Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR AKUNTANSI

AKUNTANSI KREATIF

Rangkuman

Rangkuman ini diajukan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh

Moh Faris Arfandhy F

A31115520

Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
AKUNTANSI KREATIF

Pengertian Creative Accounting

Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak terlepas dari
dunia bisnis, dengan adanya ilmu akuntansi maka pembukuan keuangan
menjadi lebih mudah dan lebih akurat. Akan tetapi, dalam kenyataannya
banyak pembukuan keuangan yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang ada. Hal ini terjadi karena kekeliruan dari pembuatan laporan
keuangan atau adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan seorang


akuntan harus mengikuti aturan yang ada dalam pembuatan laporan keuangan
yaitu sesuai dengan aturan PSAK. Akan tetapi, dalam kenyataannya, banyak
perusahaan yang secara kreatif melakukan manipulasi data keuangan untuk
mendapatkan respon yang baik dari beberapa kalangan. Hal ini disebut dengan
akuntansi kreatif (,Creatif Accounting').Akuntansi kreatif bukan hal yang
baru dalam dunia akuntansi, karena banyak perusahaan yang melakukan
hal tersebut.

Jika istilah creative accounting diterjemahkan secara harfiah ke dalam


bahasa Indonesia, artinya adalah “akuntansi kreatif”. Kreatif dapat dikatakan
sebagai ide atau pemikiran yang berbeda atau tidak terpikirkan oleh orang lain.
Atau dengan kata lain, creative accounting adalah praktik akuntansi yang
berbeda dengan praktik akuntansi yang biasa digunakan. Istilah creative
accounting sendiri bukan merupakan istilah tunggal yang menggambarkan
kemungkinan alternatif penyajian laporan keuangan yang berbeda jika dikerjakan
dengan cara yang berbeda.

Creative Accounting: Tujuan Dan Dampaknya

Banyak yang mengatakan bahwa creative accounting adalah sebuah


praktek memanipulasi laporan keuangan guna menyajikan sebuah laporan
keuangan yang sesuai keinginan. Pengertian tersebut melekat pada istilah
creative accounting. Namun, tidak semua creative accounting adalah sebuah
kecurangan. Sulistiawan et al. (2011) dalam Zarah (2014) menyebutkan bahwa
creative accounting merupakan transformasi informasi keuangan dengan
menggunakan pilihan metode, estimasi, dan praktek akuntansi yang
diperbolehkan oleh standar akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan.
Misalnya saja penyederhanaan beberapa bentuk laporan atau penggabungan
sebuah biaya menjadi satu dalam biaya lain-lain karena dianggap sebagai
transaksi yang jarang terjadi. Creative accounting memanglah tidak dibenarkan
ketika tujuannya adalah untuk melakukan kecurangan dan manipulasi data
keuangan demi menciptakan kondisi yang menguntungkan.

Tujuan dari creative accounting ada beberapa, antara lain: untuk


melakukan manipulasi data pajak, untuk melancarkan pengajuan kredit keuangan
kepada lembaga keuangan bank, untuk menyembunyikan kinerja buruk
perusahaan, untuk memanipulasi harga saham, dan untuk menyembunyikan asset
sebenarnya dari perusahaan. Penurunan kualitas financial statements
merupakan salah satu dampak dari praktek creative accounting. Akuntan
“dipaksa” untuk melakukan praktek creative accounting hanya untuk
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pemilik perusahaan sebagai
pengontrol jalannya perusahaan dengan motivasi memperkaya diri sendiri.
Biasanya, akuntan akan merasa terintimidasi ketika terdapat tuntutan untuk
menyajikan laporan keuangan yang bertentangan dengan kaidah akuntansi yang
berlaku umum. Kejujuran seorang akuntan seolah “tergadaikan” ketika praktek
creative accounting dipaksakan.

Seorang akuntan harus mampu membuat dan menyediakan laporan


keuangan yang dibutuhkan oleh para pengguna (users). Dalam rangka
penyajiannnya, terdapat metode yang berbeda-beda tergantung kepada tujuan dan
pada siapa laporan keuangan akan disajikan. Misalnya: laporan keuangan
untuk internal perusahaan, bahwa tidak ada standar pasti yang digunakan untuk
membuat laporan keuangan bagi internal perusahaan. Setiap perusahaan bisa
memakai metode dan standar apapun yang dianggap paling sesuai dan
mencerminkan keadaan perusahaannya; laporan keuangan untuk pemerintah,
sering digunakan untuk keperluan membayar pajak perusahaan bagi pemerintah,
ada suatu standar tertentu yang disebut dengan Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP); dan laporan keuangan untuk investor, biasanya
laporan keuangan akan dibuat "seindah mungkin” dengan tujuan supaya investor
berkenan menanamkan dananya atau berinvestasi di perusahaan.

Lalu, apakah ketiga contoh tersebut melanggar prinsip-prinsip akuntansi


yang berterima umum? Memang tidak ada yang salah dari ketiga contoh tersebut,
karena semuanya dibenarkan dalam disiplin ilmu akuntansi. Pembuatan laporan
keuangan yang berbeda- beda semacam itu memang hal yang wajar dan tidak
melanggar prinsip dalam ilmu akuntansi, walaupun akan masih terdapat banyak
celah yang memungkinkan terjadinya penyelewengan.

Alasan Perilaku Creative Accounting

Perilaku creative accounting oleh manajemen disadari peranannya


dalam rangka memenuhi tujuan akhir, yaitu bagaimana menampilkan penyajian
laporan keuangan dengan menghasilkan profit oriented. Tujuan ini disadari
sebagai salah satu motivator untuk menuju sikap (attitude) pelaksanaan
kreativitas perekayaan keuangan dalam perusahaan. Ada lima alasan motivasi
lainnya yang mendasari perilaku dalam bercreative accounting beserta
contohnya, yaitu:

 Pertama, dari perspektif informasi menunjukkan suatu konflik


yang diciptakan oleh asimetri informasi dan eksitensinya dalam struktur
korporat yang kompleks antara hak istimewa manajemen dengan jauhnya
stakeholders.
 Alasan kedua adalah keberadaan pajak yang dipungut berdasarkan
penghasilan (income).
 Alasan ketiga adalah adanya kesenjangan (gap) antara kinerja actual
perusahaan dengan harapan analis ketika transaksi pasar modal sevata
signifikan diketahui.
 Alasan keempat adalah adanya konflik kepentingan antara manajer
dengan pemilik.
 Alasan kelima adalah kosmetika akuntansi akan membantu
menyajikan laporan keuangan menjadi cantik.

Pola Dalam Teknik Creative Accounting

Scott (1997) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik
manajemen laba, yaitu taking a bath, income minimization, income maximization,
dan income smoothing.

Pola taking a bath.

Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi
sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode sebelumnya atau tahun
berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami
masalah organisasi atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen
perusahaan. Pada perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan, jika
perusahaan berada dalam kondisi yang tidak dapat menguntungkan sehingga
harus melaporkan nilai kerugian, manajer baru cenderung bersemangat
melaporkan nilai kerugian dalam jumlah yang sangat ekstrem agar pada periode
berikutnya dapat melaporkan laba sesuai target.

Pola income minimiazation

Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah
dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini relative sering dilakukan dengan
motivasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu
tinggi, manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan, baik melalui
penghapusan asset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode
mendatang ke periode berjalan.

Pola income maximization


Pola ini dilakukan dengan cara mejadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari
laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda
pelaporan biaya periode tahun berjalan, pemilihan metode akuntansi yang dapat
memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan
produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan
melakukan IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor.

Pola income smoothing

Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang
dilaporkan relative stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk
adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan.
Dalam dunia keuangan, fluktuasi mencerminkan ketidakpastian sehingga makin
fluktuatif laba, perusahaan dapat dikatakan berisiko. Begitu pun dengan fluktuasi
harga saham, saham yang terlalu fluktuatif adalah saham yang berisiko.

Sumber:

Adhikara Arrozi. 2011. Creative Accounting: Apakah Suatu Tindakan Ilegal?. Akrual Jurnal

Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul: Jakarta

Istikhoroh Siti. Creative Accounting dan Gorporate Governance Kaitannya Dengan Kecurangan

Dalam Pelaporan Keuangan. Fakultas Ekonomi Unipa: Surabaya

Sulistiawan Dedhy,dkk. 2011. Creative Accounting, Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai