Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN MENJELANG AJAL

DISUSUN OLEH :
KDK KEMBAR AYU MANIK SUKRAENY (P07120218014)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI S.TR KEPERAWATAN
TAHUN 2020
A. Konsep dasar penyakit
1. Pengertian
Klien yang menjelang ajal dan anggota keluarga berduka saat mereka mengetahui
kehilangan. Batasan karakteristik untuk diagnosis keperawatan duka cita adaptif termasuk
penyangkalan, rasa bersalah, marah, putus asa, merasa tidak berharga, menangis dan tidak
mampu untuk berkonsentrasi. Karaketristik tersebut dapat meluas hingga pikiran bunuh
diri, waham dan halusinasi.
2. Penyebab
1) Penyakit Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
2) Penyakit kronis, misalnya:
a) CVD (cerebrovascular diseases)
b) CRF (chronic renal failure [gagal ginjal])
c) Diabetes melitus (gangguan endokrin)
d) MCI (myocard infarct [gangguan kardiovaskular])
e) COPD (chronic obstruction pulmonary diseases
3) Penyakit Terminal
a) Penyakit kanker
b) Penyakit-penyakit infeksi
c) Stroke multiple falure
d) Akibat Kecelakaan Fatal
e) AIDS
3. Pohon Masalah

ansietas Distress spiritual keputusasaan

Mengungkapkan
keputusasaan
Kurang pasrah

ketakutan kesepian

marah
Kekurangan harapan

Tahap Tahap tawar


penyangkalan Tahap marah menawar Tahap depresi
Penyakit
keganasan Penyakit kronis Penyakit terminal

4. Gejala klinis
Tanda-tanda klinis menjelang kematian :

1. Kehilangan tonus otot


- Relaksasi otot wajah (misalnya rahang dapat turun)
- Sulit berbicara
- Sulit menelan dan secara bertahap kehilangan refleks muntah
- Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya disertai dengan
mual, akumulasi flatus, distensi abdomen, dan referensi feses, terutama jika
narkotik atau penenang diberikan
- Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat penurunan control spinkter
- Penurunan pergerakan tubuh
2. Perlambatan sirkulasi
- Sensasi berkurang
- Bercak dan sianosis pada ekstremitas
- Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga, dan hidung (namun
klien dapat merasa hangat jika terdapat peningkatan suhu tubuh)
- Perlambatan dan pelemahan denyut nadi
- Penurunan tekanan darah
3. Perubahan respirasi
- Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal : napas berisik,
disebut sebagai lonceng kematian, karena berkumpulnya lender di kerongkongan :
peranapasan melalui mulut : membrane mukosa oral kering
4. Kerusakan sensori
- Pandangan kabur
- Kerusakan sensasi/indra perasa dan pencium

5. Penatalaksaan medis
Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegakan.
Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya
dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Klien mungkin mengalami
banyak gejal selama berbulan – bulan sebelum terjadi kematian. Perawat dapat berbagi
penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara yang meningkatkan
kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respect dan perhatian.

a. Peningkatan Kenyamanan
b. Kenyamaan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress
psikobiologis (Oncologi Nursing Society and The American Nurses Association,
1979). Perawat member berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.
c. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri menggangu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien
kanker. Makin cepat klien menjelang ajal mendapat peredaan nyeri, makin banyak
energy yang mereka miliki untuk berpartisipasi dalam aktivitas kualitas hidup.
Pemberian kenyamanan bagi klien sakit terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit atau pemberian terapi yang didapat klien.
Hygiene personal adalah bagian rutindari mempertahankan kenyamanan klien dengan
penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat atau
keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Bila memungkinkan, klien
membuat keputusan mereka sendiri tentang perawatan.
d. Pemeliharaan Kemandirian
Pilihan yang penting bagi klien menjelang ajal adalah memilih tempat
perawatan. Banyak pilihan tempat selain dari perawatan akut di rumah sakit.
Perawatan hospice memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus
menginformasikan klien tentang pilihan ini.
Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mugkin mapan-diri.
Mengizinkan klien klien untuk melakukan tugassederhana seprti mandi, memasang
kacamata, dan makan akan mempertahankan martabat dan rasa makna-diri. Ketika
klien tidak mampu secara fisik untuk melakukan perawatan diri, perawat dapat
memberikan dorongan
dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa
kontrol diri klien. Perawat mencari isyarat non-verbal yang menunjukkan
ketidakinginan berpartisipasi dalam perawatan. Perawat tidak boleh memaksakan
pertisipasi, terutama sekali jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi
tersebut menjadi sulit. Keluarga yang kuatiran sering cenderung mengambil alih
untuk klien. Perawat dapat member dorongan kepada keluarga untuk membiarkan
klien membuat keputusan. Jika perawatan dilakukan di rumah, rutinitas normal
mungkin ditetapkan untuk membantu menciptakan rasa kontrol diri.
e. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Jika perawat tidak terikat atau menghindari pembahasan tentang situasi yang
dialami klien, maka klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam.
Perawt membutuhkan kesadaran dan pengalaman untuk merespons secraa
efektifterhadap klien menjelang ajal. Sering kali perawat yang belum pernah merawat
klien menjelang ajal mendapati kesulitan untuk memberikan dukungan yang
diperlukan bagi mereka yang meninggal. Kematian menimbulkan kegagalan bagi
banyak pemberi perawatan kesehatan. Lebih jauh lagi, proses menjelang ajal dapat
menyebabkan klien menjadi tidak menyenangkan. Jika kondisi dapat menyebabkan
bau yang menyengat, inkontinensia, kebingungan, atau menyerang, maka perawat
mungkin menghindari klien. Di rumah sakit, seseorang menjelang ajal sering
ditempatkan di ruang tersendiri untuk menghindari pemajanan terhadap orang lain
tentang penderitaan. Ruangan klien mungkin diterangi dengan penerangan redup, tirai
mungkin dipasang, dan suara dikurangi. Tanpa stimulasi sensori yang bermakna orang
yang menjelang ajal mungkin merasa diabaikan dan diisolasi.
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelangb ajal tidak harus secara
rutin ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan
keterlibatan ketika diarawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien
kemudian juga dapat berbagi percakapan dan kehadiran dengan klien lain satu
ruangan dan penjenguk. Namun demikian, ketika klien meninggal, perawat harus
member perhatian pada klien seruangan karena memperhatikan orang meninggal
dapat sangat menakutkan.
Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna dengan menenangkan klien.
Ruangan di rumah sakit atau rumah harus diberi pencahayaan yang baik dan diatur
agar manrik dan harus memberikan pandangan yang menstimulasi. Gambar, benda
yang menyenangkan, kartu atau surat dari anggota keluarga, dan tumbuhan hidup
menghibur klien.
Barang kali hal terpenting dalam mencagah kesepian adalah keterlibatan klien
dengan anggota keluarag dan teman. Keluarga dan teman klien dapat lebih mudah
berinteraksi dengan klien di rumah. Di rumah sakit atau fasilitas perawtaan lainnya,
penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Jika
klien dirawat bersama klien lain, perawat harus memastikan bhawa penjenguk tidak
mengganggu klien lain dalam satu ruangan. Jika beberapa anggota keluarga
menjenguk atau ingin tetep bersama klien, mungkin diperlukan ruangan khusus. Klien
menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin
merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di samping tempat tidur.
Perawat harus mengetahui cara menghubungi anggota keluarga jika kunjungan
diperlukan atau kondisi klien memburuk.
Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak
boleh merasa bersalah jika mereka tidak dapat selalu memberikan dukungan ini.
Namun demikian, perawatan membutuhkan waktuyang panjang untuk klien. Perawat
harus mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan
memperlihatkan perhatian dan keharuan. Untuk memberikan perawatan yang
diperlukan oleh klien menjelang ajal, mungkin ada baiknya untuk member dorongan
dan dukungan pada keluarga klien atau orang terdekat klien untuk tetap bersama
klien.
f. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar
meminta kunjungan rohaniawan. Perawat dapat membri dukungan kepada klien dalam
mengekspresikan filosofi kehhidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering
mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan
dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan
mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekpresikan tentang nilai dan
keyakinan. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien menjelang ajal dapat
merasa bersalah jika hidup mereka tidak dianggap sebagai tidak bermakna. Klien
mungkinminta pengampunan, baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.
Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta. Cinta dapat dengan baik
diekpresikan melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati.
Perawatanatau keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan
klien, membaca literature yang member inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya
ditawarkan jika diminta oleh klien atau keluarga. Membawakan doa atau berdoa
sebagai cara menutup suatu diskusi tidak memenuhi perasaan klien. (Stepnick &
Perry, 1992)
g. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka
Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk
memberikan dukungan. Dalam lingkungan institusi, keluarga sering mengalami
kesulitan dalam memberikan dukungan. Perawat harus menggali nilai anggota
keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien
menjelang ajal.
Menghargai dukacita adalah langkah pertama perawat dalam mengembangkan
hubungan suportif dengan keluarga. Ketika keluarga merasakan perhatian perawat,
mereka sering lebih rela untuk berbagi perasaan. Jika klien di rawat di rumah sakit,
perawat dapat menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga dengan menjelaskan
peralatan yang digunakan. Sebagian besar keluarga ingin mengetahui di mana selang
atau peralatan di pasang dalam tubuh klien, apakah alat tersebut menimbulkan sakit,
mengapa alat tersebut dibutuhkan, dan kapan alat tersebut akan dilepaskan (Doka,
1993).
Sebelum menggunakan anggota keluarga sebagai sumber, perawat harus
menetapkan apakah mereka ingin dilibatkan. Beberapa anggota keluarga tidak ingin
dilibatkan. Perawat mengkaji peran keluarga sebagai pengamat, penenang, atau
pemberi perawatan. Peran mereka sering berubah.
Di rumah keluarga menjadi lebih terlibat dalam perawtan klien. Mereka harus
mengetahui apa yang dirahapkan terjadi. Penyakit terminal menempatkan tuntutan
yang besar pada sumber social dan financial. Ketegangan emosional sering
menggangu saluran komunikasi normal. Keluarga mungkintakut untuk berinteraksi
dengan klien. Benoliel (1985) menggambarkan situasi yang membuat sulit bagi
keluarga untuk mengatasi tuntutan penyakit terminal. Hal ini mencakup lamanya
periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak
menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan
pemberi perawatan.
h. Perawatan Hospice
Hospice telah dibentuk setidaknya pada abad kelima masehi tetapi hampir menghilang
hingga tahun 1800-an. Keinginan untuk mengubah perawatan tradisional bagi klien
menjelang ajal telah mengarahkan pembentukan kembali program hospice. Program
hospice adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk
membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan
gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar
klien dengan program hospice mempunyai waktu untuk hidup 6 bulan atau kurang.
Program hospice dimulai di Irlandia pada tahun 1879, yang kemudian dibentuk di
Inggris, dan kemudian sampai di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1970-an
(Kastenbaum, 1991).
Terdapat beberapa tipe program hospice. Perawatan akut di rumah sakit dan fasilitas
perawatan jangka panjang sering mempunyai unit terpisah dan merancang tempat
tidur untuk perawatan hospice. Tim dari berbagai disiplin ilmu yang terlatih bekerja
sama dengan klien dan keluarganya.komponen perawatan rumah dari program
hospice dioperasikan oleh rumah sakit atau lembaga perawatan kesehatan yang
terpisah. Selain program hospice yang berafiliasi dengan rumah sakit dan fasilitas
perawatan jangka panjang, terdapat juga program yang merawat klien di rumah.
Pitorak (1985) menggambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut.
1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan di bawah
administrasi rumah sakit.
2) Control gejala (fisik, fisiologis, dan spiritual)
3) Pelayanan yang diarahkan dokter
4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri atas dokter, perawat,
rohaniawan, pekerja social, dan konselor.
5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu
6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
7) Tindak lanjut kehilang karena kematian setelah kematian klien
8) Penggunaan tenaga suka rela terlatih sebagai bagian dari tim
9) Penerimaan ke dalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar
Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengontrol gejala
ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpatisipasi dalam perawatan.
Perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan
untuk tetap merawat klien di rumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi
perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan
sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung keluarga.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Untuk mendapatkan data dasar lengkap yang memungkinkan analisis akurat dan
identifikasi diagnosis keperawatan yang tepat untuk klien menjelang ajal dan keluarga
mereka, perawat pertama kali perlu mengetahui status pemahaman yang ditunjukkan oleh
klien dan anggota keluarga
 Wawancara pengkajian klien menjelang ajal
Tanyakan kepada pasangan, rekan, atau orang terdekat :
1. Pernahkah anda dekat dengan seseorang yang sebelumnya menjelang ajal?
2. Apa yang pernah dikatakan kepada anda mengenai sesuatu yang mungkin terjadi
apabila terjadi kematian?
3. Apakah anda mempunyai pertanyaan mengenaai apa yang mungkin terjadi di saat
kematian?
4. Menurut anda, bagaimana anda akan mengatakan selamat tinggal:
5. Bagaimana anda merawat diri sendiri selama ini?
6. Kepada siapa anda meminta bantuan pada masa ini?
7. Apakah ada orang yang ingin anda hubungi melalui saya saat ini atau saat
kematian terjadi?
2. Diagnosis keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yng tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Penyebab

 Krisis situasional
 Kebutuhan tidak terpenuhi
 Krisis maturasional
 Ancaman terhadap konsep diri
 Ancaman terhadap kematian
 Kekhawatiran mengalami kegagalan
 Disfungsi system keluarga
 Hubungan orang tua tua-anak tidak memuaskan
 Factor keturunan (temperamental mudah teragitasi sejak lahir)
 Penyalahgunaan obat
 Terpapar bahaya lingkungan
 Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor

Subjektif

 Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
 Sulit berkonsentrasi
Objektif

 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur
Gelaja dan tanda minor

Subjektif

 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya
Objektif

 Frekuensi napas meningkat


 Frekuensi nadi meningkat
 Tekanan darah meningkat
 Diaphoresis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu
Kondisi terkait
 Penyakit kronis progresif
 Penyakit akut
 Hospitalisasi
 Rencana operasi
 Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
 Penyakit neurologis
 Tahap tumbang
b. Keputusasaan
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya
alternative pemecahan masalah yang dihadapi
Penyebab
 Stress jangka Panjang
 Penurunan kondisi fisiologis
 Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
 Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
 Pembatasan aktivitas jangka Panjang
 Pengasingan
Gejala dan tanda mayor

subjektif

 Mengungkapkan keputusasaan
Objektif

 Berperilaku pasif
Gejala dan tanda minor

Subjektif

 Sulit tidur
 Selera makan menurun
Objektif

 Afek datar
 Kurang inisiatif
 Meninggalkan lawan bicara
 Kurang teribat dalam aktivitas perawatan
 Mengangkat bahu sebagai respon
Kondisi klinis terkait

 Penyakit kronis
 Penyakit terminal
 Penyakit yang tidak dapat disembunyikan
3. Rencana keperawatan

No diagnosa tujuan SLKI SIKI RASIONAL


1 ANSIETAS TUM : Klien dapat Setelah diberikan asuhan Label siki
menerima keadaannya keperawatan selama 15 menit Intervensi utama
TUK I : Klien dapat dalam 1x pertemuan Terapi relaksasi
membina hubungan saling diharapkan tingkat ansietas Observasi
percaya pasien menurun dengan -identifikasi penurunan tingkat Untuk mengetahui
TUKII: Mempertahankan kriteria hasil : energi, ketidakmampuan apakah ada
kenyamanan psikologis 1. Verbalisasi berkonsentrasi, atau gejala lain perubahan kondisi
pasien selama proses kebingunang menurun yang mengganggu kemampuan umum pasien
menjelang ajal 2. Verbalisasi khawatir kognitif
a. TUK III : a. Pasien akibat kondisi yang - identifikasi Teknik relaksasi Untuk
menemukan tujuan atau dihadapi menurun yang pernah efektif digunakan mengefektifkan
makna hidup dan minta 3. Perilaku gelisah - identifikasi kesediaan, intervensi
pengampunan menurun kemampuan, dan penggunaan
b. Memperoleh 4. Perilaku tegang Teknik sebelumnya
ketenangan spiritual : menurun - periksa ketegangan otot, nadi, Untuk mengetahui
membaca kitab suci 5. Keluhan pusing TD, dan suhu sebelum dan keadaan umum
c. Mengekspresikan nilai menurun sesudah latihan pasien
dan keyakinan 6. Anoreksia menurun - monitor respon terhadap Untuk mengukur
7. Palpitasi menurun terapi relaksasi respon yang
8. Frekuensi pernafasan Terapiutik dilakukan px
membaik
9. Frekuensi nadi -ciptakan lingkungan tenang Agar intervensi
membaik dan tanpa gangguan dengan berjalan lancar
10. Tekanan darah pencahayaan dan suhu ruang
membaik nyaman
11. Diaphoresis menurun - berikan informasi tertulis Agar pasien tidak
12. Tremor menurun tentang persiapan dan prosedur kurang informasi
13. Pucat menurun Teknik relaksasi
14. Konsentrasi membaik -gunakan pakaian longgar Agar pasien merasa
15. Pola tidur membaik nyaman
16. Perasaan keberdayaan
membaik -gunakan suara lembut dengan Agar px merasa
17. Kontak mata irama lambat dan berirama dihargai
membaik - gunakan relaksasi sebagai Agar ansietas bisa
18. Pola berkemih strategi penunjang dengan berkurang bahkan
membaik analgetik atau tindakan medis hilang tanpa obat
Orientasi membaik lainnya
Edukasi
-jelaskan tujuan manfaat
Batasan dan jenis relaksasi Agar pasien tidak
yang tersedia kurang informasi
-jelaskan secara rinci intervensi tentang intervensinya
relaksasi yg dipilih
- anjurkan mengambil posisi
nyaman Agar pasien nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi Agar ansietas segera
-anjurkan sering mengulangi hilang
atau melatih Teknik relaksasi

2 Keputusasaa TUM : klien dapat Setelah diberikan asuhan Intervensi utama


n meningkatkan keinginan keperawatan selama 15 menit Dukungan emosional
untuk hidup dalam 1x pertemuan Observasi
diharapkan harapan pasien -idenifikasi fungsi marah, Untuk mengetahui
TUK I: klien dapat meningkat pasien menurun frustasi, dan amuk bagi pasien sebab akibat pasien
membina hubungan saling dengan kriteria hasil : marah
percaya Harapan
TUK II: klien bisa berbagi 1. Keterlibatan dalam - identifikasi hal yang telah Agar lebih bisa
kesedihan aktivitas perawatan memicu emosi empati
TUK III : klien bisa lebih meningkat Terapiutik
bersemangat menjalani 2. Selera makan -fasilitasi menggunakan Agar perasaan pasien
pengobatan meningkat perasaan cemas, marah, atau tidak dipendam
3. Inisiatif meningkat sedih dalam hati
4. Minat komunikasi
verbal meningkat - buat pernyataan suportif atau Agar pasien berfikir
5. Verbalisasi empati selama fase berduka positif akan dirinya
keputusasaan
menurun - lakukan sentuhan untuk Agar pasien merasa
6. Perilaku pasif memberikan dukungan dihargai
menurun
7. Afek datar menurun - tetap Bersama pasien dan Agar pasien tidak
8. Mengangkat bahu saat pastikan keamanan selama merasa ditinggal
merespon menurun ansietas
9. Pola tidur membaik -kurangi tuntutan berfikir saat Agar pasien tidak
Motivasi sakit atau Lelah banyak fikiran
1. Pikiran berfokus masa Edukasi
depan meningkat -jelaskan konsekuensi tidak
2. Upaya menyusun menghadapi rasa bersalah dan
rencana tindakan malu Agar pasien mau
meningkat tegar dalam
3. Upaya mencari - anjurkan menggungkapkan menghadapi cobaan
sumber sesuai perasaan yang dialami
kebutuhan meningkat Agar tidak dipendam
4. Upaya mencari - anjurkan menggungkapkan dalam hati
dukungan meningkat pengalaman emosional
5. Perilaku bertujuan sebelumnya dan pola respon Agar pasien merasa
meningkat yang biasa digunakan lega bisa berbagi
6. Inisiatif meningkat -ajarkan menggunakan kesedihannya
7. Harga diri positif mekanisme pertahanan yang
meningkat tepat Agar pasien bisa
8. Keyakinan positif Kolaborasi bertahan hidup
meningkat -rujuk untuk konseling, jika
9. Berani mencari perlu
pengalaman Agar bisa ditangangi
meningkat kondisi kejiwaannya
10. Penyelesaian tugas
meningkat
11. Pengambilan
kesempatan
meningkat
12. Bertanggungjawab
meningkat

4. Implementasi
5. Evaluasi
Denpasar, 12 Oktober 2020
Kadek Kembar Ayu Manik Sukraeny

NIM : P07120218014

I Nengah Sumirta,SST,S.Kep,Ns.M.Kes

196510081986031001

Anda mungkin juga menyukai