PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem
pernapasan (Ca. Paru)?
C. Tujuan
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah
sistem pernapasan (Ca. Paru).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker
Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita
terbanyak adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat penting
dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan keluarga, dan
berperan sebagai sumber unformasi dan sumber dukungan mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi sehingga
perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan perawatan di
rumah diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas penyelesaian,
bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan upaya medis
4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita
berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk
perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan rumah.
Ikatan antara rumah dakit dengan penderita di rumah selalu terjalin, lebih
baik lagi, bila dokter keluarga menjadi jembatan dalam ikatan ini
4
bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan penyesuaian
diri lebih mudah setelah kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu
yang bermanfaat dalam merawat pasien di rumah.
a) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien
dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama
dalam hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna,
terisolasi dan depresi
b) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah,
terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien yang
sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih orofesional sehingga
keluarga tentang merasa cemas apabila ternyata terdapat kesalahan dalam
merawat pasien serta tidak dapat mengantiipasi masalah yang mungkin
muncul.
c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga
yang memungkinkan menderita secar tertutup daripada menguranginya.
Sebuah keluarga yang terlalu melindungi memungkinkan untuk mencoba
untuk mem-blok komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan
pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
d) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam
anggota keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan.
3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan Penyakit
5
tahap yang mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak
akan hidup lama lagi, yaitu:
1) Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-ill).
Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila
diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini penderita
tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala
sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti orang linglung. Kecelakaan
mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya orang-orang tertentu ingin
menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan ingin membuat rencana
masa depannya.
2) Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga
pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi
penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari
darikenyataan.
3) Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan
keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi
yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga
bahkan tim medis, yang tidak jarang diakhiri dengan saling balas-membalas
oleh anggota tim.
4) Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar
“mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup.
Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi
sendirian. Untuk itu masukan-masukan keagamaan sudah harus diperhatikan.
5) Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri
bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah
“tanda-tanda” ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan depresi,
orangorang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan
pemikiran membuat keputusan yang tepat.
6) Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap
pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan
berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
6
Lebih lanjut lagi, Ross (dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap
orang akan mengalami kemajuan ketika melewati tahap-tahap tersebut,
seringkali terjadi perubahan yang amat tidak diduga dan malah mengalami
kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat
mengatasi tahap penolakan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan
kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi tawar-
menawar, depresi, dan selanjutnya.
C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
7
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting,
yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari
4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup,
dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang
lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini
lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi
yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat
pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi.
Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap
rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut
juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
6. Genetik
8
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti
penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah
pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan
menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2)
(Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
E. Manifestasi Klinik
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai
keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering
terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
9
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
10
Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya
(dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga
dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan
menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati
kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk mengobati tumor
yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray dada.
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker
paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun
pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan
pemikiran, dan kurang gairah seksual.
4. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium
III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi
yang paling umum digunakan, sebagai berikut:
a. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth
Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva
bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel
kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk
memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien
bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan
mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
b. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein
untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini
mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut,
dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi
carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena
infus dan umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-
paru.
11
G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
1. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut
dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
2. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik,
caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan
pemeriksaan sitologi.
3. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker
yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan
bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam
rangka menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan histology maupun
penetapan stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan
rencana pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian
stadium dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan
kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk
menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan
antitumor.
12
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
5. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
9. Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru
berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
13. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
13
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate) tetap sangat rendah, yakni masih sekitar ataupun malahan dapat kurang
dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis ke organ-organ lain atau akibat
komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA PARU
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien
(hubunganya dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien Ca. Paru mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri bahu/tangan
(khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul,
sesak nafas,tidak ada nafsu makan. Penderita Ca. Paru juga biasanya kelihatan
lemah,lesu, kelihatan takut dan gelisah. Pasien biasanya juga mengalami
insomnia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan batuk. Sesak yang dirasa
oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah kanan, adanya obstruksi
ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura, trauma, dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi (merokok, radiasi, akibat kerja, polusi udara, genetic, diet/pola
hidup) .
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Cemas, takut, menarik diri
15
B. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya diatas normal > 120/80
Pernafasan : biasanya diatas normal > 24x/menit
Nadi : biasanya diatas normal > 100x/menit
Suhu : diatas normal > 35° celcius
2. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya sismetris, berwarna
hitam dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala.
Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala.
b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtiva anemis
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, ada seurmen
d. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang hidung, perubahan
warna, cuping hidung, pengeluaran, karakter, jumlah dan warnanya dalam
keadaan normal dan simetris.
Palpasi: tidak ada benjolan.
e. Mulut
Inspeksi :
Bibir : mukosa bibir kering
Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa rongga atau edema
Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan pada lidah.
Palpasi : biasanya tidak ada kelainan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid,
dan odema massa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada saat
pemeriksaan
g. Dada dan Paru
16
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk
anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak
simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas
Palpasi : tidak fremitusnya antara kiri dan kanan
Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi
Auskultasi : terdengar bunyi ronki saat bernafas
h. Jantung
Inspeksi : ictus lkordis tidak terlihat
Palpasi : istulkordis teraba di RIC,IRC ke 5
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama jantung sinus
i. Payudara
Inspeksi :
Mamae : tidak simetris kiri dan kanan
Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
Palpasi :
Mame : tidak teraba pembengkakan
Axilla : tidak ada pembengkakan
j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak adanya jaringan parut, tidak asites
Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa
Perkusi : bunyi tympani pada abdomen
Askultasi : bising usus 4x/menit
k. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dinding dada
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
(tempat perawatan)
4. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah/viscositas secret ditandai dengan batuk tidak efektif.
17
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ancaman
D. Intervensi
No Dx Keiteria Hasil Intervensi
.
1. Nyeri akut 1. Klien mampu mengontrol 1. Tanyakan pasien tentang
berhubungan nyeri (tahu penyebab nyeri, nyeri, karakteristik nyeri,
dengan invasi mampu menggunakan tehnik rentang intensitas pada
kanker ke pleura nonfarmakologi untuk skala 0-10
dinding dada mengurangi nyeri, mencari 2. Kaji pernyataan verbal
ditandai dengan bantuan). dan non verbal nyeri
pasien gelisah 2. Mampu mengenali nyeri pasien
(skala, intensitas, frekuensi 3. Catat kemungkinan
dan tanda nyeri). penyebab nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman patofisiologi dan
setelah nyeri berkurang. psikologis
4. Evaluasi keefektifan
pemberian obat
5. Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri
6. Berikan tindakan
kenyamanan (sering ubah
posisi, pijatan punggung,
sokongan bantal)
penggunaan teknik
relaksasi
7. Jadwalkan periode
istirahat, berikan
lingkungan tenang
2. Perubahan nutrisi Kebutuhan nutrisi dapat 1. Kaji kebiasaan diet,
kurang dari terpenuhi. masukan makanan saat ini
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : evaluasi berat badan dan
berhubungan 1. Keadaan umum baik ukuran tubuh.
dengan anoreksia 2. Mukosa bibir lembab 2. Auskultasi bunyi usus
3. Nafsu makan baik 3. Berikan perawatan oral
4. Tekstur kulit baik sering, buang sekret
5. Klien menghabiskan porsi berikan wadah khusus
18
makan yang disediakan untuk sekali pakai dan tisu
6. Bising usus 6-12 kali/menit 4. Berikan makan porsi kecil
7. Berat badan dalam batas tapi sering
normal. 5. Hindari makanan yang
sangat panas atau sangat
dingin.
6. Timbang berat badan sesuai
indikasi
3. Perubahan proses 1. Megungkpakan akan 1. Luangkan waktu bersama
keluarga yang kekhawatirannya mengenai keluarga atau orang
berhubungan prognosis klien terdekat klien dan
dengan gangguan 2. Menungkapkan tunjukkan pengertian yang
kehidupan kekawtirannnya mengenai empati.
keluarga, takut lingkkunagntempat 2. Izinkan keluarga klien atau
akan hasil perawatan orang terdekat untuk
(kematian) 3. Melaporkan fungsi keluarga mengekspresikan perasaan,
dengan yang adekuat dan kontiniu ketakutan dan kekawatiran.
lingkungnnya selam perawatan klien 3. Jelaskan tindakan
penuh dengan keperawatan dan kemajuan
stres (tempat postoperasi yang dipikirkan
perawatan) dan berikan informasi
spesifik tentang kemajuan
klien
4. Anjurkan untuk sering
berkunjung dan
berpartisipasi dalam
tindakan perawan
5.
4. Berduka yang 1. Mengungkapakan kehilangan 1. Berikan kesempatan pada
behubungan dan perubahan klien da keluarga untuk
dengan penyakit 2. Mengungkapakan perasaan mengungkapkan perasaan,
terminal dan yang berkaitan kehilangan didiskusikan kehilangan
kematian yang dan perubahan secara terbuka, dan gali
dihadapi, 3. Menyatakan kematian akan makna pribadi dari
penurunan fungsi terjadi kehilangan.jelaskan bahwa
perubahan berduka adalah reaksi yang
konsep diri dan umum dan sehat.
19
menarik diri dari 2. Berikan dorongan
orang lain penggunaan strategi koping
positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan
pada masa lalu.
3. Bantu klien mengatakan
dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan
jujur.
4. Tingkatkan harapan dengan
perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidak
nyamanan dan dukungan
5. Pola nafas tidak Pola nafas kembali efektif. 1. Kaji frekuensi, kedalaman
efektif Kriteria Hasil: pernapasan dan ekspansi
berhubungan 1. Pola nafas efektif dada. Catat upaya
dengan 2. Bunyi nafas normal atau pernapasan, termasuk
penurunan bersih penggunaan otot
ekspansi paru 3. TTV dalam batas normal bantu/pelebaran nasal.
4. Batuk berkurang 2. Auskultasi bunyi napas dan
5. Ekspansi paru mengembang. catat adanya bunyi napas
tambahan, seperi krekels,
mengi, gesekan pleural.
3. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi.
Bangunkan pasien turun
tempat tidur dan ambulasi
sesegera mungkin.
6. Bersihan jalan Jalan nafas kembali efektif. 1. Auskultasi dada untuk
nafas tidak efektif Kriteria Hasil: karakter bunyi napas dan
berhubungan 1. Sesak berkurang adanya sekret.
dengan 2. Batuk berkurang 2. Bantu pasien
peningkatan 3. Klien dapat mengeluarkan dengan/instruksikan untuk
jumlah/viscositas sputum napas dalam efektif dan
sekret. 4. Wheezing berkurang/hilang batuk dengan posisi duduk
20
5. TTV dalam batas normal tinggi dan menekan daerah
keadaan umum baik. insisi.
3. Observasi jumlah dan
karakter sputum/aspirasi
sekret. Selidiki perubahan
sesuai indikasi.
7. Ansietas 1. Mengunkapkan ketakutannya 1. Identifikasi persepsi pasien
berhubungan yang brhubungan dengan tentang ancaman yang ada
dengan gangguan dari situasi.
kurangnya 2. Menceriktakan tentang efek 2. Observasi/awasi respons
pengetahuan dan ganmguan pada fungsi fisik, contoh gelisah,
ancaman normal, tanggungn jawab, perubahan tanda vital,
kematian peran dan gaya hidup gerakan berulang. Catat
kesesuaian komunikasi
verbal/non-verbal.
3. Dorong pasien/orang
terdekat untuk mengakui
dan menyatakan rasa takut.
4. dentifikasi kekuatan koping
sebelumnya dari
pasien/orang terdekat dan
area kontrol/kemampuan
BAB III
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Perawatan paliatf tidak hanya diberikan bagi penderita menjelang akhir
hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker)
di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif. Lebih lanjut
lagi, Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak
pada pola dasar, berikut ini:
1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam
paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang
menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).Karsinoma bronkogenik atau kanker
paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer
dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
22
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PSIEN CA.PARU-PARU
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana
prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup.
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya diberikan
bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan
bersama dengan pengobatan kuratif.
B. Saran
Sebagai perawat yang berjiwa caring, dalam melakukan asuhan keperawatan paliatif tidak hanya diberikan pelayanan secara medis saja tetapi
kita juga harus memberikan asuhan keperawatan untuk memotivasi klien dalam mempertahankan kualitas hidup pasien dengan penyakit yang paliatif.
25
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
26