Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

PANDUAN PELAYANAN MENJELANG AKHIR HAYAT

RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI


KUPANG
2019
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Kondisi akhir hayat adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Respon pasien dalam kondisi akhir hayat sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien akhir
hayat.
Rumah Sakit Umum Mamami sebagai penyedia pelayanan kesehatan perlu untuk
menyediakan pelayanan yang komprehensif bagi pasien dalam kondisi akhir hayat mengingat
dalam kondisi teminal pasien harus tetap menerima pelayanan yang sesuai dengan hak-hak
pasien seperti : hak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ajal, hak menerima
perhatian dalam pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan, hak untuk bebas dari
rasa sakit, hak untuk meninggal dengan damai dan bemartabat, serta hak untuk memperoleh
bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima
kematiannya.
Untuk dapat mengerti dan melaksanakan pelayanan secara baik dengan memperhatikan
hak-hak pasien, maka perlu adanya panduan pelayanan pasien pada tahap akhir hayat.
Kiranya panduan ini dapat bermanfaat agar semua petugas dalam memberikan pelayanan
pasien pada tahap akhir hayat di Rumah Sakit Umum Mamami.

B. Maksud Dan Tujuan


Sebagai arahan bagi perawatan pasien dalam kondisi akhir hayat di Rumah Sakit Umum
Mamami, agar :
1. Terlaksanasnya perawatan pasien terminal yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
rumah sakit
2. Tersusunnya panduan pasien terminal
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis
4. Tersedianya sarana dan prasarana
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam pelayann pasien tahap akhir hayat meliputi :


1. Penyakit-penyakit yang menyebabkan pasien dalam kondisi akhir hayat
2. Masalah di akhir kehidupan
3. Tahap-tahap menjelang kematian
4. Tanda-tanda klinis menjelang kematian
5. Tanda- tanda klinis saat akan meninggal
6. Hak pasien dalam keadaan akhir hayat
7. Bantuan pelayanan pada pasien dalam keadaan akhir hayat
a. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Emosional
b. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Fisiologis
c. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Sosial
d. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Spiritual
8. Asuhan keperawatan pada pasien tahap akhir hayat
a. Pengkajian Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
d. Evaluasi Keperawatan
e. Pendokumentasian
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENYAKIT YANG MENYEBABKAN KONDISI AKHIR HAYAT


Beberapa penyakit yang bisa mengancam hidup seseorang atau yang dapat
menyebabkan pasien masuk dalam kondisi akhir hayat,antara lain:
1. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis,
Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan Hipertensi.
2. Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver,
Leukemia dll.
3. Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll.
4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia dll.
5. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-
Paru,jantung, ginjal dll).

B. MASALAH DI AKHIR KEHIDUPAN


Beberapa masalah yang muncul dalam akhir kehidupan pasien, antara lain :
1. Usaha memperpanjang hidup pasien, seperti :
a. Memulai atau menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang hidup;
b. Perawatan pasien dengan penyakit stadium akhir hayat dan penggunaan
peralatan bantuan hidup lanjut;
c. Teknologi eksperimental canggih seperti implantasi organ;
d. Percobaan mengakhiri hidup lebih awal melalui euthanasia.
2. Pengobatan paliatif yang diberikan pada pasien segala usia dari anak-anak dengan
penyakit kanker sampai orang tua yang hampir meninggal.S a l a h s a t u a spek
dalam pengobatan paliatif yang memerlukan perhatian lebih adalah kontrol rasa
sakit. Semua dokter dan perawat tidak boleh membiarkan pasien sekarat namun
tetap memberikan perawatan dengan belas kasih sekalipun pasien sudah tidak
mungkin disembuhkan
3. Upaya memperpanjang hidup dengan memberikan obat-obatan, intervensi resusitasi,
prosedur radiologi, dan perawatan intensif memerlukan keputusan mengenai kapan
memulai tindakan tersebut dan kapan menghentikannya. Setiap usaha untuk
memperpanjang kehidupan pasien harus diinformasikan kepada pasien / keluarga,
semua informasi tentang perawatan yang ada serta kemungkinan keberhasilannya.
Dokter harus tetap menghormati keputusan pasien apakah akan memulai atau
melanjutkan suatu terapi

C. TAHAP-TAHAP MENJELANG KEMATIAN


Kubler-Rosa (1969),telah menggambarkan/membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini,pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi,dan
menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:“Seharusnya
tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”.Beberapa orang bereaksi
pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan
sedih mengalami keadaan menjelang ajal).
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala
hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran
pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku kemarahan-
kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat
dengan pasien,seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Tawar menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.Pada
pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi,seringkali klien
berkata:“Ya Tuhan,jangan dulu saya mati dengan segera,sebelum anak saya lulus
jadi sarjana”.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien
yang sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.Fase ini
sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-
rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya:ingin bertemu dengan
keluarga terdekat,menulis surat wasiat,dan sebagainya.

D. TANDA-TANDA KLINIS MENJELANG KEMATIAN


1. Kehilangan tonus otot,yang ditandai :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai : nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
c. Variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang- kadang
pasien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir
yang berfungsi sebelum meninggal.

E. TANDA-TANDA KLINIS SAAT PASIEN AKAN MENINGGAL


1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan kecil
F. HAK PASIEN DALAM KEADAN AKHIR HAYAT
Untuk memberikan pelayananpada pasien yang dalam keadaan akhir hayat, petugas
harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini:
1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
2. Hak mempertahankan harapannya, tidak perduli apapun perubahan yang terjadi
3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun
yang terjadi.
4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang
sedang dihadapinya.
5. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatan
6. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara
berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi
tujuan memberikan rasa nyaman
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya
11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan
yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi
orang lain
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah
yang bersangkutan meninggal,
15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat
mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.

G. BANTUAN PELAYANAN PADA PASIEN DALAM TAHAP AKHIR HAYAT


1. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Emosional
a. Fase Denial/Menolak
Dokter/perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan
cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan- perasaannya.
b. Fase Anger /Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Dokter/Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih
merupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima
kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Fase Tawar - menawar
Pada fase ini dokter/perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah
dan takut yang tidak masuk akal.
d. Fase Depresi
Pada fase ini dokter/perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa
yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi
non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman- temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan
dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Fisiologis
a. Kebersihan Diri
Dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri pasien dilibatkan untuk mampu
melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit,
rambut, mulut, badan, dan sebagainya
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada pasien dengan
sakit akhir hayat, seperti morphin, heroin, dan lainya. Pemberian obat ini
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan pasien.Obat-
obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular/Subcutan,karena kondisi sistem sirkulasi sudah menurun
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk pasien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lender perlu dilakukan untuk membebaskan jalan
nafas,sedangkan bagi pasien yang tidak sadar, posisi yang baik adalah dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, pasien dapat dibantu untuk
bergerak,seperti:turun dari tempat tidur,ganti posisi tidur miring kiri,miring kanan
untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik,jika diperlukan dapat
digunakan alat untuk menyokong tubuh pasien,karena tonus otot sudah
menurun.
e. Nutrisi
Pasien sering kali anorexia,nausea karena adanya penurunan peristaltik.Dapat
diberikan anti emetik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi
tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, dokter perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan,kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena/Infus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinensia urin danfeses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganti setiap saat atau dipasang kateter.Harus
dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum,apabila terjadi lecet,harus
diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, pasien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Pasien masih
dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Sosial
Pasien dengan dying lebih baik ditempatkan diruang tersendiri atau pengawasan,
dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
pasien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman
dekat,atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan pasien sehubungan dengan sakitnya dan apakah pasien
perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan pasien pada saat-saat menerima kunjungan teman-teman
terdekatnya, yaitu dengan memberikan kesempatan pasien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri bila perlu dibantu perawat.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain untuk membawa buku-buku bacaan bagi pasien apabila pasien
mampu membacanya.
4. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada pasien/ keluarga tentang harapan hidupnya dan rencana
pasien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada pasien / keluarga bila ingin mendatangkan pemuka
agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual sesuai dengan
keyakinannya.
c. Membantu dan mendorong pasien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah sesuai
dengan keyakinan pasien harus diberikan dukungan. Perawat dan keluarga
harus mampu memberikan ketenangan melalui kegiatan spiritualnya,sehingga
kebutuhan spiritual pasien menjelang kematian dapat terpenuhi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dalam kondisi akhir hayat,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidupnya bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
Masalah yang perlu dilakukan pengkajian /asesmen pada pasien dalam tahap akhir
hayat antara lain :
a. Masalah Oksigenisasi :
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi
perifer menurun.perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler .
b. Masalah Eliminasi :
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat
dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa
terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi
urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c. Masalah Nutrisi dan Cairan :
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak,
mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
d. Masalah suhu :
Ekstremitas dingin, pasien kedinginan sehingga harus memakai selimut.
e. Masalah Sensori :
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun .
f. Masalah nyeri :
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
g. Masalah Kulit dan Mobilitas :
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
akhir hayat memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah Psikologis :
Pasien dalam tahap akhir hayat dan orang terdekatnya biasanya mengalami
banyak respon emosi seperti : perasaaan marah dan putus asa . Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien AKHIR HAYAT antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidupnya,
kehilangan harga diri dan harapan, dan kesenjangan komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual :
Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi akhir hayat dan
menderita penyakit kronis yang lama . Pasien memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagianpasien beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dilakukan pengkajian/asesmen :


a. Faktor Fisik.
Perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,
tanda-tanda vital, nyeri dan mobilisasi.
b. Faktor Psikologis.
Perubahan Psikologis yang menyertai pasien dalam kondisi akhir hayat yaitu
ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem
psikologis lain yang muncul seperti ketergantungan, kehilangan harga diri
dan harapan.
c. Faktor Sosial.
Pada kondisi akhir hayat pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung,
tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi.
Dalam kondisi akhir hayat, dukungan social sangat penting ,bisa dari teman
dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual.
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian,
bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.
Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemaninya disaat-saat
terakhirnya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang
tidak diharapkan ; sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan; takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit akhir hayat dan kematian yang
dihadapi; penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga; takut akan hasil ( kematian ); dengan lingkungnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
b. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dengan
kegiatan keagamaan; kurang privasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa I : Ansietas
1) Bantu pasien untuk mengurangi ansietasnya ,seperti :
a) Berikan kepastian dan kenyamanan.
b) Tunjukkan sikap empati, jangan menghindari pertanyaan yang
diungkapkan oleh pasien.
c) Dorong pasien untuk mengungkapkan setiap ketakutan atau
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya.
d) Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif . Pasien yang cemas
mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan
kemampuan untuk belajar karena ansietas cenderung untuk
memperburuk masalah, menjebak pasien padalingkaran peningkatan
ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas pasien. Rencanakan pernyuluhan bilatingkatnya rendah
atau sedang . Beberapa rasa takut didasari olehinformasi yang tidak akurat
dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat.Untuk pasien
dengan ansietas berat atauparah tidak bisa menyerapinformasi yang
diberikan.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan mereka .
4) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk penguatan koping
positif.

b. Diagnosa II : Berduka
1) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya. Diskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan
sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan
bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan
ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka
yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota
keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi
tersebut.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu . Strategi koping positif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah.
3) Berikan dorongan pada pasien untuk mengekpresikan atribut diri yang
positif.Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri
dan penerimaan kematian yang terjadi.
4) Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
5) Berikan perawatan dengan penuh perhatian,seperti :
a) Membantu berdandan.
b) Mendukung fungsi kemandirian.
c) Memberikan obat nyeri saat diperlukan
d) Meningkatkan kenyamanan fisik

c. Diagnosa III : Perubahan proses dalam keluarga


1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat pasien dan
tunjukkan pengertian yang empati. Kontak yang sering dan
mengkomunikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
mengurangi kecemasan pasien.
2) Izinkan keluarga atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan,
ketakutan dan kekawatiran.
3) Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas pasien dan keluarga.
4) Jelaskan tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dan berikan
informasi spesifik tentang kemajuan pasien.
5) Anjurkan keluarga untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan keperawatan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
meningkatkan interaksi keluarga berkelanjutan.

d. Diagnosa IV : Perubahan distress


1) Gali apakah pasien menginginkan untuk melaksanakan praktek /kegiatan
keagamaan karena melalui praktek ini dapat menjadi sumber kenyamanan
dan kekuatan bagi pasien.
2) Ekspesikan pengertian dan penerimaan kita tentang pentingnya keyakinan
dan praktik keagamaan atau spiritual pasien.
3) Berikan privasi dan ketenangan agar pasien dapat melaksanakan kegiatan
keagamaan dan berikan lingkungan yang memudahkan pasien untuk refleksi
dan perenungan.
4) Tawarkan untuk berdoa bersama atau membaca buku ke agamaan yang
disediakan oleh rumah sakit.
5) Tawarkan untuk menghubungkan bagian rohaniwan rumah sakit jika
dibutuhkan.

4. EVALUASI KEPERAWATAN :
a. Pasien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
b. Pasien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
c. Pasien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa.
d. Pasien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa dan akan
kembali kepada-Nya.

5. DOKUMENTASI
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan wajib didokumentasikan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dilakukan perawat
terhadap pasien sesuai kebijakan yang berlaku, karena dokumentasi keperawatan
merupakan dokumen legal dalam sistem pelayanan keperawatan, sehingga
diharapkan melalui dokumentasi yang baik maka informasi mengenai keadaan
kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Panduan Pelayanan Pasien Tahap AKHIR HAYAT


2. SPO-SPO terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini :
a. Asesmen Pelayanan pasien tahap akhir hayat
b. Pelayanan pasien tahap akhir hayat
3. Formulir pelayanan konseling pastoral
4. Metodologi pendokumentasian proses kerja ini Di Lembar Catatan Terintegrasi.
.

Anda mungkin juga menyukai