A. Pengertian
Kondisi akhir hayat adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Respon pasien dalam kondisi akhir hayat sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien akhir
hayat.
Rumah Sakit Umum Mamami sebagai penyedia pelayanan kesehatan perlu untuk
menyediakan pelayanan yang komprehensif bagi pasien dalam kondisi akhir hayat mengingat
dalam kondisi teminal pasien harus tetap menerima pelayanan yang sesuai dengan hak-hak
pasien seperti : hak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ajal, hak menerima
perhatian dalam pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan, hak untuk bebas dari
rasa sakit, hak untuk meninggal dengan damai dan bemartabat, serta hak untuk memperoleh
bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima
kematiannya.
Untuk dapat mengerti dan melaksanakan pelayanan secara baik dengan memperhatikan
hak-hak pasien, maka perlu adanya panduan pelayanan pasien pada tahap akhir hayat.
Kiranya panduan ini dapat bermanfaat agar semua petugas dalam memberikan pelayanan
pasien pada tahap akhir hayat di Rumah Sakit Umum Mamami.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dalam kondisi akhir hayat,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidupnya bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
Masalah yang perlu dilakukan pengkajian /asesmen pada pasien dalam tahap akhir
hayat antara lain :
a. Masalah Oksigenisasi :
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi
perifer menurun.perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler .
b. Masalah Eliminasi :
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat
dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa
terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi
urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c. Masalah Nutrisi dan Cairan :
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak,
mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
d. Masalah suhu :
Ekstremitas dingin, pasien kedinginan sehingga harus memakai selimut.
e. Masalah Sensori :
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun .
f. Masalah nyeri :
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
g. Masalah Kulit dan Mobilitas :
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
akhir hayat memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah Psikologis :
Pasien dalam tahap akhir hayat dan orang terdekatnya biasanya mengalami
banyak respon emosi seperti : perasaaan marah dan putus asa . Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien AKHIR HAYAT antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidupnya,
kehilangan harga diri dan harapan, dan kesenjangan komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual :
Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi akhir hayat dan
menderita penyakit kronis yang lama . Pasien memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagianpasien beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang
tidak diharapkan ; sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan; takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit akhir hayat dan kematian yang
dihadapi; penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga; takut akan hasil ( kematian ); dengan lingkungnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
b. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dengan
kegiatan keagamaan; kurang privasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa I : Ansietas
1) Bantu pasien untuk mengurangi ansietasnya ,seperti :
a) Berikan kepastian dan kenyamanan.
b) Tunjukkan sikap empati, jangan menghindari pertanyaan yang
diungkapkan oleh pasien.
c) Dorong pasien untuk mengungkapkan setiap ketakutan atau
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya.
d) Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif . Pasien yang cemas
mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan
kemampuan untuk belajar karena ansietas cenderung untuk
memperburuk masalah, menjebak pasien padalingkaran peningkatan
ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas pasien. Rencanakan pernyuluhan bilatingkatnya rendah
atau sedang . Beberapa rasa takut didasari olehinformasi yang tidak akurat
dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat.Untuk pasien
dengan ansietas berat atauparah tidak bisa menyerapinformasi yang
diberikan.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan mereka .
4) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk penguatan koping
positif.
b. Diagnosa II : Berduka
1) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya. Diskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan
sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan
bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan
ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka
yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota
keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi
tersebut.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu . Strategi koping positif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah.
3) Berikan dorongan pada pasien untuk mengekpresikan atribut diri yang
positif.Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri
dan penerimaan kematian yang terjadi.
4) Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
5) Berikan perawatan dengan penuh perhatian,seperti :
a) Membantu berdandan.
b) Mendukung fungsi kemandirian.
c) Memberikan obat nyeri saat diperlukan
d) Meningkatkan kenyamanan fisik
4. EVALUASI KEPERAWATAN :
a. Pasien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
b. Pasien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
c. Pasien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa.
d. Pasien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa dan akan
kembali kepada-Nya.
5. DOKUMENTASI
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan wajib didokumentasikan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dilakukan perawat
terhadap pasien sesuai kebijakan yang berlaku, karena dokumentasi keperawatan
merupakan dokumen legal dalam sistem pelayanan keperawatan, sehingga
diharapkan melalui dokumentasi yang baik maka informasi mengenai keadaan
kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
BAB IV
DOKUMENTASI