Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
KELOMPOK 8

DISUSUN OLEH

1. Anny A Titioka 5. Priska P De fretes


Npm : 12114201190019 Npm : 121142011901190215
2. Nama : Elvita Finyain 6. Tania Monaten
Npm : 12114201190061 Npm : 121114201190260
3. Lidovina Frans 7. Viana soulisa
Npm : 12114201199145 Npm : 121142011903325
4. Iven O Laturake
Npm : 12114201190116

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi kritis
terhadap pasien dan keluarga,review jurnal tentang isu akhir hayat pada keperawatan kritisdan
fungsi advokasi dan komunikasi ” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata kuliah
Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa , dan
kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan .

Ambon , 20 juni 2022


DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………
Kata pengantar …………………………………………………………………………….
Daftar isi……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
A. Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga……………………………………
B. Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan Kritis……………….
C. Fungsi Advokasi dan Komunikasi………………………………………………...

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kritis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana pasien tergantung pada
dukungan medis yang intensif agar organ vital tetap dapat berfungsi (Mebis dan Van den
Berghe, 2009). Menurut data WHO (2013), penyakit kritis seperti penyakit jantung, kanker, dan
stroke adalah penyebab kematian utama didunia. Di Indonesia khususnya di Provinsi Bali,
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi ketiga penyakit kritis tersebut cukup
tinggi. Prevalensi penyakit jantung, kanker dan stroke berdasarkan terdiagnosis dokter secara
berurutan sebesar 1,3%, 2,0% dan 10,0%. Tidak hanya angka kejadian penyakit kritis yang
masih tinggi, biaya perawatan kesehatan juga meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir
(Sukono, et al 2017). Hal-hal yang perlu diwaspadai, penyakit kritis merupakan kejadian tak
terduga sehingga seseorang yang didiagnosis menderita penyakit kritis.
Penyakit kronik merupakan suatu kondisi yang dapat dikendalikan dan berlangsung lama, akan
tetapi sulit untuk sembuh. Penyakit kronis bersifat permanen, meninggalkan cacat residual,
disebabkan oleh perubahan patologis yang irreversibel, memerlukan pelatihan khusus untuk
rehabilitasi, atau mungkin membutuhkan waktu lama dalam pengawasannya, observasi, atau
perawatan. Hal ini mempengaruhi populasi penyakit kronis diseluruh dunia.
Data dari World Health Organisation (WHO) menunjukkan bahwa penyakit kronis termasuk
salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia (Dewi, 2016). Sejumlah 335 juta
penduduk di dunia yang mengalami rematik yang telah dijelaskan oleh World Health
Organisation (WHO) pada tahun 2016.
World Health Organisation (WHO) menjelaskan bahwa kematian yang diakibatkan oleh penyakit
tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia. Angka peningkatan tertinggi
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari penduduk
dunia diperkirakan akan meninggal karena penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
jantung, stroke dan diabetes (Trisnowati 2018). Tahun 2030 diprediksi akan terjadi 52 juta
kematian setiap tahun yang diakibatkan penyakit tidak menular, meningkat sebanyak 9 juta dari
38 juta pada saat ini. Kematian akibat infeksi penyakit seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16.5 juta jiwa pada tahun 2030
(Kementerian Kesehatan 2019). Hasil beberapa kali Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, didapatkan beberapa penyakit
tidak menular yang prevalensi cukup tinggi seperti stroke, hipertensi, diabetes mellitus, jantung,
kanker dan gagal ginjal kronis (Kementerian Kesehatan 2007). Pada daftar penyakit yang
menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, penyakit tidak menular mendominasi pada
urutan teratas sedangkan penyakit menular hanya TBC yang masih berperan sebagai penyebab
kematian tertinggi kedua setelah stroke (Johnson et al. 2016). Penyakit tidak menular yang
menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia yang pertama adalah stroke dengan presentase
10,9 yang kedua adalah hipertensi dengan presentase 8,36 yang ketiga adalah penyakit sendi
7,30 yang keempat adalah asma dengan presentase 2,40 yang kelima ada kanker 1,79 yang
keenam adalah diabetes militus dengan presentase 1,50 yang ketujuh ada penyakit jantung
dengan presentase 1,50 yang kedelapan adalah gagal ginjal kronik dengan presentase 0,39
(Kementerian Kesehatan 2018)
Lebih dari dua dekade, perhatian terhadap perawatan menjelang ajal sudah mulai terlihat (Payne
et al, 2008). Kebutuhan akan keperawatan menjelang ajal di rumah sakit meningkat seiring
dengan peningkatan kejadian penyakit kronis (Todaro-Franceschi & Spellmann, 2012).
Perawatan menjelang ajal menurut Higgs (2010) sebagai suatu istilah yang digunakan dalam
penyebutan perawatan pasien dan keluarga dari aspek klinis sampai sistem dukungan saat pasien
menghadapi kematian. Perawatan menjelang ajal adalah perawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dengan membantu mengatasi berbagai masalah
penderitaan fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada pasien yang tidak lagi responsif terhadap
tindakan kuratif (WHO, 2010). Tujuan dari perawatan di akhir kehidupan pasien khususnya
pasien-pasien terminal adalah memberikan perawatan yang menfasilitasi pasien agar dapat
meninggal dengan damai dan bermartabat.

B. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian keperawatan kritis
- Apakah Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga
- Apakah Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan Kritis
- Apakah Fungsi Advokasi dan Komunikasi

C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian keperawatan kritis
- Untuk mengetahui Efek Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga
- Untuk mengetahui Riview Jurnal Tentang Isu Akhir Hayat Pada Keperawatan
Kritis
- Untuk mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi
D. Manfaat Penulisan
- Bagi Penulis
- Untuk menambah wawasan untuk mengetahui tentang keperawatan kritis, Efek
Kondisi Kritis Pada Pasien dan Keluarga dan fungsiadvokasi komunikasi
- Bagi Pembaca
- Memberikan wawasan tentang tentang keperawatan kritis, Efek Kondisi Kritis
Pada Pasien dan Keluarga dan fungsia dvokasi komunikasi serta sebagai bahan
referensi dalampemenuhan tugas tugas yang terkait dengan keperawatan kritis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA

1. Efek Kondisi Kritis Pada Pasien


Pasien kritis adalah pasien yang memiliki besar kemungkinan menjadi sangat rentan,
tidak stabil, dan kompleks sehingga memerlukan perawatan intensif dan asuhan keperawatan
(Nurhadi, 2014). Area keperawatan kritis melibatkan keluarga karena keluarga dapat menjadi
bagian integral dari perawatan pasien di ICU dan mempengaruhi kesembuhan pasien.
Pasien kritis dapat diketahui dari beberapa tanda dan gejala berikut :
a) Kehilangan kesadaran
b) Mengalami kelumpuhan dan dapat dilakukan monitoring
Stress: muncul apabila pasien dihadapkan dengan stimulus yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis dan psikologis.
- Kecemasan yaitu penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian. Kecemasan
terjadi saat seseorang mengalami hal-hal:
a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat

- Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain:


a. Stres akibat kondisi penyakit
b. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
c. Perasaan isolasi
d. Depresi
e. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional*
(Morton et al, 2011) *(Hudak & Gallo, 1997)
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian kualitatif pada
pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang
berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu:
a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka
b. Stres berkaitan dengan ruangan ICU
c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain
(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)
- Adapun efek non psikologis terhadap pasien kritis antara lain
a. Ketidakberdayaan
b. Pukulan (perubahan) konsep diri
c. Perubahan citra diri
d. Perubahan pola hidup
e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien
dan keluarga)
f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)*
(Morton et al, 2011) *(Suryani, 2012).
- Respon terhadap kecemasan:
a. Respon fisologis  frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah, peningkatan
pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan vasokontriksi perifer dapat tidak terdeteksi
b. Respon sosiopsikologis  respon perilaku yang menandakan kecemasan seringkali
didasari oleh sikap keluarga dan budaya.
- Peran Perawat pada pasien kritis:
a. Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan
b. Menumbuhkan rasa percaya
c. Memberikan informasi
d. Memberikan kendali
e. Kepekaan budaya
f. Kehadiran dan penenangan
g. Teknik kognitif

2. Efek Kondisi Kritis Pada Keluarga


Efek kondisi kritis pada keluarga:
a. Stres. Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan), psikologis
(emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
b. Rasa takut dan kecemasan
c. Peralihan tanggung jawab
d. Masalah keuangan
e. Tidak adanya peran social
Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan.
a. Stress
Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan tertekan dan
ingin menyerah. Penyebab stress inilah disebut dengan stressor. Stressor ini dibagi
menjadi 2 yaitu:
1) Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan
2) Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena
ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu memikirkan
kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada pasien
yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.
b. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga orang-orang
berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan dapat berasal dari
perilaku (Behaviour). Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan meningkat melalui
konflik yang terjadi sehingga tercipta perseosi dan menuju rasa tidak berdaya.
Kecemasan dapat menimbulkan berbagai respon, diantaranya:
1) Kognitif
Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan mengingat.
2) Psikomotor
Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan aktivitas
fisik.
3) Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung kehidupan.
4) Perasaan Tidak Nyaman
Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di dalam bahaya.
c. Traumatis
Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis
hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan.
Trauma psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu tersebut tidak
menemukan dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan
teman-teman terdekat.
Traumatis adalah sikap dengan dukungan keluarga pasien dapat menurunkan level
kecemasan dan meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien
kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan mendapatkan ketahan. Menurut
Mc Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )
- Adapun efek psikologis terhadap keluarga:
1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
Sedangkan efek non psikologis terhadap keluarga:
1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga*
5. Perubahan pola hidup keluarga *
(Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011).
B. RIVIEW JURNAL TENTANG ISU AKHIR HAYAT PADA KEPERAWATAN
KRITIS

NO JUDUL METODE HASIL KELEBIHA KEKURANGAN


N
JURNAL SAMPEL
1 Jurnal Penelitian ini Perawat yang Sikap Kurangnya
Ilmu merupakan berusia lebih muda perawat yang pelatihan dan
Keperawat penelitian cenderung positif pendidikan yang
an kuantitatif memiliki tingkat terhadap tepat tentang
Medikal dengan ketakutan yang persiapan perawatan akhir
Bedah 3 metode lebih kematian juga kehidupan dapat
(1), Mei deskriptif didukung menimbulkan
tinggi dalam
2020, 1-76 survei. oleh sikap negatif pada
menghadapi
keikutsertaan perawat yang
ISSN Teknik kematian pada
perawat tentunya akan
2338-2058 pengambilan pasien terminal
dalam mempengaruhi
(print), sampel dibandingkan
pendidikan hasil dari
ISSN menggunaka dengan
non formal perawatan
2621-2986 n total
perawat yang berupa (Khader, Jarrah,
(online) sampling
memiliki usia lebih seminar & Alasad, 2010).
yaitu 145
tua. Perawat muda maupun
perawat. Perawat dididik
Sikap memiliki ntensitas pelatihan
Kriteria untuk merawat
Perawat yang perawatan
inklusi dari pasien dalam
terhadap akhir
penelitian ini kurang dalam berbagai tahap
Persiapan kehidupan.
yaitu semua menemukan dan penyakit namun
Kematian
perawat yang merawat pasien Perawat akan peran perawat
pada
bekerja di yang meninggal lebih tidak ditekankan
Pasien ruang dunia. Berbeda memahami dengan baik
Kanker onkologi. tentang dalam
Stadium Kriteria dengan perawat perawatan memberikan
Lanjut eksklusi dari yang lebih tua, akhir perawatan akhir
penelitian ini mereka memiliki kehidupan, kehidupan pada
yaitu perawat penerimaan akan manajemen pasien maupun
yang sedang kematian pasien nyeri dan keluarga.
cuti. gejala, tujuan
yang lebih besar Hasil studi
dari
Pengambilan dan cenderung menyebutkan
perawatan
data memandang bahwa kurangnya
akhir
dilakukan kematian sebagai pelatihan akan
kehidupan
pada bulan hal yang netral. membuat perawat
dan
April 2019 di merasa tidak
Mereka tidak perencanaan
salah satu RS peduli, takut,
mengharapkan perawatan
wilayah Jawa cemas, dan
namun juga tidak lanjutan.
kurang percaya
Tengah. takut akan sebuah
Selain itu diri dalam setiap
Responden kematian. Mereka
melalui pemberian asuhan
diberikan
menganggap pelatihan keperawatan yang
penjelasan
kematian sebagai juga, perawat dapat
terkait
kebebasan pasien akan belajar menurunkan
dengan
dari penderitaan mengintrepet kualitas
manfaat dan
dan rasa sakit asikan pelayanan
hak-hak
kembali, menjelang ajal
sebagai yang dideritanya merefleksikan pada pasien dan
responden. selama ini (Lange, pengalaman keluarga (Grubb
Setelah itu, Thom, & Kline, perawat dan & Arthur, 2016).
responden 2008). mengkomuni Namun apabila
yang
kasikan perawat
menyetujui
perasaannya menerima
untuk
untuk pendidikan dan
menjadi
membangun pelatihan yang
responden respect dan sesuai untuk
dalam empati yang perawatan akhir
penelitian ini akan kehidupan,
menandatang mendorong tentunya sikap
ani lembar terbentuknya positif akan
informed sikap yang berkembang pada
consent. positif diri perawat.
(Kassa,Muru
Penelitian ini Oleh karena itu,
gan, Zewdu,
menggunaka pentingnya
Hailu, &
n analisis kebutuhan
Woldeyohann
univariat integrasi antara
es, 2014).
yang pendidikan formal
menggambar dengan non
kan distribusi formal tentang
perawatan
frekuensi.
menjelang ajal.
2 Persepsi Metode Hasil dari Sebagian Beberapa
Perawat penelitian penelitian Milligan besar informan juga
Neurosurg yang (2011) menyatakan informan mengungkapkan
ical digunakan bahwa sekarat dan menyatakan kesulitan
Critical adalah kematian adalah bahwa menentukan fase
Care Unit saat-saat ketika mereka menjelang ajal
metode
terhadap setidaknya merasa biasa untuk pasien
penelitian
Perawatan beberapa pasien saja selama kritis. Pasien yang
deskriptif
Pasien akan mengalami proses dirawat di ruang
kualitatif
Menjelang penderitaan rohani merawat NCCU RSUP Dr.
untuk
Ajal yang dapat pasien yang Hasan Sadikin
mengungkap menyebabkan menjelang adalah pasien
Meilita
persepsi penderitaan dan ajal dan kritis dengan
Enggune1,
perawat usaha kerja menghadapi terpasang alat dan
Kusman
terhadap spiritual, seperti kematian. monitor sehingga
Ibrahim2,
menyelesaikan informan hanya
Hana perawatan Menurut
masalah spiritual melihat kondisi
Rizmadei pasien informan
dan datang untuk pasien dari
Agustina2 menjelang perasaan
berdamai dengan monitor dan
ajal. Cara realitas kematian biasa saja
tanda-tanda vital,
yang terjadi karena
secara pribadi. dan informan
sering
dilakukan tidak bisa
Ini akan menghadapi
untuk menentukan fase-
bermanifestasi hal tersebut.
mendapatkan sebagai kebutuhan fase menjelang
gambaran ajal. Keadaan
perawatan spiritual.
tersebut akan
persepsi Sebagian besar Berbeda
memberikan
perawat informan dengan apa
dampak yang
terhadap mengungkapkan yang
kurang baik
perawatan bahwa perawatan disampaikan
seperti hasil
pasien pasien menjelang oleh Hudak &
penelitian dari Li
ajal adalah Gallo (2010),
menjelang dan Ng (2008),
perawatan yang tujuan dari
ajal adalah lebih difokuskan yang menyatakan
perawatan
dengan bahwa perawat
pada bimbingan kritis adalah
melakukan sering terlambat
spiritual atau memperpanja
dalam
wawancara kerohanian pada ng hidup dan
mengidentifikasi
semi pasien tersebut. membantu
penyakit pasien
terstruktur, penyembuhan
Perawatan spiritual dan tindakan yang
menggunaka untuk pasien , sehingga
diberikan karena
perawat
n menjelang ajal sering merasa kurangnya
memang penting kecewa dan pengetahuan
panduan yang
tetapi harus gagal ketika tentang
telah disusun.
seimbang dengan pasien yang patofisiologi
Lama
pemenuhan dirawat penyakit,
wawancara kebutuhan lain meninggal. sehingga
dilakukan misalnya diperlukan
Perbedaan ini
sekitar 45–60 kebutuhan fisik, pelatihan tentang
mungkin
menit psikologis, dan cara
dikarenakan
sosial, yang mengidentifikasi
untuk oleh alasan
pasien dengan
masing- sesuai dengan yang berbeda
kondisi menjelang
masing tujuan perawatan dari
akhir hidup yang
informan. menjelang ajal.
informan. dirawat di
Semua hasil ruangan
Sebagian besar Informan
wawancara informan mengatakan perawatan kritis.
direkam menganggap bahwa selama
dengan bahwa perawatan mereka sudah
perekam menjelang ajal itu memberikan
suara lebih kepada yang terbaik
pemenuhan dalam
atas izin kebutuhan spiritual, perawatan
informan. hal ini dikarenakan pasien
Wawancara pengetahuan yang menjelang
dilakukan dimiliki informan ajal, mereka
sampai tentang perawatan tidak akan
dengan menjelang ajal merasa
mendapatkan yang masih kurang kecewa atau
data yang atau terbatas. gagal.

diinginkan
sesuai dengan
tujuan
penelitian,
kemudian
dilakukan
verifikasi
data untuk
membuktikan
kebenaran
data.
C. Fungsi advokasi dan komunikasi

a. PERAN PERAWAT DI RS - UGD


- Pemberi asuhan keperawatan
- Advokat pasien
- Educator
- Coordinator
- Kolaborator
- Konsultan
- Pembaharu

b. Advoksi
- Pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorangyang mempunyai permasalahan.
- Tidak hanya di bidang hukum
- WHO: untuk Pendidikan atau Promosi Kesehatan.
- Advokasi kesehatan-Komunikasi efektif

c. Komunikasi efektif-Advokasi
- Jelas ( clear )
- Benar ( correct )
- Konkret ( concrete )
- Lengkap ( complete )
- Ringkas ( concise )
- Meyakinkan ( Convince )
- Konstekstual ( contexual )
- Berani ( courage )
- Hati –hati ( coutious)
- Sopan ( courteous )
d. Sebagai advokat klien
- Penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
- dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
- dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Sebagai advokat
klien
- Perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
- Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, klien.

Tanggung jawab perawat advokat


- Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan
- Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orangorang disekeliling pasien
- Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien

e. Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien


- Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam
perawatan pasien.
- Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan
- Memiliki saran untuk alternatif pilihan
- Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan
pengobatannya.
- Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan

f. PRINSIP KOMUNIKASI
- Caring ( sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
- Acceptance (menerima pasien apa adanya)
- Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
- Empaty (merasakan perasaan pasien)
- Trust (memberi kepercayaan)
- Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)

g. PRINSIP KOMUNIKASI
- Identifikasikan bantuan yang diperlukan
- Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
- Bahasa yang mudah dimengerti
- Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
- Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
- Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
h. TEKNIK KOMUNIKASI GAWAT DARURAT
- Mendengar aktif
- Mendengar pasif
- Penerimaan
- Klarifikasi
- Focusing
- Observasi
- Menawarkan informasi
- Diam (memelihara ketenangan)

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada efek psikologis
maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasienkritis antara lain: stres akibat
kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian), perasaan isolasi,
depresi, dan perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek non
psikologis terhadap pasien kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan) konsep diri,
perubahan citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan,
financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan komunikasi (tidak mampu
berkomunikasi).
Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres akibat kondisi penyakitpasien (anggota
keluarga), prosedur penanganan, ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga), pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan
efek non psikologis terhadap keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan
pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama, masalah
financial keluarga, perubahan pola hidup keluarga.

Dari penjelasan serta uraian tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis tersebut, maka dapat diambil berbagai
kesimpulan antara lain sebagai berikut.
1. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya fungsi independent, fungsi dependen, dan fungsi
interdependen.
2. Tujuan peran perawat advokadi bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari
professional kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien
mendapatkan asuhan yang terbaik.
3. Peran perawat dibedakan menjadi : care giver, client advocate, counsellor,
educator, collaborator, coordinator, change agent,consultat, fungsi
perawat dibedakan menjadi :fungsi independen, fungsi dependen, dan
fungsi interdependen.
4. Landasan hukum penerapan peran advokasi perawat UU Nomor 38 tahun
2014 tentang Keperawatan
5. Tujuan utama dari advokat pasien adalah melindungi hak-hak pasien.
Peran advokat pasien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai
pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas nama pasien.
6. Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan pelayanan
secara langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi kritis
atau mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus (ruang intensif )

b. SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek
kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap
konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting
untuk menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan
status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
Diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi advokator yang
baik dan handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi
advokator pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga
pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga pelayanan-
pelayanan keperawatan lainnya, selain itu sebagai sejawat yang berhubungan
langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang
yang berbeda, sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas dan berintegritas.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatn Keluarga (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu


Baradro, M., Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan
Kesehatan Mental Psikiatri. (A. Linda, Ed). Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online) Nurul Izah, Fitria Handayani, Henni Kusuma

Afidah, E.N., & Madya, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat


Perawat Di Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang, Vol.1, No.2.
Diakses dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008

Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan


Pasien Menjelang AjalMeilita Enggune1,Kusman Ibrahim, Hana Rizmadewi Agustina
Akademi Keperawatan Bethesda, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai