Anda di halaman 1dari 13

1.

Pengertian

pasien yang menjelang ajal dan anggota keluarga berduka saat mereka mengetahui
kehilangan. Batasan karakteristik untuk diagnosis keperawatan duka cita adaptif
termasuk penyangkalan, rasa bersalah, marah, putus asa, merasa tidak berharga,
menangis dan tidak mampu untuk berkonsentrasi, Karaketristik tersebut dapat meluas
hingga pikiran bunuh diri, waham dan halusinasi.

2. Penyebab

1) Penyakit Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).

2) Penyakit kronis, misalnya:

a) CVD (cerebrovascular diseases)

b) CRF (chronic renal failure (gagal ginjal])

c) Diabetes melitus (gangguan endokrin)

d) MCI (myocard infarct [gangguan kardiovaskular])

e) COPD (chronic obstruction pulmonary diseases

3) Penyakit Terminal

a) Penyakit kanker

b) Penyakit-penyakit infeksi

e) Stroke multiple falure

d) Akibat Kecelakaan Fatal

e) AIDS
4. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis menjelang kematian

1. Kehilangan tonus otot

Relaksasi otot wajah (misalnya rahang dapat turun) Sulit berbicara, Sulit menelan dan
secara bertahap kehilangan refleks muntah, Aktivitas saluran gastrointestinal menurun,
yang pada akhirnya disertai dengan mual, akumulasi flatus, distensi abdomen, dan
referensi feses, terutama jika narkotik atau penenang diberikan Kemungkinan
inkontinensin kemih dan rektal akibat penurunan control spinkter Penurunan
pergerakan tubuh

2. Perlambatan sirkulasi

Sensasi berkurang Bercak dan sianosis pada ekstremitas Kulit dingin, pertama di kaki
dan kemudian di tangan telinga, dan hidung (namun pasien dapat merasa hangat jika
terdapat peningkatan suhu tubuh) Perlambatan dan pelemahan denyut nadi Penurunan
tekanan darah

3. Perubahan respirasi

Pemapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal: napas berisik,
disebut sebagai lonceng kematian, karena berkumpulnya lender di kerongkongan:
peranapasan melalui mulut membrane mukosa oral kering

4. Kerusakan sensori

Pandangan kabur, Kerusakan sensasi indra perasa dan pencium

4. Penatalaksanaan medis

Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegakan.
Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya
dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Klien mungkin
mengalami banyak gejal selama berbulan-bulan sebelum terjadi kematian. Perawat
dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara yang
meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respect dan
perhatian.

a. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamaan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress
psikobiologis (Oncologi Nursing Society and The American Nurses Association.
1979). Perawat member berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.

b. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri menggangu tidur, nafsu makan.
mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien
kanker. Makin cepat klien menjelang ajal mendapat peredaan nyeri, makin banyak
energy yang mereka miliki untuk berpartisipasi dalam aktivitas kualitas hidup.
Pemberian kenyamanan bagi klien sakit terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit atau pemberian terapi yang didapat klien. Hygiene personal adalah bagian
rutindari mempertahankan kenyamanan klien dengan penyakit terminal. Klien
mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat atau keluarganya untuk pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Bila memungkinkan, klien membuat keputusan mereka sendiri
tentang perawatan.

c. Pemeliharaan Kemandirian

Pilihan yang penting bagi klien menjelang ajal adalah memilih tempat perawatan.
Banyak pilihan tempat selain dari perawatan akut di rumah sakit. Perawatan hospice
memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus menginformasikan
klien tentang pilihan ini. Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak
mugkin mapan-diri. Mengizinkan klien klien untuk melakukan tugassederhana seprti
mandi, memasang kacamata, dan makan akan mempertahankan martabat dan rasa
makna-diri. Ketika klien tidak mampu secara fisik untuk melakukan perawatan din,
perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk memberikan rasa kontrol diri klien. Perawat mencari isyarat non-
verbal yang menunjukkan ketidakinginan berpartisipasi dalam perawatan. Perawat
tidak boleh memaksakan pertisipasi, terutama sekali jika ketidakmampuan secara fisik
membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Keluarga yang kuatiran sering cenderung
mengambil alih untuk klien. Perawat dapat member dorongan kepada keluarga untuk
membiarkan pasien membuat keputusan Jika perawatan dilakukan di rumah, rutinitas
normal mungkin ditetapkan untuk membantu menciptakan rasa kontrol diri.

d. Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Jika perawat tidak terikat atau menghindari pembahasan tentang situasi yang dialami
klien, maka klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam. Perawt
membutuhkan kesadaran dan pengalaman untuk merespons secraa efektifterhadap
klien menjelang ajal. Sering kali perawat yang belum pernah merawat klien menjelang
ajal mendapati kesulitan untuk memberikan dukungan yang diperlukan bagi mereka
yang meninggal. Kematian menimbulkan kegagalan bagi banyak pemberi perawatan
kesehatan. Lebih jauh lagi, proses menjelang ajal dapat menyebabkan klien menjadi
tidak menyenangkan. Jika kondisi dapat menyebabkan bau yang menyengat,
inkontinensia, kebingungan, atau menyerang, maka perawat mungkin menghindari
klien. Di rumah sakit, seseorang menjelang ajal sering ditempatkan di ruang tersendiri
untuk menghindari pemajanan terhadap orang lain tentang penderitaan. Ruangan klien
mungkin diterangi dengan penerangan redup, tirai mungkin dipasang, dan suara
dikurangi. Tanpa stimulusi sensori yang bermakna orang yang menjelang ajal
mungkin merasa diabaikan dan diisolasi.

Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk


meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelangb ajal tidak harus secara rutin
ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan
keterlibatan ketika diarawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien
kemudian juga dapat berbagi percakapan dan kehadiran dengan klien lain satu ruangan
dan penjenguk. Namun demikian, ketika klien meninggal, perawat harus member
perhatian pada klien seruangan karena memperhatikan orang meninggal dapat sangat
menakutkan. Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna dengan menenangkan
klien. Ruangan di rumah sakit atau rumah harus diberi pencahayaan yang baik dan
diatur agar manrik dan harus memberikan pandangan yang menstimulasi. Gambar,
benda yang menyenangkan, kartu atau surat dari anggota keluarga, dan tumbuhan
hidup menghibur pasien Barang kali hal terpenting dalam mencagah kesepian adalah
keterlibatan klien dengan anggota keluarag dan teman. Keluarga dan teman klien dapat
lebih mudah berinteraksi dengan klien di rumah. Di rumah sakit atau fasilitas
perawtaan lainnya, penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang ajal
sepanjang waktu. Jika pasien dirawat bersama klien lain, perawat harus memastikan
bhawa penjenguk tidak mengganggu klien lain dalam satu ruangan. Jika beberapa
anggota keluarga menjenguk atau ingin tetep bersama klien, mungkin diperlukan
ruangan khusus. Klien menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada
malam hari dan mungkin merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di
samping tempat tidur. Perawat harus mengetahui cara menghubungi anggota keluarga
jika kunjungan diperlukan atau kondisi klien memburuk. pasien harus ditemani oleh
seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak boleh merasa bersalah jika mereka
tidak dapat selalu memberikan dukungan ini. Namun demikian, perawatan
membutuhkan waktuyang panjang untuk klien. Perawat harus mencoba untuk berada
bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan memperlihatkan perhatian
dan keharuan Untuk memberikan perawatan yang diperlukan oleh klien menjelang
ajal, mungkin ada baiknya untuk member dorongan dan dukungan pada keluarga klien
atau orang terdekat klien untuk tetap bersama klien.

e. Peningkatan Ketenangan Spiritual


Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta
kunjungan rohaniawan. Perawat dapat membri dukungan kepada klien dalam
mengekspresikan filosofi kehhidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering
mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan
dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan
mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekpresikan tentang nilai dan
keyakinan. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien menjelang ajal dapat
merasa bersalah jika hidup mereka tidak dianggap sebagai tidak bermakna. Klien
mungkinminta pengampunan, baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.
Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta. Cinta dapat dengan baik
diekpresikan melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati. Perawat atau keluarga
dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan
komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan klien, membaca literature yang
member inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya ditawarkan jika diminta oleh
klien atau keluarga. Membawakan doa atau berdoa sebagai cara menutup suatu diskusi
tidak memenuhi perasaan klien. (Stepnick & Perry, 1992)

f. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka

Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari
orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk memberikan
dukungan. Dalam lingkungan institusi, keluarga sering mengalami kesulitan dalam
memberikan dukungan. Perawat harus menggali nilai anggota keluarga sebagai
sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.
Menghargai dukacita adalah langkah pertama perawat dalam mengembangkan
hubungan suportif dengan keluarga. Ketika keluarga merasakan perhatian perawat.
mereka sering lebih rela untuk berbagi perasaan. Jika klien di rawat di rumah sakit,
perawat dapat menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga dengan menjelaskan
peralatan yang digunakan. Sebagian besar keluarga ingin mengetahui di mana selang
atau peralatan di pasang dalam tubuh klien, apakah alat tersebut menimbulkan sakit,
mengapa alat tersebut dibutuhkan, dan kapan alat tersebut akan dilepaskan (Doka.
1993). Sebelum menggunakan anggota keluarga sebagai sumber, perawat harus
menetapkan apakah mereka ingin dilibatkan Beberapa anggota keluarga tidak ingin
dilibatkan. Perawat mengkaji peran keluarga sebagai pengamat, penenang, atau
pemberi perawatan. Peran mereka sering berubah. Di rumah keluarga menjadi lebih
terlibat dalam perawtan klien. Mereka harus mengetahui apa yang dirahapkan terjadi.
Penyakit terminal menempatkan tuntutan yang besar pada sumber social dan financial
Ketegangan emosional sering menggangu saluran komunikasi normal. Keluarga
mungkin takut untuk berinteraksi dengan klien. Benoliel (1985) menggambarkan
situasi yang membuat sulit bagi keluarga untuk mengatasi tuntutan penyakit terminal.
Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol,
penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan
buruknya hubungan dengan pemberi perawatan

h. Perawatan Hospice

Hospice telah dibentuk setidaknya pada abad kelima maschi tetapi hampir menghilang
hingga tahun 1800-an. Keinginan untuk mengubah perawatan tradisional bagi klien
menjelang ajal telah mengarahkan pembentukan kembali program hospice. Program
hospice adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk
membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya
hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien
dengan program hospice mempunyai waktu untuk hidup 6 bulan atau kurang. Program
hospice dimulai di Irlandia pada tahun 1879, yang kemudian dibentuk di Inggris, dan
kemudian sampai di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1970-an (Kastenbaum,
1991). Terdapat beberapa tipe program hospice. Perawatan akut di rumah sakit dan
fasilitas perawatan jangka panjang sering mempunyai unit terpisah dan merancang
tempat tidur untuk perawatan hospice. Tim dari berbagai disiplin ilmu yang terlatih
bekerja sama dengan klien dan keluarganya komponen perawatan rumah dari program
hospice dioperasikan oleh rumah sakit atau lembaga perawatan kesehatan yang
terpisah. Selain program hospice yang berafiliasi dengan rumah sakit dan fasilitas
perawatan jangka panjang, terdapat juga program yang merawat klien di rumah.
Pitorak (1985) menggambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut :

1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan di bawah


administrasi rumah sakit.

2) Control gejala (fisik, fisiologis, dan spiritual)

3) Pelayanan yang diarahkan dokter

4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri atas dokter, perawat,
rohaniawan, pekerja social, dan konselor.

5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu

6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan

7) Tindak lanjut kehilang karena kematian setelah kematian klien

8) Penggunaan tenaga suka rela terlatih sebagai bagian dari tim


9) Penerimaan ke dalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar Program hospice menekankan
pengobatan paliatif yang mengontrol gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan
keluarga berpatisipasi dalam perawatan. Perawatan klien dikoordinasikan antara
lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien di rumah
selama mungkin, Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi
dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang
diperlukan untuk mendukung keluarga.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Untuk mendapatkan data dasar lengkap yang memungkinkan analisis akurat dan
identifikasi diagnosis keperawatan yang tepat untuk klien menjelang ajal dan
keluarga mereka, perawat pertama kali perlu mengetahui status pemahaman yang
ditunjukkan oleh klien dan anggota keluarga
→ Wawancara pengkajian klien menjelang ajal
Tanyakan kepada pasangan, rekan, atau orang terdekat :
1. Pernahkah anda dekat dengan seseorang yang sebelumnya menjelang ajal?
2. Apa yang pernah dikatakan kepada anda mengenai sesuatu yang mungkin terjadi
apabila terjadi kematian?
3. Apakah anda mempunyai pertanyaan mengenai apa yang mungkin terjadi di saat
kematian?
4. Menurut anda, bagaimana anda akan mengatakan selamat tinggal?
5. Bagaimana anda merawat diri sendiri selama ini?
6. Kepada siapa anda meminta bantuan pada masa ini?
7. Apakah ada orang yang ingin anda hubungi melalui saya saat ini atau saat
kematian terjadi?
Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yng tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Keputusasaan
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya
alternative pemecahan masalah yang dihadapi

Rencana keperawatan

N Perencanaan
O
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Hasil Kriteria Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Terapi relaksasi
keperawatan selama 15 (observasi)
menit dalam 1x pertemuan 1. Monitor respon
diharapkan tingkat ansietas terhadap terapi
menurun dengan kriteria relaksasi
hasil : 2. identifikasi
1. Perilaku gelisah penurunan tingkat
menurun energi,
2. Perilaku tegang ketidakmampuan
menurun berkonsentrasi, atau
3. Anoreksia menurun gejala lain yang
4. Verbalisasi khawatir mengganggu
akibat kondisi yang kemampuan kognitif
di hadapi menurun (Terapeutik)
1. gunakan suara
lembut dengan irama
lambat
2. ciptakan
lingkungan tenang
(Edukasi)
1. anjurkan
mengambil posisi
nyaman
2. anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
2. Keputusasaan Setelah dilakukan asuhan Dukungan
keperawatan selama 15 emosional
menit dalam 1x pertemuan (observasi)
diharapkan harapan pasien 1. identifikasi fungsi
meningkat dengan kriteria marah, frustasi, dan
hasil : amuk
1. Keterlibatan dalam 2. identifikasi hal
aktivitas perawatan yang telah memicu
meningkat emosi
2. Verbalisasi (Terapeutik)
keputusasaan menurun 1. Buat pernyataan
3. Perilaku pasif menurun suportif atau empati
selama fase berduka
2. lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan
(Edukasi)
1. anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang di
alami
(Kolaborasi)
1. rujuk untuk
konseling, jika perlu

Implementasi

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang


dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia et al., 2020).

Evaluasi

Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap keberhasilan rencana


keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien. Tahap ini merupakan kunci
keberhasilan dalam proses keperawatan.
Daftar pustaka

PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.(2018). StandarIntervensiKeperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.(2019). StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI..


LAPORAN PENDAHULUAN

NIM :

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI SARJANA TERAPAN

Anda mungkin juga menyukai