Anda di halaman 1dari 3

Akuntansi yang Dirancang

Akuntansi yang Dirancang

Akuntansi yang dirancang merupakan suatu fenomena dimana para pelaku akuntansi
mencoba berbagai usaha untuk memilih teknik dan solusi akuntansi yang sesuai dengan sasaran
dan gambaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga disajikan sebagai sebuah penyusunan
realitas yang mewakilinya. Sedangkan akuntansi yang dirancang ini memiliki beberapa aspek
dengan konsep-konsep yang berbeda seperti hipotesis salah saji keuangan secara selektif,
perataan laba, manajemen laba, akuntansi kreatif, kecurangan akuntansi.

a. Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan terjadi baik pada sektor publik dan
swasta karena partisipasi dalam kedua sektor tersebut didorong untuk mendukung standar yang
seara selektif menyajikan relitas ekonomi seara salah bila standar itu sesuai dengan tujuan
mereka,Ini berlaku bagi para manejer,pemegang saham,auditor dan penetap standar:
b. Perataan laba merupakan pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan
pendapatan dari tahun tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang
menguntungkan. Perataan yang direncanakan dengan sengaja mengacu scara spesifik kepada
keputusan atau pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat
tertentu. Oleh sebab itu perataan yang dibuat ini pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi
yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang ebrlaku umum
dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba.
c. manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.manajemen
laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan
dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesakan beberapa
pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil-hasil kontraktual yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
d. Kreatifitas dalam akuntansi menyiratkan suatu interpretasi liberal atas aturan-aturan akuntansi
yang memungkinkan dilakukannya pilihan-pilihan sehingga dapat dihasilkan penggambaran
situasi keuangan yang lebih atau kurang optimistis jika dibandingkan dnegan situasi nyata.
Bentuk-bentuk kreatifitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literature-
literatur sebagai akuntansi mandi besar dan akuntansi kreatif. Akuntansi mandi besar pada
umumnya mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleh manajemen untuk secara drastic
mengurangi laba per saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba per saham di masa
depan. Akuntansi kreatif adalah istilah yang biasanya digunakan oleh pers popular untuk
mengacu kepada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan
laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang seharusnya
e. Kecurangan dalam akuntansi. Dalam organisasi bisnis, kecurangan dapat dilakukan untuk atau
terhadap perusahaan tersebut. Maka kecurangan ini disebut kecurangan korporat. Manajemen
atau orang yang berada pada posisi yang bisa dipercaya dapat pula melakukan kecurangan. Hal
ini disebut kecurangan manajemen atau kerah putih. Kecurangan dapat menggunakan sistem
akuntansi untuk menggambarkan citra yang salah mengenai perusahaan, ini merupakan bentuk
dari kecurangan pelaporan keuangan. Kecurangan juga dapat melibatkan kegagalan auditor
untuk mendeteksi kesalahan ataupun penyajian yang keliru yang disebut dnegan kegagalan audit.
Dalam semua kasus itu akuntan yang bertindak selaku auditor atau pengguna akan sangat
dirugikan.

Praktik manajemen laba akibatkan kerugian bagi stakeholders

Praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan seringkali mengakibatkan kerugian


bagi stakeholders dan menurunkan kualitas informasi laporan keuangan. Sehingga diperlukan
upaya untuk meningkatkan pemahaman penalaran moral, idealisme, dan relativisme. Karena hal
tersebut berpengaruh terhadap penilaian etis individu atas perilaku manajemen laba.

Demikian disampaikan Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si. Akt., dalam paparan
disertasinya yang berjudul “Dampak Religiusitas, Relativisme, dan Idealisme Terhadap
Penalaran Moral dan Perilaku Manajemen Laba”. Disertasi tersebut telah dipertahankan pada
sidang promosi Doktor Ilmu Ekonomi, di Universitas Diponegoro, Sabtu (2/4) pagi. Dalam
sidang tersebut, Ietje dinyatakan lulus dengan hasil “Sangat Memuaskan” dan Indeks Prestasi
Kumulatif 3,65. Bertindak sebagai promotor adalah Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com., Akt.,
sementara Co Promotor adalah Dr. Abdul Rohman, M.Si., Akt dan Anis Chariri, SE., M.Com.,
Akt., Ph.D.
Menurutnya, manajemen laba merupakan isu yang menarik untuk dikaji jika dilihat dari
perspektif etika. “Penelitian ini dilatar belakangi adanya fenomena praktik manajemen laba yang
sering dilakukan perusahaan dan mengakibatkan kerugian bagi stakeholders dan menurunkan
kualitas informasi laporan keuangan. Disisi lain penelitian-penelitian manajemen laba
didominasi dengan pendekatan teori keagenan. Teori keagenan mengatakan bahwa perilaku
manajemen laba terjadi karena didorong sifat oportunistik individu yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi dari sisi ekonomi,” terangnya.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukannya, Ietje
menjelaskan penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penalaran moral, idealisme, dan
relativisme berpengaruh terhadap penilaian etis individu atas perilaku manajemen laba.
”Idealisme, religiusitas berpengaruh positif terhadap penalaran moral, sedangkan relativisme
berpengaruh negatif terhadap penalaran moral. Religiusitas individu juga dipengaruhi oleh
idealism. Hasil penelitian ini memberikan informasi tambahan pada literatur akuntansi
manajemen dan keperilakuan, terutama mengenai perilaku manajemen laba. Pemahaman atas
potensi penalaran moral, filosofi moral, dan religiusitas dalam mempengaruhi penerimaan
individu atas etis atau tidak etisnya praktik manajemen laba tentunya akan membantu pihak –
pihak terkait untuk mencari solusi guna mengurangi praktik manajemen laba,” urainya.

Untuk itu, Ietje berharap agar para pihak terkait mempertimbangkan cara untuk
meningkatkan kemampuan penalaran moral, idealisme, dan religiusitas, serta menurunkan
relativisme individu dalam upaya mengurangi praktik manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai