Anda di halaman 1dari 7

PEMBERIAN DUKUNGAN PADA

PASIEN YANG AKAN MENINGGAL (TERMINAL)

1. Defenisi
Perawatan pada pasien yang akan meninggal (terminal) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan dukungan dan perawatan yang diberikan selama waktu mendekati
kematian dimana perawatan tersebut diberikan tanpa menunggu pasien mengalami kegawatan
nafas. Salah satu penyebab perawatan terminal adalah penyakit kronis yang membutuhkan hari
perawatan yang lama bahkan sampai dengan beberapa bulan (Ichikyo, 2012). Pengertian
perawatan terminal menurut Noome, Dijkstra, Leeuen dan Vloet 2015 menyatakan bahwa
perawatan terminal adalah sebagai perawatan dan dukungan pelayanan yang diberikan kepada
pasien dan keluarga dengan penyakit serius untuk mengambil keputusan dalam mengakhiri
pengobatan.
Kondisi terminal merupakan kondisi progresif penyakit yang menuju kearah kematian.
Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal dimana harapan hidup
tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah menyerah dan kondisi ini sudah mengarah
kepada kematian (White, 2002).
Inti dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penyakit yang
dideritanya. Perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampai
mencakup keluarganya. Metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi
dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien
diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, sosial, dan spiritual. Maka
timbulah pelayanan perawatan terminal yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan.

2. Tujuan
Perawatan terminal menekankan bahwa pelayanan terminal berpijak pada pola dasar
berikut ini:
1) meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal
2) tidak mempercepat atau menunda kematian
3) menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4) menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5) berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6) berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan terminal adalah untuk
membantu pasien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal, membantu
keluarga memberi support pada pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
dukungan kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.

3. Konsep Pemberian Dukungan pada Pasien Terminal


Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat pasien harus dilibatkan, pemberian
dukungan sangat diperlukan. Pokok – pokok dalam memberikan dukungan dalam perawatan
pasien terminal terdiri dari :
a. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress
psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan
penenangan bagi pasien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena
mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Pemberian
kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan
pemberian terapi.
b. Pemeliharan kemandirian
Perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, yang
memungkinkan perawatan komprehensif jika pasien berada dirumah. Perawat harus
memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dan pasien. Sebagian besar
pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk
melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan
martabat pasien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika
ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.
c. Pencegahan kesepian dan isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif
terhadap pasien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori,
perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus
diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat
mencegah kesepian. Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu
bersama pasien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.
d. Peningkatan ketenangan spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta
rohaniawan. Perawat dan keluarga dapat membantu pasien mengekspresikan nilai dan
keyakinannya. Pasien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Pasien mungkin minta
pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan
spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui
perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga. Perawat dan keluarga
memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati,
berdoa dengan pasien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari
orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada pasien
harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan
yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.

4. Komunikasi sesuai dengan tahap berduka


1. Tahap denial, gunakan teknik komunikasi listening (dengarkan apa yang diungkapkan
pasien), pertahankan kontak mata, observasi komunikasi non verbal.
2. Tahap Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi listening
seperti perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan.
3. Tahap bargaining, yang dapat dilakukan perawat adalah membantu pasien
mengembangkan topik atau hal yang penting, menyampaikan pengertian perawat dan
mempunyai untuk kemampuan meluruskan kerancuan.
4. Tahap depresi, perawat harus mampu mengkaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien
jika ada asal pengertian harusnya diklarifikasi serta memperlakukan pasien dengan sabar,
penuh perhatian dan tetap pada realitas.
5. Tahap acceptance, perawat dapat membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan dan kemandirian pasien seperti
melaksanakan kegiatan sesuaai dengan kemampuan, lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, menggunakan unakan waktu luang dengan aktivitas bermanfaat dan pemikiran
positif menyampaikan pada pasien tentang apa yang dipikirkan dan harapan-harapannya.

5. Standar Operasional Prosedur (SOP)


A. Persiapan
a. DPJP / Dokter / Perawat :
Memahami tujuan dan tata cara memberikan pelayanan pasien tahap terminal.
b. Alat :
i. Formulir asesmen pasien terminal.
ii. Menyediakan ruangan khusus untuk penyampaian kondisi terminal oleh
DPJP kepada keluarga
c. Pasien dan atau keluarga :
Pasien dan atau keluarga memahami maksud dan tujuan dari pelayanan pasien
tahap terminal dengan sebelumnya perawat menginformasikan.
B. Pelaksanaan :
1. Baik perawat ataupun DPJP melakukan asesmen pasien terminal
2. Penyampaian informasi kondisi terminal oleh DPJP.
a. Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus
diinformasikan dan memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang
mewakili pasien.
b. Tanyakan pasien terlebih dahulu untuk menetukan apakah perlu di resusitasi
apabila terjadi henti jantung.
c. Apabila kondisi pasien tidak kompeten, keputusan DNR ditentukan oleh
keluarga terdekat atau Wali yang sah setelah mendapatkan penjelasan dari
DPJP.
d. Lakukan verifikasi pada pasien, bahwa setelah menerima informasi dari
DPJP dan pasien memutuskan untuk tidak dilakukan resusitasi atau DNR,
maka sarankan untuk menandatangani formulir penolakan tindakan resusitasi
dan pasang gelang warna ungu di pergelangan tangan pasien.
3. Bantuan memenuhi kebutuhan fisiologis :
a. Pasien dan keluarga dilibatkan untuk mampu melakukan kebersihan diri
sebatas kemampuannya.
b. Atur posisi yang nyaman untuk pasien serta rubah posisi tiap 2 jam.
c. Lakukan “suction” bila terjadi penumpukan secret pada jalan nafas.
d. Berikan nutrisi dan cairan yang adekuat.
e. Lakukan manajemen nyeri yang memadai dengan cara memberikan obat
untuk mengurangi rasa sakit.
f. Jika pasien mengalami gangguan eliminasi, berikan obat laxan.
4. Bantuan memenuhi kebutuhan emosi :
a. Tenangkan pasien apabila mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang
timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian).
b. Dampingi pasien yang ingin memperbincangkan tentang kehidupannya.
5. Memenuhi kebutuhan spiritual, apakah pasien memerlukan pendampingan
spiritual:
a. Berikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk memberikan tuntunan
menjelang ajal sesuai agama dan kebudayaan yang dianut.
b. RS memfasilitasi untuk pelayanan kerohanian baik pelayanan kerohanian
umum maupun pelayanan kerohanian khusus dengan sebelumnya pasien
atau keluarga mengisi formulir permintaan pelayanan kerohanian (untuk
tata laksana permintaan pelayanan kerohanian lihat di SPO pelayanan
kerohanian).

6. Evaluasi
Evaluasi tingkat kenyamanan pasien baik fisik, emosi dan spiritual dapat
memberikan/menjadikan bukti bahwa perawatan yang efektif meskipun pasien mme
gaya/pola mereka sendiri. Perawat dapat menjadi pendengar yang baik, mengkaji
pertanyaan untuk menentukan interest (rasa tertarik), kebutuhan-kebutuhan dan tugas-
tugas pasien serta anggota keluarga, berkomunikasi secara teratur dengan anggota
keluarga pasien, bertindak sebagai penengah antara dokter, pasien dan keluarga,
menjamin kenyamanan fisik dan emosi, mensupport spiritual keluarga, menemukan cara
untuk membuat masa-masa terakhir pasien menjadi sangat berguna, merawat pasien
dengan penuh respek dan menjaga martabatnya, membantu pasien mengontrol dirinya
semaksimal mungkin, tidak memberikan informasi (rahasia) sebanyak mungkin kecuali
bagi pasien yang siap mendengarnya, membimbing pasien dalam pendekatannya
menerima kematian, mengembangkan dan menggunakan support bagi dirinya untuk tetap
empati, berbagi kenyamanan dengan menggunakan humor-humor natural, menemukan
keunikan setiap pasien.
Evaluasi pasien dapat mempertahankan kontrol nyeri, berinteraksi dengan
keluarga, teman-teman dan staf perawatan, berdiskusi dan mengekpresikan rasa takutnya,
mempersiapkan dirinya terhadap kematian, melakukan aktivitas yang dirasakan sangat
bermanfaat bagi dirinya, mengekpresikan perasaan-perasaaannya dengan cara yang tepat,
mengembangkan dan menggunakan support spiritualnya, mengembangkan dan
menggunakan support sosialnya, menjawab pertanyaan dokter, menemukan cara untuk
mengekpresikan keunikan pribadinya dalam menghadapi kematian.
Pendekatan psikososial sangat penting untuk diterapkan dalam menghadapi pasien
terminal dengan mengikutsertakan faktor fisik, psikis, sosial, spiritual serta budaya
pasien. Meskipun setiap penderita memiliki keunikan sendiri yang berakar pada jenis
kelamin, pengalaman hidup, umur, fase hidup, sumber-sumber kekuatan dan dukungan
lainnya, kepercayaan, budaya dan sebagainya. Semua petugas kesehatan yang merawat/
mendampingi penderita harus mampu menanggani berbagai masalah umum yang utama.
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. (2003). Research design: qualitative. Quantitative, and mixed methods


approaches, 2nd, Edition. Thousand Oaks. CA: Sage Publications.

Cypress, B., S. (2011). Patient- Family-Nurse Intensive Care Unit Experience A Roy
Adaptation Model- Based Qualitative Study. Qualitative Research Journal, 11(2), 3-16.
https://doi.org/10.3316/QRJ1102003.

Djauzi, S. (2011). Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri Pada Penyakit Kanker. Jakarta:
YPI. Pers

Hanin, Hizrah. (2019). Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal Di Kota


Medan.11-27. https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15151/157046017.pdf

Ichikyo, M. (2012). The process used by surrogate decision makers to withhold and
withdrawal life-sustaining measures in an intensive care environment. Journal Oncology Nursing
Forum, 34(2), 331-339

Noome, Dijkstra, Leeven & Vloet. (2015). Development of an end-of-life care/decision


Pamphlet in the ICU. Chico:California State University,

Anda mungkin juga menyukai