap variabel dependen.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji Koefisien Determinasi (R2) adalah uji yang dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Semakin tinggi Koefisien
Determinasi (R2) semakin tinggi kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai Koefisien Determinasi memiliki interval antara 0 sampai dengan 1. Nilai
Koefisien Determinasi yang mendekati angka 1 merupakan model regresi yang baik karena
hampir semua variabel yang dipakai mampu menerangkan variasi variabel dependen yang
digunakan. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sengat terbatas. Namun jika nilai (R 2) hampir mendekati satu
berarti variabel independen dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali,2018:140)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah annual report perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Populasi yang diambil merupakan perusahan manufaktur sektor industri barang
konsumsi pada tahun 2019-2021. Pada periode tersebut, terdapat 54 perusahaan dan setelah
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

dilakukan metode purposive sampling, maka diperoleh sampel yang memenuhi kriteria dalam
penelitian ini sebanyak 37 perusahaan.
Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan
annual report dan memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sebagaimana tujuan
penelitian yaitu menguji dan mengetahui tentang pengaruh perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba dengan profitabilitas sebagai variabel
pemoderasi.

Hasil Penelitian
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai semua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah manajemen laba, yang merupakan varibel dependen, serta perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, dan leverage yang merupakan variabel independent, dan profitabilitas sebagai
varibel pemoderasi. Hasil dari analisis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Uji Deskriptif


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Perencanaan Pajak 111 .04 4.28 .8662 .42150
Ukuran Perusahaan 111 25.26 30.88 27.9683 1.39289
Leverage 111 .11 .93 .4206 .17807
Manajemen Laba 111 .00 .70 .1911 .13436
Profitabilitas 111 -.21 .22 .0326 .08305
Valid N (listwise) 111

Sumber: Data Olah SPSS 26

Berdasarkan dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah data (N) yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 111 observasi data yang diambil dari laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-
2021 yang dapat diakses dari situs BEI. Keterangan dari tabel di atas dapat diuraikan hasil
statistik deskriptif data sebagai berikut:
1) Perencanaan Pajak
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai minimun 0,04 yang dimiliki oleh
PT. Chitose Internasional pada tahun 2019. Sedangkan nilai maksimum 4,28 yang dimiliki
oleh PT. Indofarma pada tahun 2021. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat nilai mean 0,8662
dengan standar deviasi 0,42150.
2) Ukuran Perusahaan
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai minimun 25,26 yang dimiliki oleh
PT. Cottonindo Ariesta, Tbk. pada tahun 2021. Sedangkan nilai maksimum 30,88 yang
dimiliki oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. pada tahun 2021. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat
nilai mean 27,9683 dengan standar deviasi 1,39289.
3) Leverage
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai minimun 0,11 yang dimiliki oleh
PT. Campina Ice Cream Industry, Tbk. pada tahun 2021. Sedangkan nilai maksimum 0,93
yang dimiliki oleh PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. pada tahun 2021. Dari tabel tersebut juga
dapat dilihat nilai mean 0,4206 dengan standar deviasi 0,17087.
4) Manajemen Laba
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai minimun 0,00 yang dimiliki oleh
PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. pada tahun 2021. Sedangkan nilai maksimum 0,70 yang
dimiliki oleh PT. Mayora Indah, Tbk. pada tahun 2021. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat
nilai mean 0,1911 dengan standar deviasi 0,13436.
5) Profitabilitas
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai minimun -0,21 yang dimiliki oleh
PT. Martina Berto, Tbk pada tahun 2020. Sedangkan nilai maksimum 0,22 yang dimiliki
oleh PT. Delta Djakarta, Tbk. pada tahun 2021. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat nilai
mean 0,326 dengan standar deviasi 0,08305.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menentukan apakah variabel bebas dan variabel
terikat dalam suatu model regresi terdistribusi normal atau tidak.
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Tabel Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 81
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .15432297
Most Extreme Differences Absolute .050
Positive .050
Negative -.050
Test Statistic .050
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data Olah SPSS 26


Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
0,05 yaitu sebesar 0,200, yang menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini
memenuhi asumsi normalitas dan sudah layak diteliti.

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresiditemukan adanya
kolerasi antar-variabel bebas (independen). Untuk menemukan ada atau tidaknya
multikolinieritas dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara
variabel independent (Ghozali, 2016). Jika nilai tolerance >0,1 dan nilai VIF<10,00, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas. Berikut hasil uji multikolinieritas pada
tabel di bawah ini:

Tabel Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .985 .250 3.933 .000
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Perencanaan -.027 .029 -.083 -.906 .367 .896 1.116


Pajak
Ukuran -.026 .009 -.275 -2.933 .004 .862 1.159
Perusahaan
Leverage -.034 .078 -.045 -.438 .662 .703 1.423
Profitabilitas -.470 .175 -.290 -2.687 .008 .647 1.546
a. Dependent Variable: Manajemen Laba

1. Berdasarkan data di atas, nilai tolerance perencanaan pajak sebesar 0,896>0,1 dan VIF
sebesar 1,116<10, yang artinya dalam data perencanaan pajak tidak terdapat masalah
multikolonieritas.
2. Nilai tolerance ukuran perusahaan sebesar 0,862>0,1 dan nilai VIF sebesar 1,159<10, yang
artinya dalam data ukuran perusahaan tidak terdapat masalah multikolinieritas.
3. Nilai tolerance leverage sebesar 0,703>0,1 dan VIF sebesar 1,423<10, yang artinya dalam data
leverage tidak terdapat masalah multikoliniieritas.
4. Nilai tolerance profitabilitas sebesar 0,647>0,1 dan VIF sebesar 1,546<10, yang artinya
dalam data profitabilitas tidak terdapat masalah multikolinieritas.

Uji Autokolerasi
Tabel Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .446 .199 .169 .12250 2.155
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Perencanaan Pajak, Ukuran Perusahaan,
Leverage
b. Dependent Variable: Manajemen Laba

Pengujian Autokolerasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap
nilai Durbin-Waston. Uji Durbin-Waston menerangkan tidak terdapat Aoutokolerasi jika nilai d
terletak diantara dU dan (4-dU). Berdasarkan tabel di atas hasil uji Autokolerasi menghasilkan
nilai DW sebesar 2,155 dengan jumlah sampel N=111 dan jumlah variabel independen 3 (K=3).
Berdasarkan hal tersebut maka nilai dL tabel= 1,6355 dan nilai dU tabel= 1,7463. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa (dU= 1,7463<d= 2,155<(4-dU)= 2,2537 sehingga tidak terjadi
Autokolerasi pada data.
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser, di mana prinsip
kerja uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser ini adalah dengan cara meregresikan
variable independen terhadap nilai absolut residual atau Abs_RES dengan rumus persamaan
regresinya adalah: [Ut = a + BXt + vt. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari > 0,05, maka kesimpulannya adalah tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
2. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari <0,05, maka kesimpulannya
adalah terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
Tabel Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized ed
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .376 .160 2.349 .021

Perencanaan -.018 .019 -.098 -.981 .329


Pajak
Ukuran -.011 .006 -.187 -1.832 .070
Perusahaan
Leverage .048 .050 .108 .955 .342
Profitabilitas .178 .112 .187 1.590 .115
a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Data di atas menunjukkan signifikansi dari variabel. Pada perencanaan pajak terdapat Sig.
sebesar 0,329>0,05, yang artinya pada data perencanaan pajak tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Pada ukuran perusahaan terdapat Sig. sebesar 0.070>0,05, artinya pada data
ukuran perusahaan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Pada leverage terdapat Sig. sebesar
0,342>0,05, yang artinya pada data leverage tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Pada
profitabilitas terdapat Sig. sebesar 0,115>0,05, yang artinya pada profitabilitas tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Uji Analisis Linear Berganda

Tabel Hasil Uji Regresi Linear Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .376 .160 2.349 .021

Perencanaan -.018 .019 -.098 -.981 .329


Pajak
Ukuran -.011 .006 -.187 -1.832 .070
Perusahaan
Leverage .048 .050 .108 .955 .342
Profitabilitas .178 .112 .187 1.590 .115
a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Analisis linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel
independent secara simultan maupun parsial. Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis regresi
menghasilkan model regresi yang digunakan daam penilitian ini adalah sebagai berikut :
Y = 0,376 + -0,018 X1 + -0,011 X2 + 0,048 X3 + 0,178 X4 + ε
Interpretasi dari masing-masing koefisien variabel adalah sebagai berikut:
1. Nilai konstanta 0,376 berarti berpengaruh positif, artinya penerapan manajemen laba
sudah diterapkan dengan baik sebelum adanya pengaruh dari perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, leverage, dan profitabilitas.
2. Koefisien regresi pada perencanaan pajak (X1) bernilai negatif yaitu -0,018 menunjukkan
bahwa semakin rendah perencanaan pajak maka semakin rendah manajemen laba.
3. Koefisiensi regresi pada ukuran perusahaan (X2) bernilai negatif yaitu -0,011
menunjukkan bahwa semakin menurun ukuran perusahaan maka semakin menurun
manajemen laba.
4. Koefisien regresi pada leverage (X3) bernilai positif yaitu 0,022 menunjukkan bahwa
semakin tinggi leverage semakin meningkat manajemen laba.
5. Koefisien Regresi pada profitabilitas (X4) bernilai positif 0,178 menunjukkan bahwa
semakin tinggi profitabilitas semakin meningkat manajemen laba.
3
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Uji Moderated Regression Analysis (MRA)


Variabel moderasi adalah yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel
independent lainnya terhadap variabel dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah
profitabilitas. Variabel moderasi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel moderasi, yaitu
profitabilitas terhadap hubungan antara perencanaan pajak dengan manajemen laba, ukuran
perusahaan dengan manajemen laba, dan leverage dengan manajemen laba. Hasil regresi
moderasi disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Moderated Regression Analysis (MRA)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .934 .254 3.674 .000

X1_Perencanaan_Paja -.008 .033 -.024 -.228 .020


k
X2_Ukuran_Perusahaa -.024 .009 -.254 -2.662 .009
n
X3_Laverage -.058 .081 -.076 -.713 .047
X1_Z 1.117 .920 .649 1.214 .027
X2_Z -.050 .028 -.866 -1.769 .008
X3_Z -.334 .983 -.080 -.340 .035
a. Dependent Variable: Y_Manajemen_Laba

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengujian MRA menunjukkan bahwa :


1. Variabel perencanaan pajak (X1) memiliki tingkat signifikansi 0,020 < 0,05, artinya
perencanaa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Y).
2. Variabel ukuran perusahaan (X2) memiliki tingkat signifikansi 0,009 < 0,05, artinya
ukuran perusahaan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Y).
3. Variabel leverage (X3) memiliki tingkat signifikansi 0,047 < 0,05, yang artinya leverage
(X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Y).
4. Tingkat signifikansi variabel perencanaan pajak (X1) setelah dimoderasi oleh profitabilitas
(Z) adalah 0,027 < 0,05, yang artinya profitabilitas (Z) mampu memperkuat pengaruh
perencanaan pajak (X1) terhadap manajemen laba (Y).
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

5. Tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan (X2) setelah dimoderasi oleh profitabilitas
(Z) adalah 0,008 < 0,05, yang artinya profitabilitas (Z) mampu memperkuat pengaruh
ukuran perusahaan (X2) terhadap manajemen laba (Y).
6. Tingkat signifikansi variabel leverage (X3) setelah dimoderasi oleh profitabilitas (Z)
adalah 0,035 < 0,05, yang artinya profitabilitas (Z) mampu memperkuat pengaruh
leverage (X3) terhadap manajemen laba (Y).

Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variable independent secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05.
Tabel Hasil Uji t (Uji Parsial)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .985 .250 3.933 .000

Perencanaan Pajak -.027 .029 -.083 -.906 .037


Ukuran Perusahaan -.026 .009 -.275 -2.933 .004
Leverage -.034 .078 -.045 -.438 .042
Profitabilitas -.470 .175 -.290 -2.687 .008
a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Ttabel dihitung dari = 5% dan df = n-k-1, di mana N adalah jumlah sampel dan K adalah
jumlah variabel penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 111 emiten, sehingga t tabel
dapat dihitung sebagai berikut:
1. Perencanaan Pajak
Hasil pengujian perencanaan pajak memiliki nilai signifikansi 0,037 < 0,05, yang artinya
perencanaan pajak (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Y).
2. Ukuran Perusahaan
Hasil pengujian ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,042 < 0,05, yang artinya
ukuran perusahaan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba
(Y).
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

3. Leverage
Hasil pengujian leverage memiliki nilai signifikansi 0,037 < 0,05, yang artinya leverage
(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Y).

Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)


Besar kecilnya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat
(dependen) dinilai dengan menggunakan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi
ditentukan dengan nilai adjusted R square.
Tabel Hasil Uji Koefisiensi Determinasi
Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 .446 .199 .169 .12250
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Perencanaan Pajak, Ukuran Perusahaan,
Leverage

Berdasarkan tabel di atas, nilai adjusted R2 yang diperoleh adalah 0,169. Dapat diartikan
bahwa 16,9% variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, dan leverage, sedangkan sisanya 83,1% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar
model regresi.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil olah data yang diolah menggunakan SPSS 26, makan
hasil yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba


Hasil penelitian yang diperoleh mengenai perencanaan pajak terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun
2019-2021. Hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa bahwa perencanaan
pajak (X1) berpengaruh positif secara parsial dan signifikan terhadap manajemen laba (Y). Hal
ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang
perusahaan melakukan manajemen laba. Pajak yang merupakan unsur pengurangan laba yang
tersedia untuk
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

dibagi kepada investor atau diinvestasikan oleh perusahaan, akan diusahakan oleh manajemen
untuk diminimalkan agar mengoptimalkan umlah dari laba bersih perusahaan.
Teori keagenan merupakan teori yang mendukung pengaruh perencanaan pajak pada nilai
perusahaan. Teori keagenan menggambarkan hubungan kontraktual diantara pihak yang
memberikan kepercayaan yaitu pemegang saham sebagai principal dengan pihak yang diberikan
kepercayaan yaitu manajemen sebagai agent. Manajemen merupakan pihak yang diberikan
kepercayaan dan wewenang untuk mengelola kekayaan yang dimiliki oleh principal serta
mengambil setiap keputusan berdasarkan kepentingan pemegang saham. Sehingga tujuan dari
hubungan keagenan tersebut adalah menciptakan kontrak yang efisien antara agen dan principal.
Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu dari Nurianti Sihombing, Enggar Diah PA,
Muhammad Gowon (2019), dan Raka dan Dharma (2017) yang menyatakan bahwa Tax
Planning memberikan pengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun, hal ini berbanding
terbalik dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yusrianti et al (2015), yang
menyatakan bahwa perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba


Selanjutnya hasil penelitian pada ukuran perusahaan juga menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh (X2) positif terhadap manajemen laba (Y) pada perusahan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun 2019-2021.
Perusahaan dengan ukuran besar akan lebih dilihat kinerjanya oleh publik, sehingga
perusahaan akan melaporkan kondisi keuangannya dengan hati-hati dan lebih transparan,
sehingga perusahaan besar lebih banyak melakukan manajemen laba. Perusahaan besar
mempunyai insentif yang besar dalam melakukan manajemen laba untuk memenuhi ekspetasi
dari investor atau pemegang saham. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang
tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham
perusahaan tersebut semakin banyak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurianti
Sihombing, Enggar Diah PA, Muhammad Gowon (2019) dan Novia (2017) yang mengatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun, hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mierna Febrianti (2013),
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Pengaruh Leverage terhadapa Manajemen Laba


Hasil penelitian yang diperoleh mengenai leverage terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun
2019- 2021. Leverage yang tinggi akan mendorong manajemen untuk melakukan pengelolaan
laba untuk menghindari terjadinya pelanggaran perjanjian utang.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
panjangnya. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi leverage perusahaan,
semakin baik respon yang akan diberikan kepada pemegang saham perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alesia (2017) yang
menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Astuti Nuraina dan
Wijaya (2017) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa Leverage berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Islamiah
(2020), yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai


variabel pemoderasi
Hasil analisis regresi moderasi dengan menggunakan uji interaksi / MRA (Moderated
Regression Analysis) menunjukkan bahwa profitabilitas mampu memperkuat pengaruh
perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas
yang tinggi akan selalu mentaati pembayaran pajak. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki
laba yang besar akan berdampak pada besarnya pajak yang harus dibayarkan, sehingga
perusahaan akan lebih mengoptimalkan manajemen yang baik untuk meminimalkan pajaknya
supaya mendapatkan laba yang maksimal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitria Surya, Elva Nuraina, dan Farida
Styaningrum (2019) dan Hendy Suyoto dan Susi Dwimulyani (2019), yang menyatakan bahwa
profitabilitas dapat memperkuat hubungan perencanaan pajak terhadap manajemen laba.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai


variabel pemoderasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji MRA, profitabilitas mampu memperkuat pengaruh
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

bahwa perusahaan sedang mengalami perkembangan yang baik sehingga meningkatkan


profitabilitas perusahaan. Pada saat yang sama, profitabilitas merupakan indikator keberhasilan
yang dicapai oleh perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan untuk memperoleh laba. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo dan Suryaputri (2019) yang menyatakan profitabilitas
dapat memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel


pemoderasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji MRA, profitabilitas mampu memperkuat pengaruh
leverage terhadap manajemen laba. Leverage mampu mempengaruhi tindakan perataan laba
yang merupakan salah satu teknik dari manajemen laba dan profitibilitas mampu mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan tindakan manajemen laba. Yang artinya bahwa semakin tinggi
profitabilitas, maka akan semakin tinggi juga perusahaan melakukan tindakan perataan laba yang
bersifat oportunis. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atikah,
Idahar, Tarmizi (2021) menyatakan bahwa profitabilitas mampu memoderasi perngaruh leverage
terhadap manajemen laba.
Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa profitabilitas dapat memperkuat pengaruh
perencanaan pajak, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba. Semakin besar
profitabilitas pada suatu perusahaan, maka peluang untuk melakukan manajemen laba akan
semakin besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak, ukuran
perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba dengan profitabilitas sebagai variabel
pemoderasi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2019-2021. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Perencanaan Pajak berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

menunjukkan bahwa semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang
perusahaan melakukan manajemen laba. Pajak yang merupakan unsur pengurangan laba
yang tersedia untuk dibagi kepada investor atau diinvestasikan oleh perusahaan, akan
diusahakan oleh manajemen untuk diminimalkan agar mengoptimalkan umlah dari laba
bersih perusahaan.
2. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Perusahaan dengan
ukuran besar akan lebih dilihat kinerjanya oleh publik, sehingga perusahaan akan
melaporkan kondisi keuangannya dengan hati-hati dan lebih transparan, sehingga
perusahaan besar lebih banyak melakukan manajemen laba.
3. Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Artinya, leverage yang tinggi akan
mendorong manajemen untuk melakukan pengelolaan laba untuk menghindari terjadinya
pelanggaran perjanjian utang.
4. Profitabilitas memperkuat pengaruh Perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin
memperkuat pengaruh positif dari perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
5. Profitabilitas memperkuat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin
memperkuat pengaruh positif dari ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
6. Profitabilitas memperkuat pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
menujukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin memperkuat pengaruh
positif dari leverage terhadap manajemen laba.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2019-2021, maka penulis
mengajukan saran- saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar memperluas wilayah penelitian sehingga dapat
dilihat dari berbagai sektor, bukan hanya berfokus pada satu sektor saja.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel independen
lainnya.
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

3. Bagi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI, dapat
melihat data hasil penelitian untuk dapat mengambil Langkah yang tepat dalam
menjalankan perusahaan dan menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan manajemen
laba.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman Saleh. (2018). “Pengaruh Disiplin kerja, Motivasi kerja, Etos kerja dan
lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. Inko Java
Semarang. Amongmakarti, 11, 3.
Aditama, Ferry. (2013). Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Nonmanufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Atma
jaya Yogyakarta.
Alesia. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen
Laba. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta
Arief, Sugiono dan Edy Untung. (2008). Panduan Praktis dasar Analisa Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Grasindo
Agusti, Chalendra Prasetya. (2013).”Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar BEI periode 2008-2011”.
Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Andi. (2012), Panduan Praktis SPSS 20, Yogyakarta: Wahana Komputer.
Ansori, M. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi 2. Airlangga University Press.
Andini, R., dan Amboningtyas, D. (2020). Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik: Studi Kasus pada Mahasiswa
Akuntansi Universitas Pandanaran Rita. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 4(1), 297–302.
https://doi.org/https://doi.org/10.22437/jssh.v4i1.10462
Badruzaman, Nunung. (2010). Earnings Management. Modul Ajar Universitas Widyatama.
Brigham dan Houston. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Erly Suandy, (2008), Perencanaan Pajak. Jakarta, Salemba Empat
Fahmi, Irham. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. (2018). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS25”, Edisi 9,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Ghozali, Imam. (2016). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
I Gusti Made Andrie Kayobi dan Desy Anggraeni, (2015). Pengaruh Debt to Equity Ratio
(DER), Debt to Total Asset (DTA), Deviden Tunai dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan ISSN: 2252-7141 Vol.4, 100-120
Kasmir, (2014). Analisis Laporan Keuangan, cetakan ke-7. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pedi Riswandi dan Rina Yuniarti. (2020). “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Nilai
Perusahaan”.
Putu Ayu Widiastari dan Gerianta Wirawan Yasa. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash
Flow, dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. ISSN: 2302- 8556 E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.23.2. Mei (2018): 957-981
Risma Azizah dan Regi Munzio Ponziani, (2017). Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Non
Keuangan Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 1SSN: 1410-9875,
Vol.19, 200-2011
Scott, George M. (2001). Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen, Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2001.
Scott, William R, (2009). Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sulistyanto, H. Sri. (2008). “Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris”. Jakarta: Grasindo.
Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: EKONISIA.
Suyoto, Hendy dan Susi Dwimulyani. (2019). “Pengaruh Leverage Dan Perencanaan Pajak
terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi”. Program
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Jakarta. 2615 –
2584.
4
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UPR

Syamsudin, Lukman, (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Utami, Wiwik. (2005). “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. SNA VIII, Solo, Sept. 2005.
Windi Novianty dan Wendy May Agustian. 2018. Improving Corporate Values Through The Size
of Companies and Capital Structures. ICOBEST; Atlantis Press 225. 255-257.
Widarjono , Agus. (2019), Statistika Terapan Dengan Exel dan SPSS, Edisi 2, Yogyakarta : UPP
STIM YKPN
Zain, Mohammad. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Zuhriya, Syahidatus dan Wahidahwati.2015. “Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi
Vol.4.no 7.
Kurnia Cahya Lestari dan S. Oky Wulandari. (2019). Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Manajemen Laba (Studi kasus bank yang terdaftar di BEI Tahun (2016- 2018); Jurnal Akademik
Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai