Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK

Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

BAB I
DEFINISI

A. PENDAHULUAN
Pasien yang menuju akhir hidupnya, dan keluarganya,
memerlukan asuhan yang terfokus akan kebutuhan mereka yang unik.
Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami gejala yang berhubungan
dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan
yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual dan
budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses kematian. Keluarga
dan pemberi pelayanan dapat diberikan kelonggaran dalam melayani
anggota keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu
meringankan rasa sedih dan kehilangan

B. LATAR BELAKANG
Untuk memberikan asuhan pada akhir kehidupan
Rumah Sakit harus mempertimbangkan tempat asuhan atau
pelayanan yang diberikan, tipe pelayanan yang diberikan dan
kelompok pasien yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan
proses untuk mengelola pelayanan akhir hidup. Proses
tersebut adalah :
1. memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan
asesmen dan dikelola secara tepat.
2. memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal
dilayani dengan hormat dan respek.
3. melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin
sesuai kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala.
4. merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam
mengelola gejala-gejala.
5. mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

Pasien yang dalam proses kematian mempunyai


kebutuhan khusus untuk dilayani dengan penuh hormat dan
kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan
uniknya kebutuhan pasien dalam keadaan akhir
kehidupannya. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat
pasien mengarahkan semua aspek asuhan selama stadium
akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah
sakit termasuk:
1. pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan
keinginan pasien dan keluarga;
2. menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi
organ
3. menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi
budaya
4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua
aspek pelayanan;
5. memberi respon pada masalah-masalah psikologis,
emosional, spiritual dan budaya dari pasien dan
keluarganya.
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan
kebutuhan pasien yang unik pada akhir hidupnya. Rumah sakit
mengevaluasi mutu asuhan akhir-kehidupan, berdasarkan evaluasi
(serta persepsi) keluarga dan staf, terhadap asuhan yang diberikan

C. PENGERTIAN
a. Kondisi Terminal adalahsuatu kondisi yang disebabkan
oleh cedera ataupenyakit dimana terjadi kerusakan organ
multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi kesehatan
terkini tak mungkinlagidapatdilakukan perbaikansehingga
akan menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang
singkat. Pengaplikasian terapi untuk
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

memperpanjang/mempertahankan hidup hanya akan


berefek dan memperlama proses penderitaan/sekarat
pasien.
b. Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi
terminal yang makin lama makin memburuk
c. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah
sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
d. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas
spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan
semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
e. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik
setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung,
ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa
jam atau hari.
f. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi
kerusakan seluruh isisaraf/neuron al intrakranial yang
tidak dapat pulih termasuk batang otakdan serebelum.
g. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
h. Witholding life support adalah penundaan bantuan hidup
i. Withdrowing life support adalah penghentian bantuan
hidup
j. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah
pelayanan tindakan penghentian bantuan hidup
(Withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup
(Witholding life suppot)
k. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah
pernyataan setuju(consent) atau ijin dari seseorang (pasien)
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

yang diberikan secara bebas,rasional, tanpa paksaan


(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi
yang cukup (informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
l. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh
dari donorkepada resipien.
m. Perawatan Paliatifadalah upaya medik untuk
meningkatkan ataumempertahankan kualitas hidup pasien
dalam kondisi terminal.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

BAB II

RUANG LINGKUP

A. ASPEK MEDIS
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan
hukum sekarang ini mendefinisikan kematian dalam
pengertian mati otak (MO) walaupun jantung mungkin masih
berdenyut dan ventilasi buatan (ventilator) dipertahankan.
Akan tetapi banyak pula yang memakai konsep mati batang
otak (MBO) sebagai pengganti MO dalam penentuan mati.
Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang kedokteran maka banyak pilihan pengobatan yang
berguna memberi bantuan hidup terhadap pasien tahap
terminal. Pilihan ini sering kali menimbulkan dilema terutama
bagi keluarga pasien karena mereka menyadari bahwa
tindakan tersebut bukan upaya penyembuhan dan hanyaakan
menambah penderitaan

B. Aspek Keperawatan
Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien,
yaitu mulai dari titik yang aktual dimana pasien dinyatakan
kritis sampai diputuskan meninggal dunia atau mati.
Seseorang dinyatakan meninggal/ mati apabila fungsi jantung
dan paru berhenti, kematian sistemik atau kematian sistem
tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak
merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan
fungsi yang ireversibel, selanjutnya organ-organ lain akan
mati. Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual
tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami,
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

yang ditunjukan oleh pasien terminal.


Ada 5 fase menjelang kematian, yaitu :
a. Denial (fase penyangkalan/ pengingkaran diri)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia menderita
penyakit yang parah dan dia tidak dapat menerima
informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya. Penyangkalan ini merupakan mekanisme
pertahanan yang acap kali ditemukan pada hamper setiap
pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan
tentang keadaan dirinya.
b. Anger ( fase kemarahan )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari
kenyataan bahwa ia akan meninggal. Masanya tiba
dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah
dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan
munculnya ketakutan dan kemarahan. Kemarahan ini
seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-
cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di
rumah. Umumnya pemberi pelayanan tidak menyadari,
bahwa tingkah laku pasien sebagai ekspresi dari frustasi
yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien
adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari
orang-orang yang tersinggung oleh karena kemarahannya.
c. Bargaining ( fase tawar menawar ).
Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar
untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi
penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam
hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan
kasih-Mu, dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku
akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

melayaniMu."
d. Depresion (fase depresi)
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase
depresi. Penderita merasa putus asa melihat masa
depannya yang tanpa harapan.
e. Acceptance (fase menerima /pasrah)
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan
menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya,
setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat
menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat.
Mereka mulai kehilangan kegairahan untuk
berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan
persoalan - persoalan disekitarnya.

Pasien dalam kondisi terminal akanmengalami berbagai


masalah baik fisik, psikologis, maupun sosio-spiritual,
antaralain:
a. Problem oksigenisasi; nafas tidak teratur, cepat atau
lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental, agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hypoksia, akumulasi sekret, nadi
ireguler.
b. Problem eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas
memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan asupan
makanan juga mempengaruhi konstipasi, inkontinensia
fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi
penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin
terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit
misalnya trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit misalnya
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

gagalginjal
c. Problem nutrisi dan cairan; asupan makanan dan cairan
menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering
dan membengkak, mual, muntah,cegukan, dehidrasi
terjadi karena asupan cairan menurun
d. Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga
harus memakai selimut
e. Problem sensori; Penglihatan menjadi kabur, refleks
berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan
kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun.
Penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
f. Problem nyeri; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu
didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
g. Problem kulit dan mobilitas; sering kali tirah baring
lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah psikologis; pasien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan
marah dan putus asa.

C. PerawatanPaliatif
Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan
quality of death. Perawatan paliatif menyangkut psikologis,
spiritualis, fisik, keadaan sosial. Terkait hal ini, memberikan
pemahaman bagi keluarga dan pasien sangat penting agar
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

keluarga mengerti betul bahwa pasien tidak akan sembuh,


sehingga mereka akan memberikan perhatian dan kasih
sayang diakhir kehidupan pasien tersebut.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

BAB III
KEBIJAKAN

1. UPTD RSUD Kota Pontianak memberikan proses pelayanan


yang mendukung dan mengedepankan hak pasien dan
keluargapasien.
2. Memiliki prosedur yang berkaitan dengan hak pasien dan
keluarga.
3. Mendukung hak pasien untuk mendapat pelayanan yang
menghargai dan penuh kasih sayang dalam menghadapi
akhir kehidupannya.
4. Pelayanan pasien tahap terminal dilakukan assesmen awal
dan ulang sesuai kebutuhan mereka.
5. Rumah sakit memberikan pelayanan pasien tahap terminal
dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarganya
serta mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien
yang didokumentasikan dalam rekam medis.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

BAB IV

TATA LAKSANA

A. ASSESMENT
Layanan tahap akhir di rumah sakit dilakukan di instalasi
gawat darurat dan di unit rawat inap. Adapun proses
operasional pelayanan ini atau asesmen pasien tahap
terminal dilakukan oleh perawat/ bidan dengan kualifikasi
lulusan D3 / D4 / S1 keperawatan atau kebidanan yang
mempunyai surat tanda registrasi ( STR ), yang meliputi
intervensi atau mengurangi rasa sakit, gejala primer, dan
atau sekunder, mencegah gejala dan komplikasi sedapat
mungkin, intensitas dalam hal masalah psikologis, pasien
dan keluarga, masalah emosional dan kebutuhan spiritual
mengenai kematian dan kesusahan, intervensi dalam
masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga,
serta mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam
pemberian pelayanan.
Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan
memperlihatkan tingkah laku yang khas antara lain:
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur
angsur yang dimulai pada gerakan paling ujung
khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang
terasa dingin danlembab.
2. Kulit nampak kebiru biruan kelabu ataupucat.
3. Nadi mulai tak teratur lemah danpucat.
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas
cyenenokes.
5. Menurunnya tekanan darah peredaran darah perifer
menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi


dariindividu.
6. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang
tadinya kelihatan cemas tampak lebih pasrahmenerima.

B. PENATALAKSANAAN PASIEN TAHAP TERMINAL


1. Perawat dan dokter dapat mengenali pasien dalam kondisi
terminal serta melibatkan pasien dan keluarga dalam
pelayanannya.
2. Dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan harus
berpegang pada kebutuhan unik pasien terminal termasuk
pengobatan gejala primer atau sekunder, menejemen
nyeri, respon terhadap aspek psikologis, social, emosional,
agama dan budaya pasien dan keluarganya.
3. DPJP menentukan pasien dalam kondisi terminal dan
mendokumentasikan di rekam medis.
4. Pasien mengkomunikasikan harapan dan keinginannya
baik secara verbal maupun tertulis pada dokter atau
perawat tentang bagaimana perawatan yang dia harapkan
diterima pada tahap akhir kehidupan. Jika tidak
memungkinkan petugas dapat menanyakanya kepada
pasien atau keluarga, wali atau orang terdekat termasuk
didalamnya apakah pasien mengharapkan resusitasi
jantung paru atau tidak.
5. Pasien jika diinginkan dapat menolak penanganan khusus
tertentu di depan ataupun menunjuk seseorang baik
keluara atau wali, orang terdekat untuk dapat
mewakilinya membuat keputusan yang dia inginkan
manakala kondisi pasien tidak memungkinkan
mengkomunikasikanya sendiri.
6. Perawat menempatkan pasien di Ruangan yang relatif
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

tenang baik ruang tersendiri ataupun bila tidak tersedia


ruang tersendiri, tempat tidur diletakkan dekat dengan
nurse station.
7. Bila pasien masih dapat berkomunikasi, tanyakan dengan
suara yang lembut siapa anggota keluarga atau orang
terdekat wali yang pasien kehendaki untuk
mendampinginya.
8. Bila komunikasi langsung dengan pasien sudah tidak
dimungkinkan karena kondisi pasien, dengan suara dan
intonasi yang lembut petugas mempersilahkan keluarga
pasien atau wali atau orang terdekat untuk mendampingi
pasien.
9. Perawat menawarkan pada pasien dan atau keluarga, wali,
orang terdekat bila mana menghendaki pelayanan
kerohaniawan.
10. Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan
pengobatan dengan persetujuan pasien dan atau
keluarganya.
11. Melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai
terhadap pasien dalam tahap terminal. Problem yang
berkaitan dengan kematian antaralain:
a. Problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit
terminalnya.
b. Problem psichologi, ketidakberdayaan,
kehilangan kontrol, ketergantungan, dan kehilangan
diri dan harapan.
c. Problem sosial isolasi dan perpisahan
d. Problem spiritual
e. Ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan
dengan perlakuan yang didapat (dokter, perawat,
keluarga dan sebagainya)
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

12. Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap


terminal dengan hormat dan respek.
13. Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri,
secara primer atau sekunder serta memberikan
pengobatan sesuai permintaan pasien dan keluarga.
14. Menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis
diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien,
yang mencakup terapi alternatif atau terapi
nontradisional.
15. Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan
aspek budaya pasien dankeluarga.
16. Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang
ditinggalkan serta edukasi terhadap mekanisme
penanganannya.
17. Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
18. Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau
tindakan medis lainnya.
19. Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan.

C. FASILITAS
Fasilitas yang ada di IGD :
1. Monitor
2. ECG
3. Defibrilator
4. Ambubag(VSM)
5. Masker oksigen & TabungOksigen
6. Suctionset
7. Endoctrachealtube
8. Kateter
9. Pipa endotracheal
10. Nasogastric tube(NGT)
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

11. DisposibleSpuit
12. Alkoholswab
13. Injeksi Plug
14. Infus set
15. Injeksianalgesic
16. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas
atropin, danlain-lain)

Unit Rawat Inap (termasuk ICU) Fasilitas yang ada :


1. Monitor(ICU)
2. ECG
3. Defibrilator
4. Ventilator(ICU)
5. Ambubag(VSM)
6. Masker oksigen dan tabungoksigen
7. Suctionset
8. Endotrakealtube
9. Kateter
10. Pipa endotracheal
11. Nasogastric tube(NGT)
12. Disposiblespuit
13. Alkoholswab
14. Injeksi Plug
15. Infus set
16. Injeksi Analgesik
17. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas
atropin, danlain-lain).

Unit rawat inap lainnya :


Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut
menempati ruang biasa seperti zaal, maka pasien
ditempatkan pada bagian pinggir dekat nurse station, dan
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

ditemani oleh keluarga dan dimonitor oleh perawat sebagai


penanggung jawab untuk mengontrol kondisi pasien, dan bila
sewaktu-waktu mengalami perubahan kondisi dan
melaporkan pada Dokter Penanggung Jawab Pasien atau
dokter jaga IGD untuk memastikan kondisi pasien.
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tindakan
perawatan pasien setelah meninggal dunia atau perawatan
jenasah, dengan tujuan membersihkan danmerapikan
jenasah, memberikan penghormatan terakhir dan rasa puas
kepada sesama insani.
Setelah selesai perawatan jenasah, kemudian jenasah bisa
langsung dibawa pulang oleh keluarga atau bila menunggu
lebih dari ½ jam, dibawa ke kamar jenasah baru kemudian
dibawa pulang oleh keluarga, dengan serah terima antar
petugas kamar jenasah dan keluarga, gelang identitas dilepas.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPT DINAS RSUDKOTA PONTIANAK
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pemberlakuan Panduan tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal

BAB V

DOKUMENTASI

1. Lembar triase dan lembar assessmentIGD


2. Status rawat inap/ Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi
3. Formulir EWS
4. Format assesment pasien tahapterminal
5. Formulir edukasi terintegrasi
6. Formulir permintaan DNR (bilaperlu)
7. Formulir pelayanan kerohanian (bila diperlukan)
8. Surat keterangan meninggal

DIREKTUR UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PONTIANAK,

drg.Yuliastuti Saripawan,M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002

Anda mungkin juga menyukai