Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN ASESMEN AWAL DAN ASESMEN ULANG

PASIEN TAHAP TERMINAL

RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI KUPANG


KOTA KUPANG
TAHUN 2019

1
BAB I

PENGERTIAN

1. Pengertian
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit /
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan
proses kematian.
Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, sosial, yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda.Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh pasien tahap terminal.
Rumah sakit menetapakan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam tahap
terminal. Proses ini meliputi :
a. Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan
keinginan pasien dan keluarga
c. Menyampaikan secara hati-hati soal sensitif seperti autopsi atau donasi organ
d. Menghormati nilai agama, serta budaya pasien dan keluarga
e. Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan
f. Memperhatikan psikologis, emosional, spiritual, serta budaya pasien dan
keluarga
2. Tujuan
a. Dapat dilayaninya dengan baik hak dan kebutuhan mendasar dari pasien
dan keluarganya, sehingga timbul kekuatan dan ketenangan jiwa
b. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan
tenang dan damai.
c. Meningkatnya kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan Betun khususnya pasien tahap terminal (akhir kehidupan).
d. Tercapainya kembali dan dapat mempertahankan kenyamanan fisik pasien.
e. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pasien.

2
f. Mempertahankan harapan
g. Mencapai kenyamanan spiritual
h. Menghindari/mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi
i. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna dari pasien.
j. Membantu pasien dalam menerima kehilangan.

3
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Pedoman pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) digunakan kepada


semua pasien Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun yang menuju
akhir kehidupan, dan keluarganya yang berhubungan dengan proses penyakit,
atau terapi kuratif atau pasien yang memerlukan bantuan yang berhubungan
dengan masalah-masalah psikologis, spiritual dan budaya yang berkaitan dengan
kematian dan proses kematian
2. Pelaksana pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir kehidupan) meliputi
unsur pimpinan, kepala unit pelayanan dan staf pelaksana pelayanan dengan
melibatkan pasien dan keluarga
3. Prinsip
a. Pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) harus terfokus pada
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan proses penyakit atau masalah-
masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan dengan proses
kematian.
b. Pelayanan pada pasien tahap terminal (akhir kehidupan) harus
mempertimbangkan tempat asuhan atau pelayanan yang diberikan.
c. Pelayanan asuhan pada tahap terminal harus mengembangkan proses untuk
mengelola pelayanan akhir hidup seperti pasien dilayani dengan hormat dan
respek.

4. Hak dan kewajiban pemberi pelayanan terhadap pasien terminal


Pokok-pokok dalam memberikan pelayanan pada pasien terminal terdiri dari :
a. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi pasien terminal dan pasien menelang ajal termasuk
pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. Pemberi pelayanan harus
memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi

4
pasien terminal.Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur,
nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.
Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian
gejala penyakit dan pemberian terapi. Pasien mungkin akan bergantung
pada pemberi pelayanan dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan
dasarnya, sehingga bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga
tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada pasien.
b. Pemeliharaan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien dalam keadaan terminal
(akhir kehidupan) adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan
holistik yang memungkinkan seperti perawatan komprehensif. Pemberi
pelayanan harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga
dan pasien.
Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya.
Mengijinkan kepada pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi,
makan, membaca akan meningkatkan martabat pasien. Pemberi pelayanan
tidak boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika ketidakmampuan
secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.Pemberi pelayanan
bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan pasien
membuat keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Pemberi pelayanan membutuhkan kesabaran dan pengalaman
merespon secara efektif terhadap pasien tahap terminal (akhir
kehidupan).Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, pemberi
pelayanan mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota
keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.Keluarga atau penjenguk
harus diperbolehkan bersama pasien terminal sepanjang waktu apalagi
pasien menjelang ajal.Pemberi pelayanan memberikan bimbingan kepada
keluarga untuk tetap selalu bersama pasien kasus terminal terutama saat-
saat akhir kehidupannya.

5
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar meminta rohaniawan.Ketika kematian mendekat, pasien sering
mencari ketenangan.Pemberi pelayanan dan keluarga dapat membantu
pasien mengekspresikan nilai dan keyakinannya.
Pasien terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup
sebelum menyerahkan diri kepada kematian.Pasien mungkin minta
pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.Selain
kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta dapat diekspresikan
dengan baik melalui pelayanan yang tulus dan penuh simpati dari pemberi
pelayanan dan keluarga.
Pemberi pelayanan dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdo’a dengan pasien,
membaca kitab suci atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan
yang digunakan pada pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu
nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pada
pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.

6
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam melaksanakan pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir


kehidupan), para petugas kesehatan seyogyanya memahami penyakit-penyakit yang
bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/mengancam hidup, problem yang
dihadapi pasien tahap terminal, faktor yang perlu dikaji pada pasien tahap terminal dan
lain-lain.

Dalam asessement pasien tahap terminal harus menilai kondisi pasien seperti :

a. Gejala mual dan kesulitan pernapasan


b. Factor yang memperparah gejala fisik
c. Manajemen gejala sekarang dan respon pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelompok
agama tertentu
e. Keprihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa , penderitaan
dan rasa bersalah
f. Status psikologis pasien dan keluarga seperti kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi serta reaksi pasien
dan keluarganya menghadapi penyakit
g. Kebutuhan bantuan atau penundaan layanann untuk pasien dan
keluarganya
h. Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan
i. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi potensi
reaksi patologis atas kesedihan.
1. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal (akhir
kehidupan)
a. Penyakit Kronis seperti : TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal, sirosis hepatis,
penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan hipertensi.
b. Kondisi keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver,
Leukimia.
c. Kelainan syaraf seperti paralise, Stroke, hydrocephalus dll

7
d. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
e. Kecelakaan /trauma seperti trauma kapitis, trauma organ vital (paru-paru
atau jantung), ginjal, dll
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam
hidup menjadi empat fase, yaitu :

a. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyakit
b. Fase akut : berpusat pada kondisi kritis. Pasien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun
psikologis.
c. Fase kronis : pasien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya
d. Fase terminal : dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan,
tetapi pasti terjadi.
2. Gambaran Problem yang dihadapi pasien kondisi terminal
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun sosial spiritual, antara lain :

a. Problem oksigenisasi : respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan


cheynes stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : agitasi-
gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi irreguler.
b. Problem Eliminasi : konstipasi, medikasi atau imobilisasi memperlambat
peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit (Ca Colon), retensi urin, inkontinensia urin terjadi akibat
penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misal trauma medulla spinalis,
oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit misalnya
gagal ginjal.
c. Problem Nutrisi dan Cairan : asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual muntah, cegukan,
dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.

8
d. Problem Suhu : ekstremitas dingin, sehingga harus memakai selimut.
e. Problem Sensori : penglihatan menjadi kabur, reflex berkedip hilang saat
mendekati kamatian, menyebabkan kekeringan pada kornea, pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun.
f. Problem nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara
intra vena, pasien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan
dan meningkatkan kanyamanan.
g. Problem Kulit dan Mobilitas : sering kali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi
yang sering.
h. Masalah Psikologis : pasien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaan marah dan putus asa sering kali
ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara
lain ketergantungan, hilang kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam
hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier
komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual, pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi,
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang / pasien yang menghadapi tahap terminal (akhir kehidupan) akan
menjalani hidup, merespon berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai
kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien tahap terminal (akhir kehidupan)
sering bukan pada kematian itu sendiri tapi lebih pada kehilangan control terhadap
fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang
diakibatkan ketakutan dan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi

9
peredaan terhadap penderitaan, atau sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintainya.
3. Faktor-faktor yang perlu di kaji pada pasien tahap terminal, antara lain
a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal (akhir kehidupan) pasien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,
tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Pemberi pelayanan harus mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
pasien, pasien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan
sebelum masuk kondisi skhir kehidupan.Pemberi pelayanan harus respek
terhadap perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan pasien
dalam memelihara diri.
b. Faktor Psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal.Pemberi pelayanan harus peka dan mengenali kecemasan yang
terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang
ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Pemberi pelayanan
harus mengenali tahapan-tahapan menjelang ajal yang terjadi pada pasien
terminal.
c. Faktor Sosial
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama
kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa prilaku isolasi.Pemberi
pelayanan harus bisa mengenali tanda-tanda pasien mengisolasi diri,

10
sehingga pasien dapat diberikan dukungan dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani pasien.
d. Faktor Spiritual
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana keyaninan pasien akan
proses ahkir hayat, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat
terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri kepada Tuhan atau apakah
semakin berontak akan keadaannya. Pemberi pelayanan juga harus
mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran
tokoh agama (rohaniawan) untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

4. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalan Pengkajian Pasien Terminal
Nilai , sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek budaya yang mempengaruhi
reaksi pasien terminal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga
mengekspresikan berduka dan menghadapi akhir kehidupan.
Pemberi pelayanan tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus harus
dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus di beri dukungan.
Pemberi pelayanan harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-
keyakinan spiritual. Pemberi pelayanan harus sensitive terhadap kebutuhan ritual
pasien yang akan menghadapi akhir kehidupan, sehingga kebutuhan spiritual pasien
menjelang kematian dapat terpenuhi.

11
BAB IV

DOKUMENTASI

Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal (akhir kehidupan)


secara garis besar bertujuan untuk :

1. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta, gambaran, hasil


observasi kesehatan pasien ke tim kesehatan lainnya.
2. Menunjukkan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam merawat pasien yang
lebih spesifik.
3. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi
kesehatan pasien.
Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada sumber (Source
Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien didokumentasikan berdasarkan sumber tim
kesehatan yang membuat yaitu catatan kesehatan yang dibuat dokter, perawat, atau
tenaga kesehatan lain.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pendokumentasian


untuk pasien tahap terminal (akhir kehidupan) adalah :
1. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien yang menyebabkan
ketidaknyamanan.
2. Pemberi pelayanan harus mengenali tahapan menjelang ajal
3. Pemberi pelayanan memberikan dukungan sistem / lingkungan bagi pasien
terminal
4. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal yang membuat
pasien terminal merasa nyaman atau tidak nyaman.
5. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan pasien
terminal

12
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal :
Direktur RSU Mamami

dr. Efrisca M. Damanik, M.Biomed., Sp.PA

13

Anda mungkin juga menyukai