Oleh kelompok 1
Wenni Mardiati (2111316008)
Betriance (2111316026)
Mardiana Fari Dani (2111316010)
Rahmadia Sari ( 2111316034)
Delvi Rosmita (2111316032)
Dora Maria (2111316035)
Fitrawati (2111316021)
Desmalinda Ali (2111316024)
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................1
C. Manfaat ......................................................................................................2
2.2.1 Defenisi
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah
untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.
Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang
sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan
keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di
perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo
menurun
2.3.1 Defenisi
Prognosis jelek
Bersifat progresif
2. Jenis-Jenis Penyakit Terminal
a. Penyakit-penyakit kanker
Tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009), adalah sebagai berikut :
a. Closed Awareness
Dalam hal ini pasien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak
tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
b. Mutual Pretense
Dalam hal ini pasien, keluarga, team kesehatan tahu bahwa kondisinya
terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan
kondisi yang dihadapi pasien. Ini berat bagi pasien karena tidak dapat
mengekspresikan kekuatannya.
c.Open Awareness Pada kondisi ini pasien dan orang disekitarnya tahu bahwa
dia berada diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk
membicarakannya. Pada tahap ini pasien dapat dilibatkan untuk proses
intervensi keperawatan.
a. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh
anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian
adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga
percaya bahwa kematian bisa dihindari. Kematian adalah topik yang tidak
mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan mereka biasanya
menghindarkan anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan
bahwa orang mati akan “pergi” atau “berada di surga” atau hanya tidur.
Pada anak yang mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan
muncul secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka
sangat sakit tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya
tidak bertambah baik dan belajar mengenai kematian dari teman seumurnya
terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu mereka menyimpulkan
bahwa mereka juga sekarat.
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia
muda cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan
kekerasan. Jika mereka mengalami terminal illness, mereka menyadari
bahwa kematian tidak terjadi semestinya dan merasa marah dengan
“ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan” serta tidak adanya kesempatan
untuk mengembangkan kehidupannya. Pada saat seperti ini, hubungan
dengan ibunya akan menjadi lebih dekat. Menderita penyakit terminal
terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat pasien merasa
bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia
melihat anaknya tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak
semestinya, dewasa muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan
emosi ketika hidupnya diancam terminal illness.
1. Tahap-Tahap Berduka
1. Menolak (Denial) Pada tahap ini pasien tidak siap menerima keadaan yang
menggagalkan cita-citanya.
dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan
dirinya.
Teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal menurut Stuart &
Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
a. Denial
1) Listening
2) Silent
a) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada
pasien secara non verbal.
b) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
3) Broadopening
a. Mengkomunikasikantopik/pikiranyangsedangdipikirkanpasien.
b. Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b.Angger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi listening : perawat
berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan.
c. Bargaining
1) Focusing
2) Sharing perception
a. Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
b. Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Depresi
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian
harusnya diklarifikasi.
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa
yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi
secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan
mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan
rasa aman bagi pasien.
e. Acceptance
1) Informing
3) Broad opening
3) Focusing
3.2.Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui
duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai
klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman
tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada
pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan
informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan
seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai
berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya
secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA