KEPERAWATAN KRITIS
KELOMPOK 8
DISUSUN OLEH
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi kritis
terhadap pasien dan keluarga,review jurnal tentang isu akhir hayat pada keperawatan kritisdan
fungsi advokasi dan komunikasi ” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata kuliah
Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa , dan
kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan .
Cover………………………………………………………………………………………
Kata pengantar …………………………………………………………………………….
Daftar isi……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga……………………………………
B. Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan Kritis……………….
C. Fungsi Advokasi dan Komunikasi………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kritis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana pasien tergantung pada
dukungan medis yang intensif agar organ vital tetap dapat berfungsi (Mebis dan Van den
Berghe, 2009). Menurut data WHO (2013), penyakit kritis seperti penyakit jantung, kanker, dan
stroke adalah penyebab kematian utama didunia. Di Indonesia khususnya di Provinsi Bali,
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi ketiga penyakit kritis tersebut cukup
tinggi. Prevalensi penyakit jantung, kanker dan stroke berdasarkan terdiagnosis dokter secara
berurutan sebesar 1,3%, 2,0% dan 10,0%. Tidak hanya angka kejadian penyakit kritis yang
masih tinggi, biaya perawatan kesehatan juga meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir
(Sukono, et al 2017). Hal-hal yang perlu diwaspadai, penyakit kritis merupakan kejadian tak
terduga sehingga seseorang yang didiagnosis menderita penyakit kritis.
Penyakit kronik merupakan suatu kondisi yang dapat dikendalikan dan berlangsung lama, akan
tetapi sulit untuk sembuh. Penyakit kronis bersifat permanen, meninggalkan cacat residual,
disebabkan oleh perubahan patologis yang irreversibel, memerlukan pelatihan khusus untuk
rehabilitasi, atau mungkin membutuhkan waktu lama dalam pengawasannya, observasi, atau
perawatan. Hal ini mempengaruhi populasi penyakit kronis diseluruh dunia.
Data dari World Health Organisation (WHO) menunjukkan bahwa penyakit kronis termasuk
salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia (Dewi, 2016). Sejumlah 335 juta
penduduk di dunia yang mengalami rematik yang telah dijelaskan oleh World Health
Organisation (WHO) pada tahun 2016.
World Health Organisation (WHO) menjelaskan bahwa kematian yang diakibatkan oleh penyakit
tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia. Angka peningkatan tertinggi
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari penduduk
dunia diperkirakan akan meninggal karena penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
jantung, stroke dan diabetes (Trisnowati 2018). Tahun 2030 diprediksi akan terjadi 52 juta
kematian setiap tahun yang diakibatkan penyakit tidak menular, meningkat sebanyak 9 juta dari
38 juta pada saat ini. Kematian akibat infeksi penyakit seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16.5 juta jiwa pada tahun 2030
(Kementerian Kesehatan 2019). Hasil beberapa kali Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, didapatkan beberapa penyakit
tidak menular yang prevalensi cukup tinggi seperti stroke, hipertensi, diabetes mellitus, jantung,
kanker dan gagal ginjal kronis (Kementerian Kesehatan 2007). Pada daftar penyakit yang
menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, penyakit tidak menular mendominasi pada
urutan teratas sedangkan penyakit menular hanya TBC yang masih berperan sebagai penyebab
kematian tertinggi kedua setelah stroke (Johnson et al. 2016). Penyakit tidak menular yang
menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia yang pertama adalah stroke dengan presentase
10,9 yang kedua adalah hipertensi dengan presentase 8,36 yang ketiga adalah penyakit sendi
7,30 yang keempat adalah asma dengan presentase 2,40 yang kelima ada kanker 1,79 yang
keenam adalah diabetes militus dengan presentase 1,50 yang ketujuh ada penyakit jantung
dengan presentase 1,50 yang kedelapan adalah gagal ginjal kronik dengan presentase 0,39
(Kementerian Kesehatan 2018)
Lebih dari dua dekade, perhatian terhadap perawatan menjelang ajal sudah mulai terlihat (Payne
et al, 2008). Kebutuhan akan keperawatan menjelang ajal di rumah sakit meningkat seiring
dengan peningkatan kejadian penyakit kronis (Todaro-Franceschi & Spellmann, 2012).
Perawatan menjelang ajal menurut Higgs (2010) sebagai suatu istilah yang digunakan dalam
penyebutan perawatan pasien dan keluarga dari aspek klinis sampai sistem dukungan saat pasien
menghadapi kematian. Perawatan menjelang ajal adalah perawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dengan membantu mengatasi berbagai masalah
penderitaan fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada pasien yang tidak lagi responsif terhadap
tindakan kuratif (WHO, 2010). Tujuan dari perawatan di akhir kehidupan pasien khususnya
pasien-pasien terminal adalah memberikan perawatan yang menfasilitasi pasien agar dapat
meninggal dengan damai dan bermartabat.
B. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian keperawatan kritis
- Apakah Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga
- Apakah Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan Kritis
- Apakah Fungsi Advokasi dan Komunikasi
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian keperawatan kritis
- Untuk mengetahui Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga
- Untuk mengetahui Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan
Kritis
- Untuk mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi
D. Manfaat Penulisan
- Bagi Penulis
- Untuk menambah wawasan untuk mengetahui tentang keperawatan kritis, Efek
Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga dan fungsiadvokasi komunikasi
- Bagi Pembaca
- Memberikan wawasan tentang tentang keperawatan kritis, Efek Kondisi Kritis
Pada Pasien dan Keluarga dan fungsia dvokasi komunikasi serta sebagai bahan
referensi dalampemenuhan tugas tugas yang terkait dengan keperawatan kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
diinginkan
sesuai dengan
tujuan
penelitian,
kemudian
dilakukan
verifikasi
data untuk
membuktikan
kebenaran
data.
C. Fungsi advokasi dan komunikasi
b. Advoksi
- Pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorangyang mempunyai permasalahan.
- Tidak hanya di bidang hukum
- WHO: untuk Pendidikan atau Promosi Kesehatan.
- Advokasi kesehatan-Komunikasi efektif
c. Komunikasi efektif-Advokasi
- Jelas ( clear )
- Benar ( correct )
- Konkret ( concrete )
- Lengkap ( complete )
- Ringkas ( concise )
- Meyakinkan ( Convince )
- Konstekstual ( contexual )
- Berani ( courage )
- Hati –hati ( coutious)
- Sopan ( courteous )
d. Sebagai advokat klien
- Penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
- dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
- dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Sebagai advokat
klien
- Perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
- Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, klien.
f. PRINSIP KOMUNIKASI
- Caring ( sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
- Acceptance (menerima pasien apa adanya)
- Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
- Empaty (merasakan perasaan pasien)
- Trust (memberi kepercayaan)
- Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)
g. PRINSIP KOMUNIKASI
- Identifikasikan bantuan yang diperlukan
- Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
- Bahasa yang mudah dimengerti
- Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
- Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
- Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
h. TEKNIK KOMUNIKASI GAWAT DARURAT
- Mendengar aktif
- Mendengar pasif
- Penerimaan
- Klarifikasi
- Focusing
- Observasi
- Menawarkan informasi
- Diam (memelihara ketenangan)
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada efek psikologis
maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasienkritis antara lain: stres akibat
kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian), perasaan isolasi,
depresi, dan perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek non
psikologis terhadap pasien kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan) konsep diri,
perubahan citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan,
financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan komunikasi (tidak mampu
berkomunikasi).
Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres akibat kondisi penyakitpasien (anggota
keluarga), prosedur penanganan, ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga), pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan
efek non psikologis terhadap keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan
pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama, masalah
financial keluarga, perubahan pola hidup keluarga.
Dari penjelasan serta uraian tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis tersebut, maka dapat diambil berbagai
kesimpulan antara lain sebagai berikut.
1. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya fungsi independent, fungsi dependen, dan fungsi
interdependen.
2. Tujuan peran perawat advokadi bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari
professional kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien
mendapatkan asuhan yang terbaik.
3. Peran perawat dibedakan menjadi : care giver, client advocate, counsellor,
educator, collaborator, coordinator, change agent,consultat, fungsi
perawat dibedakan menjadi :fungsi independen, fungsi dependen, dan
fungsi interdependen.
4. Landasan hukum penerapan peran advokasi perawat UU Nomor 38 tahun
2014 tentang Keperawatan
5. Tujuan utama dari advokat pasien adalah melindungi hak-hak pasien.
Peran advokat pasien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai
pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas nama pasien.
6. Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan pelayanan
secara langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi kritis
atau mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus (ruang intensif )
b. SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek
kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap
konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting
untuk menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan
status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
Diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi advokator yang
baik dan handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi
advokator pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga
pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga pelayanan-
pelayanan keperawatan lainnya, selain itu sebagai sejawat yang berhubungan
langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang
yang berbeda, sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas dan berintegritas.
DAFTAR PUSTAKA