Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN PADA PASIEN TAHAP TERMINAL


UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN
KABUPATEN INDRAMAYU

UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN


Jl. Raya Krangkeng Indramayu Km 28 Kode Pos 45284
Telp/Hp(0234)7136366/085912930888
BAB I DEFINISI

1. Pengertian
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai
harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian.
Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual
tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial, yang dialami,
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan
dasar yang ditunjukan oleh pasien tahap terminal.
2. Tujuan
a. Dapat dilayaninya dengan baik hak dan kebutuhan mendasar
dari pasien dan keluarganya, sehingga timbul kekuatan dan
ketenangan jiwa
b. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
c. Meningkatnya kualitas pelayanan di UPTD Rumah
Sakit Umum Daerah Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten
Indramayu khususnya pasien tahap terminal (akhir
kehidupan).
d. Tercapainya kembali dan dapat mempertahankan
kenyamanan fisik pasien.
e. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
pasien.
f. Mempertahankan harapan.
g. Mencapai kenyamanan spiritual.
h. Menghindari/mengurangi rasa kesepian, takut, depresi
dan isolasi.
i. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
dari pasien.
j. Membantu pasien dalam menerima kehilangan.
BAB II RUANG

LINGKUP

1. Pedoman pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan)


digunakan kepada semua pasien UPTD Rumah Sakit Umum
Daerah Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten Indramayu yang
menuju akhir kehidupan, dan keluarganya yang berhubungan
dengan proses penyakit, atau terapi kuratif atau pasien yang
memerlukan bantuan yang berhubungan dengan
masalah- masalah psikologis, spiritual dan budaya yang
berkaitan dengan kematian dan proses kematian.
2. Pelaksana pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir
kehidupan) meliputi unsur pimpinan, kepala unit pelayanan dan
staf pelaksana pelayanan dengan melibatkan pasien
dan keluarga.
3. Prinsip
a. Pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) harus
terfokus pada kebutuhan pasien yang berhubungan dengan
proses penyakit atau masalah-masalah psikososial, spiritual
dan budaya yang berkaitan dengan proses kematian.
b. Pelayanan pada pasien tahap terminal (akhir kehidupan)
harus mempertimbangkan tempat asuhan atau
pelayanan yang diberikan.
c. Pelayanan asuhan pada tahap terminal harus
mengembangkan proses untuk mengelola pelayanan akhir
hidup seperti pasien di layani dengan hormat dan respek.
4. Hak dan kewajiban pemberi pelayanan terhadap pasien terminal
Pokok-pokok dalam memberikan pelayanan pada pasien
terminal terdiri dari :
a. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi pasien terminal dan pasien menjelang
ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distress
psikobiologis. Pemberi pelayanan harus memberikan
bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan
bagi pasien terminal. Kontrol nyeri terutama penting
karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan
fungsi psikologis.
Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga
mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi.
Pasien mungkin akan bergantung pada pemberi pelayanan
dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya,
sehingga bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi
keluarga tentang bagaimana cara memberikan
kenyamanan pada pasien.
b. Pemeliharaan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien dalam
keadaan terminal (akhir kehidupan) adalah perawatan
intensif, pilihan lain adalah perawatan hosfice yang
memungkinkan seperti perawatan komprehensif. Pemberi
pelayanan harus memberikan informasi tentang pilihan ini
kepada keluarga dan pasien.
Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam
melakukan aktivitasnya. Mengijinkan kepada pasien untuk
melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca
akan meningkatkan martabat pasien. Pemberi pelayanan
tidak boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika
ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut
menjadi sulit. Pemberi pelayanan bisa memberikan dorongan
kepada keluarga untuk membiarkan pasien membuat
keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Pemberi pelayanan membutuhkan kesabaran dan
pengalaman merespon secara efektif terhadap pasien tahap
terminal (akhir kehidupan). Untuk mencegah kesepian dan
penyimpangan sensori, pemberi pelayanan mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Lingkungan harus di beri pencahayaan yang baik,
keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah
kesepian. Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan
bersama pasien terminal sepanjang waktu apalagi pasien
menjelang ajal. Pemberi pelayanan memberikan
bimbingan kepada keluarga untuk tetap selalu bersama
pasien kasus terminal terutama saat-saat akhir
kehidupannya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih
besar dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian
mendekat, pasien sering mencari ketenangan. Pemberi
pelayanan dan keluarga dapat membantu pasien
mengekspresikan nilai dan keyakinannya.
Pasien terminal mungkin mencari untuk menemukan
tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada
kematian. Pasien mungkin minta pengampunan baik dari
yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain
kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta, cinta
dapat diekspresikan dengan baik melalui pelayanan yang
tulus dan penuh simpati dari pemberi pelayanan dan
keluarga.
Pemberi pelayanan dan keluarga memberikan
ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan
komunikasi, empati, berdo’a dengan pasien, membaca kitab
suci atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu
menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai.
Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada
pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas
atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi salama fase
kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam melaksanakan pedoman pelayanan pasien tahap


terminal (akhir kehidupan), para petugas kesehatan seyogyanya
memahami penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan seseorang
dalam kondisi terminal/mengancam hidup, problem yang dihadapi
pasien tahap terminal, faktor yang perlu dikaji pada pasien tahap
terminal dan lain-lain.
A. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam
kondisi terminal (akhir kehidupan)
1. Penyakit Kronis seperti : TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,
sirosis hepatis, penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan
hipertensi.
2. Kondisi keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru,
Ca
Pankreas, Ca Liver, Leukimia.
3. Kelainan syaraf seperti paralise, Stroke, hydrocephalus dll
4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
5. Kecelakaan /trauma seperti trauma kapitis, trauma organ
vital
(paru-paru atau jantung), ginjal, dll
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap
penyakit yang mengancam hidup menjadi empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala
atau faktor resiko penyakit
2. Fase akut : berpusat pada kondisi kritis. Pasien dihadapkan
pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,
interpersonal, maupun psikologis.
3. Fase kronis : pasien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya
4. Fase terminal : dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
B. Gambaran Problem yang dihadapi pasien kondisi terminal
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial spiritual, antara
lain :

1. Problem oksigenisasi : respirasi irregular, cepat atau lambat,


pernafasan cheynes stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental : agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi irregler.
2. Problem Eliminasi : konstipasi, medikasi atau imobilisasi
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan
asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit (Ca Colon), retensi urin, inkontinensia
urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misal trauma medulla spinalis, oliguri terjadi
seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
misalnya gagal ginjal.
3. Problem Nutrisi dan Cairan : asupan makanan dan
cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kering dan membengkak, mual muntah, cegukan, dehidrasi
terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem Suhu : ekstremitas dingin, sehingga harus memakai
selimut.
5. Problem Sensori : penglihatan menjadi kabur, reflex berkedip
hilang saat mendekati kamatian, menyebabkan kekeringan
pada kornea, pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun.
6. Problem nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kanyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas : sering kali tirah baring lama
menimbulakan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis : pasien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan
marah dan putus asa sering kali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.

9. Perubahan Sosial-Spiritual, pasien mulai merasa hidup


sendiri, terisolasi, akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan
menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan
takut akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang / pasien yang menghadapi tahap terminal (akhir
kehidupan) akan menjalani hidup, merespon berbagai
kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien tahap terminal (akhir kehidupan)
sering bukan pada kematian itu sendiri tapi lebih pada
kehilangan control terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri
yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan
ketakutan dan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan, atau sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintainya.
C. Faktor-faktor yang perlu di kaji pada pasien tahap
terminal, antara lain :
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal (akhir kehidupan) pasien
dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala
fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,
tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Pemberi pelayanan harus mengenali perubahan fisik
yang terjadi pada pasien, pasien mungkin mengalami berbagai
gejala selama berbulan-bulan sebelum masuk kondisi
akhir kehidupan. Pemberi pelayanan harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan pasien dalam memelihara diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam
kondisi terminal. Pemberi pelayanan harus peka dan
mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal,
harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah.
Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga
diri dan harapan. Pemberi pelayanan harus mengenali
tahapan- tahapan menjelang ajal yang terjadi pada pasien
terminal.
3. Faktor Sosial
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana interaksi
pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini
pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak
ingin berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa
prilaku isolasi. Pemberi pelayanan harus bisa mengenali
tanda-tanda pasien mengisolasi diri, sehingga pasien dapat
diberikan dukungan dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani pasien.
4. Faktor Spiritual
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana
keyaninan pasien akan proses ahkir hayat, bagaimana sikap
pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan atau apakah semakin
berontak akan keadaannya. Pemberi pelayanan juga harus
mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama (rohaniawan) untuk
menemani disaat-saat terakhirnya.
D. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalan
Pengkajian
Pasien Terminal
Nilai , sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek budaya
yang mempengaruhi reaksi pasien terminal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan
berduka dan menghadapi akhir kehidupan.
Pemberi pelayanan tidak boleh menyamaratakan setiap
kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya,
sehingga reaksi menghakimi harus harus dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus di
beri dukungan.
Pemberi pelayanan harus mampu memberikan ketenangan
melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Pemberi pelayanan harus
sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan
menghadapi akhir kehidupan, sehingga kebutuhan spiritual
pasien menjelang kematian dapat terpenuhi.
BAB IV

DOKUMENTASI

Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap


terminal
(akhir kehidupan) secara garis besar bertujuan untuk :
a. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti
fakta, gambaran, hasil observasi kesehatan pasien ke tim
kesehatan lainnya.
b. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam
merawat pasien yang lebih spesifik.
c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang
digunakan sebagai referensi kesehatan pasien.
Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada
sumber (Source Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien
didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang
membuat yaitu catatan kesehatan yang di buat dokter, perawat,
atau tenaga kesehatan lain.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam
pendokumentasian untuk pasien tahap terminal (akhir kehidupan)
adalah :
a. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien yang
menyebabkan ketidaknyamanan.
b. Pemberi pelayanan harus mengenali tahapan menjelang ajal
c. Pemberi pelayanan memberikan dukungan system /
lingkungan bagi pasien terminal
d. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal
yang membuat pasien terminal merasa nyaman atau
tidak nyaman.
e. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan
interaksi dengan pasien terminal
DAFTAR PUSTAKA

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin.

Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed,1996.


Appleton&Lange, USA.

Craven, Ruth F. Fundamentals of Nursing : human healt and function.

Kozier,B. (1995). Fundamentals of Nursing : Concept Procees an


Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley

Potter, P (1998). Fundamentals of Nursing. Philadelphia : Lippincott.

Atkinson. Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Procees


Approach.

Ditetapkan di : Indramayu
Pada Tanggal : 2023

Direktur
UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin
Kabupaten Indramayu

Widiyana

Anda mungkin juga menyukai