Anda di halaman 1dari 18

CREATIVE ACCOUNTING

VS
TAX PLANNING
Taniya Indriana 0115101153
Suhesyti Gusniar 0115101250
PENGERTIAN CREATIVE ACCOUNTING
Creative accounting terdiri dari 2 kata yaitu ‘creative’ yang artinya kebolehan
seseorang menciptakan ide baru yang efektif, dan kata ‘akuntansi’ itu artinya
pembukuan tentang financial events yang senantiasa berusaha untuk setia kepada
kondisi keuangan yang sebenarnya (faithful representation of financial events).
Sehingga arti dari creative accounting yaitu akar dari sejumlah skandal
akuntansi, dan banyak usulan untuk reformasi akuntansi biasanya berpusat pada
analisis diperbarui modal dan faktor produksi yang benar akan mencerminkan
bagaimana nilai tambah.
TUJUAN CREATIVE ACCOUNTING
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-
akuntan melakukan creative accounting.
Adapun klasifikasi tindakan yang meliputi kecurangan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Pertama, sengaja distorsi laporan keuangan sebagai alat untuk bertindak curang dengan
mengecoh pemakai atau kelompoknya tentang hasil usaha perusahaan. Dalam hal ini yang
menerima keuntungan langsung adalah pihak perusahaan atau pelaku kecurangan.
Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah :
1. Mendapatkan kredit, modal jangka panjang, atau tambahan modal investasi
berdasarkan informasi keuangan yang didistorsi atau dihapus.
2. Menyembunyikan kinerja tidak baik dari perusahaan.
3. Menghapus hutang pajak.
4. Manipulasi harga saham.
5. Menyembunyikan kinerja tidak baik oleh manajemen.
Kedua, sengaja distorsi laporan keuangan untuk penyamaran tindakan kecurangan.
Dalam hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahaan atau pelaku kecurangan.
Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah:
1. Menyembunyikan penjualan fiktif atau harta milik dipalsukan.
2. Menyembunyikan pembayaran yang tidak benar.
3. Menyembunyikan tindakan penyelewangan dana atau harta.
UNSUR UNSUR CREATIVE ACCOUNTING
1. Recognizing Premature or Fictitious Revenue
Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif itu berbeda jika ditinjau dari
sudut aggressive accounting. Untuk premature revenue, pengakuannya sudah sesuai
dengan GAAP. Sementara itu, untuk fictitious revenue, penghasilan dicatat tanpa
adanya penjualan yang terjadi. Bentuk dari prematur revenue bisa berupa pengakuan
penjualan dilakukan pada saat barang sudah dipesan, tapi belum dikirim (goods
ordered, but not shipped) atau barang sudah dikirim, tapi belum dipesan (goods
shipped, but not ordered).

2. Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies


Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif, perusahaan melaporkan beban atau rugi
tahun berjalan sebagai aset. Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan laba naik.
Selanjutnya, aset atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa
tahun.
3. Misreported Assets & Liailibities
Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau kewajiban undervalued dengan
tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan posisi keuangan lebih kuat. Dengan
laba yang tinggi, otomatis saldo laba dan nilai ekuitas akan naik. Beberapa akun aktiva
yang potensial dilaporkan overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi (yang
diklasifikasikan dalam trading, held to maturity, atau available for sale). Akun kewajiban
yang dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense payable, utang usaha,
utang pajak, dan contingent liability.

4. Getting Creative with the Income Statement


Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada cara mempercepat atau
memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal ini laba diatur untuk
beberapa periode pelaporan. Selain itu, penyajian laporan yang bisa berbentuk single
step maupun step memungkinkan perusahaan memainkan angka-angka subtotal,
klasifikasi akun dan catatan laporan keuangan.
5. Problems with Cash-flow Reporting
Di dalam pelaporan arus kas menurut GAAP, arus kas terbagi menjadi arus kas dari
aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan (financing) dan aktivitas investasi. Bentuk
penyajian laporan arus kas sendiri terdiri dari indirect method dan direct method.
Dalam indirect method, arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari laba bersih yang
disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas di laporan laba rugi. Sementara itu,
dalam direct method arus kas dari aktivitas operasi ditampilkan berdasarkan transaksi-
transaksi kas di laba rugi.
Didalam praktiknya, arus kas dari aktivitas operasi hanya diketahui oleh segelentir
pengguna laporan keuangan, tapi tidak diketahui oleh para investor maupun kreditur.
Kedua stakeholder tersebut lebih fokus pada kinerja keuangan. Akibatnya, mereka
cenderung menganggap bahwa laporan arus kasnya sudah benar. Pada kenyataannya,
laporan arus kas, khususnya arus kas operasi, tidak terlepas juga dari creative
accounting.
PENYEBAB CREATIVE ACCOUNTING
1. Bonus plan hyphotesis
Manajer seringkali berperilaku seiring dengan bonus yang akan diberikan. Jika bonus
yang diberikan tergantung pada laba yang akan dihasilkan, maka manajer akan
melakukan creative accounting dengan menaikkan laba atau mengurangi laba yang
akan dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan batas bawah laba yang paling minim
agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer akan menaikkan labanya hingga
ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan membuat batas atas untuk
mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha mengurangkan laba sampai batas
atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang akan datang.
Hal ini di lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer sudah tidak
mendapatkan insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas yang
ditetapkan oleh pemilik perusahaan.
2. Debt-covenant hyphotesis
Manajer dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh
tempo, akan berupaya menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi
yang menguntungkan dirinya. Ada dua kejadian dalam pemilihan kebijakan akuntansi,
yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh temponya hutang.
Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian untuk
melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan
kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada
di bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin cenderung suatu perusahaan untuk
melanggar perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih prosedur
akuntansi yang dapat mentransfer laba periode mendatang ke periode berjalan karena
hal tersebut dapat mengurangi resiko ‘default’.
3. Political-cost hyphotesis.
Dalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar
melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan
besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang
banyak disorot oleh publik secara umum. Para karyawan berkepentingan melihat
kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan
gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba perusahaan sebagai obyek pajak yang akan
ditagihkan sehingga pilihan yang dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara
bagaimana lewat proses akuntansi agar laba dapat ditampilkan lebih rendah.
POLA DALAM CREATIVE ACCOUNTING
1. Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’
Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan organisasional pada saat pergantian
manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan
manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut.
2. Income minimization
Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrim. Pola ini dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan
perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost).
3. Income maximization
Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana
laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4. Income smoothing
Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering dilakukan. Perusahaan-
perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba bersih.

5. Timing revenue and expense recognition


Teknik ini dapat dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat
atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.
PENGERTIAN TAX PLANNING
Perencanaan Pajak (Tax Planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak
atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak
penghasilan maupun pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal,
sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualian-pengecualian
dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU No 17 tahun 2000
tentang pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak dianggap sebagai
pelanggaran yang akan merugikan wajib pajak dan tidak mengarah pada penggelapan
pajak.
TAHAPAN TAHAPAN TAX PLANNING
a. Menganalisis informasi (basis data) yang ada
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
b. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan-
tindakan berikut:
■ Pemilihan bentuk transaksi yang akan dilakukan oleh perusahaan atau hubungan
internasional.
■ Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen
dari negara tersebut.
■ Penggunaan satu atau lebih negara tambahan
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari
seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap
beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
d. Mencari kelemahan, kemudian memperbaiki rencana pajak
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan baik atau tidak, tentu harus
dievaluasi melalu berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian, keputusan yang
terbaik atas suatu perencaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dengan
tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai
dengan bentuk perencanaan pajak yang inginkan.
e. Memutakhirkan rencana pajak
Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun
situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang
merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil
kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.
ASPEK DALAM TAX PLANNING
a. Aspek Formal dan Administratif
• Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
• Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
• Memotong dan/atau memungut pajak
• Membayar pajak
• Menyampaikan surat pemberitahuan

b. Aspek Material
Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber
dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak
kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.
STRATEGI UMUM TAX PLANNING
a. Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan
pajak dengan tarif yang lebih rendah.
b. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan
pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak.
c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya
sanksi perpajakan
d. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat
dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.
e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat
dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka.
CONTOH KASUS
Kasus creative accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan
migas. Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai
‘America’s Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang
tadinya adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah Enron
mulai bermain komoditas - komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives
(sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari nilai aset
seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai seperti suku bunga,
valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca). Enron mulai berpaling dari bisnis
tradisionalnya dan mulai berspekulasi dalam financial instruments yang mengandung
resiko tinggi. Memang kesannya mereka cukup sukses untuk beberapa tahun, tapi
akhirnya kenyataan dari kesuksesan (atau lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai
terlihat. Namun, Enron bukan hanya inovatif dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’
dalam cara pembukuannya. Di balik kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang
tersembunyi yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi
(tidak diperhitungkan masuk ke dalam neraca perdagangan Enron sendiri). Mereka
sengaja memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special
purpose vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk
terpisah untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi syarat-
syarat tertentu tidak dikonsolidasi.

Anda mungkin juga menyukai