Anda di halaman 1dari 8

KOMUNITAS II

Konsep penyakit kronis

Di susun oleh :

Nama : ANDI USWATUN KHASANA


NIM: 1701006

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah konsep
penyakit kronis.

Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

A. L atar Belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan diambil oleh setiap mahluk hidup dan berlalu
dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun seringkali harapan dan dambaan tersebut
tidak berhasil. Dalam masyarakat kita, usia harapan hidup semakin meningkat dan kematian
semakin meningkat akibat penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit
radang sendi.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses perawatan dan perawatan
yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai terminal stadion yang
ditandai dengan kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian. Pada
stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami kesulitan fisik seperti
kesulitan, kesulitan nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga meningkatkan
gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan perawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar penyakit kronis
2. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis
3. Dampak penyakit kronis

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah siswa yang diharapkan mampu mengenal dan memahami tentang
asuhan keperawatan pada klien yang meningkatkan pennyakit kronis.

BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Penyakit Kronis
1. Pengertian penyakit kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
diperoleh-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).
Berdasarkan pengertian atas kelompok yang membahas penyakit kronik yang diselesaikan oleh
seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien yang
mengalami ketidakmampuan, contohnya saja tidak dapat mengendalikan kondisi khusus atau
kegiatan yang baru dipahami. Contoh: penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases,
penyakit radang sendi.
2. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik memiliki beberapa sifat yang
didukung adalah:
a. sebuah progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung
b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul Saat-saat dengan yang sama atau berbeda.
Contoh penyakit radang sendi.
3. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien (Purwaningsih dan kartina,
2009) adalah:
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu:
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b. Dampak somatik
Dampak somatik adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena kondisi
penyakitnya. Keluhan somatik sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh: DMadaan
Trias P.
Trias P
1) Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan perubahan dari fungsi fisik (kerusakan organ) dan perubahan psikologis
(persepsi klien terhadap fungsi seksi) .
2) Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga dapat berinteraksi baik secara
total maupun sebagian.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
a. Sebuah Persepsi klien terhadap situasi
b. Penyakit beratnya
c. Dukungan sosial tersedianya
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan Lingkungan
f. Tersedianya fasilitas kesehatan
5. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respons Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini
akan ditambahkan respons kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009) .
a. Sebuah Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat menyebabkan klien takut,
cemas dan pandangan tidak realistis, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai
perilaku, kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien senang menghabiskan waktu yang dihabiskan sehari-hari bersama keluarga dan
kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh bentuk kehilangan organ tubuh seperti halnya klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penurunan fungsi mental seperti klien mengatasi
dan depresi, tidak dapat diselesaikan dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional
g. Kehilangan Konsep diri
Klien dengan penyakit kronik memilih untuk mengubah bentuk dan fungsi agar klien
dapat berpikir dengan baik (gambar tubuh) , peran serta identitasnya. Hal Penyanyi
DAPAT akan mempengaruhi idealisme Diri Dan harga diri randah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga saya.
6. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
Ada beberapa respons emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya
oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
a. Sebuah Penolakan ( Denial )
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker.
b. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi merupakan sesuatu yang umum terjadi.
Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada saat yang
diperkirakan akan terjadi yang akan terjadi. Bagi individu yang telah menjalani operasi
jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional yang
terpisah.
c. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis.
Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung karena
depresi.
7. Respon keluarga
Keluarga juga mengubah respons yang sama dengan pasien atas penyakit yang diderita oleh kl
ien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
a. Sebuah Penolakan ( Denial )
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak menerima
dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap penyakit yang diderita tidak
terlalu berat dan menyakini penyakit kronis ini akan segera pulih dan hanya akan
memberi efek jangka pendek.
b. Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan mendiagnosis yang telah divonis oleh
pihak medis . Parties Keluarga cemas akan TIDAK can Sembuh penyaki t tersebut Dan
Takut ditinggalkan hearts Jangka soon Oleh pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima masalah yang dialami pasien akan
mengalami depresi.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kritis sangat penting. Penatalaksanan
harus melibatkan kesehatan mental, perkembangan klien, dan keterlibatan keluarga. Pengobatan
sederhana tidak cukup.
Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan yang diberikan,
dan memiliki keluarga yang mendukung dan membantu dalam rencana perawatan. Beberapa
prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan perawatan.
b. Merespons terhadap log
Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup untuk klien dan undangan untuk
mengemukakan perasaannya, mendukungnya, dan harapannya.
c. Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. Keluarga harus
didukung agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti terlalu
melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan.
d. Melibatkan pasien
Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan lebih patuh
dan bertanggung jawab.
e. Menyediakan perawatan yang dikelola
Klien dengan kebutuhan kritis yang bisa dipercaya. Salah satu dari anggota tim, lebih
baik dari pusat kesehatan primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka
panjang dengan penderita dan peternakan.
f. Menyediakan pelayanan rawat jalan yang disetujui
Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi,pendidikan,penelitian,dapatkan
klien yang mendapatkan pelayanan yang bisa, dapat menurunkan frekuensi rawat inap,
lama diterjemahkan, biaya di rumah sakit, dan kembalikan dapat diterjemahkan kembali.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
diperoleh-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. Respon klien dalam
kondisi kroni sansgat tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga
ditimbulkan pada masing-masing individu juga berbeda.
Perhatian utama pasien dengan penyakit kronis bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada penolakan kontrol terhadap tubuh, pengalaman keselamatan yang mengatasi
atau tekanan psikologis yang melibatkan keterlibatan akan perpisahan, menghilangkan
orang yang dicintai. Jadi tugas perawat untuk lebih mempertimbangkan dan memberikan
perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga harus memberikan asuhan
keperawatan yang baik pada klien yang memperbaiki penyakit kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah .Jakarta: EGC


Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa .Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai