DISUSUN OLEH :
KDK KEMBAR AYU MANIK SUKRAENY (P07120218014)
Mengungkapkan
keputusasaan
Kurang pasrah
ketakutan kesepian
marah
Kekurangan harapan
4. Gejala klinis
Tanda-tanda klinis menjelang kematian :
5. Penatalaksaan medis
Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegakan.
Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya
dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Klien mungkin mengalami
banyak gejal selama berbulan – bulan sebelum terjadi kematian. Perawat dapat berbagi
penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara yang meningkatkan
kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respect dan perhatian.
a. Peningkatan Kenyamanan
b. Kenyamaan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress
psikobiologis (Oncologi Nursing Society and The American Nurses Association,
1979). Perawat member berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.
c. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri menggangu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien
kanker. Makin cepat klien menjelang ajal mendapat peredaan nyeri, makin banyak
energy yang mereka miliki untuk berpartisipasi dalam aktivitas kualitas hidup.
Pemberian kenyamanan bagi klien sakit terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit atau pemberian terapi yang didapat klien.
Hygiene personal adalah bagian rutindari mempertahankan kenyamanan klien dengan
penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat atau
keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Bila memungkinkan, klien
membuat keputusan mereka sendiri tentang perawatan.
d. Pemeliharaan Kemandirian
Pilihan yang penting bagi klien menjelang ajal adalah memilih tempat
perawatan. Banyak pilihan tempat selain dari perawatan akut di rumah sakit.
Perawatan hospice memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus
menginformasikan klien tentang pilihan ini.
Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mugkin mapan-diri.
Mengizinkan klien klien untuk melakukan tugassederhana seprti mandi, memasang
kacamata, dan makan akan mempertahankan martabat dan rasa makna-diri. Ketika
klien tidak mampu secara fisik untuk melakukan perawatan diri, perawat dapat
memberikan dorongan
dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa
kontrol diri klien. Perawat mencari isyarat non-verbal yang menunjukkan
ketidakinginan berpartisipasi dalam perawatan. Perawat tidak boleh memaksakan
pertisipasi, terutama sekali jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi
tersebut menjadi sulit. Keluarga yang kuatiran sering cenderung mengambil alih
untuk klien. Perawat dapat member dorongan kepada keluarga untuk membiarkan
klien membuat keputusan. Jika perawatan dilakukan di rumah, rutinitas normal
mungkin ditetapkan untuk membantu menciptakan rasa kontrol diri.
e. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Jika perawat tidak terikat atau menghindari pembahasan tentang situasi yang
dialami klien, maka klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam.
Perawt membutuhkan kesadaran dan pengalaman untuk merespons secraa
efektifterhadap klien menjelang ajal. Sering kali perawat yang belum pernah merawat
klien menjelang ajal mendapati kesulitan untuk memberikan dukungan yang
diperlukan bagi mereka yang meninggal. Kematian menimbulkan kegagalan bagi
banyak pemberi perawatan kesehatan. Lebih jauh lagi, proses menjelang ajal dapat
menyebabkan klien menjadi tidak menyenangkan. Jika kondisi dapat menyebabkan
bau yang menyengat, inkontinensia, kebingungan, atau menyerang, maka perawat
mungkin menghindari klien. Di rumah sakit, seseorang menjelang ajal sering
ditempatkan di ruang tersendiri untuk menghindari pemajanan terhadap orang lain
tentang penderitaan. Ruangan klien mungkin diterangi dengan penerangan redup, tirai
mungkin dipasang, dan suara dikurangi. Tanpa stimulasi sensori yang bermakna orang
yang menjelang ajal mungkin merasa diabaikan dan diisolasi.
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelangb ajal tidak harus secara
rutin ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan
keterlibatan ketika diarawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien
kemudian juga dapat berbagi percakapan dan kehadiran dengan klien lain satu
ruangan dan penjenguk. Namun demikian, ketika klien meninggal, perawat harus
member perhatian pada klien seruangan karena memperhatikan orang meninggal
dapat sangat menakutkan.
Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna dengan menenangkan klien.
Ruangan di rumah sakit atau rumah harus diberi pencahayaan yang baik dan diatur
agar manrik dan harus memberikan pandangan yang menstimulasi. Gambar, benda
yang menyenangkan, kartu atau surat dari anggota keluarga, dan tumbuhan hidup
menghibur klien.
Barang kali hal terpenting dalam mencagah kesepian adalah keterlibatan klien
dengan anggota keluarag dan teman. Keluarga dan teman klien dapat lebih mudah
berinteraksi dengan klien di rumah. Di rumah sakit atau fasilitas perawtaan lainnya,
penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Jika
klien dirawat bersama klien lain, perawat harus memastikan bhawa penjenguk tidak
mengganggu klien lain dalam satu ruangan. Jika beberapa anggota keluarga
menjenguk atau ingin tetep bersama klien, mungkin diperlukan ruangan khusus. Klien
menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin
merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di samping tempat tidur.
Perawat harus mengetahui cara menghubungi anggota keluarga jika kunjungan
diperlukan atau kondisi klien memburuk.
Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak
boleh merasa bersalah jika mereka tidak dapat selalu memberikan dukungan ini.
Namun demikian, perawatan membutuhkan waktuyang panjang untuk klien. Perawat
harus mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan
memperlihatkan perhatian dan keharuan. Untuk memberikan perawatan yang
diperlukan oleh klien menjelang ajal, mungkin ada baiknya untuk member dorongan
dan dukungan pada keluarga klien atau orang terdekat klien untuk tetap bersama
klien.
f. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar
meminta kunjungan rohaniawan. Perawat dapat membri dukungan kepada klien dalam
mengekspresikan filosofi kehhidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering
mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan
dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan
mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekpresikan tentang nilai dan
keyakinan. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien menjelang ajal dapat
merasa bersalah jika hidup mereka tidak dianggap sebagai tidak bermakna. Klien
mungkinminta pengampunan, baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.
Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta. Cinta dapat dengan baik
diekpresikan melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati.
Perawatanatau keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan
klien, membaca literature yang member inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya
ditawarkan jika diminta oleh klien atau keluarga. Membawakan doa atau berdoa
sebagai cara menutup suatu diskusi tidak memenuhi perasaan klien. (Stepnick &
Perry, 1992)
g. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka
Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk
memberikan dukungan. Dalam lingkungan institusi, keluarga sering mengalami
kesulitan dalam memberikan dukungan. Perawat harus menggali nilai anggota
keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien
menjelang ajal.
Menghargai dukacita adalah langkah pertama perawat dalam mengembangkan
hubungan suportif dengan keluarga. Ketika keluarga merasakan perhatian perawat,
mereka sering lebih rela untuk berbagi perasaan. Jika klien di rawat di rumah sakit,
perawat dapat menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga dengan menjelaskan
peralatan yang digunakan. Sebagian besar keluarga ingin mengetahui di mana selang
atau peralatan di pasang dalam tubuh klien, apakah alat tersebut menimbulkan sakit,
mengapa alat tersebut dibutuhkan, dan kapan alat tersebut akan dilepaskan (Doka,
1993).
Sebelum menggunakan anggota keluarga sebagai sumber, perawat harus
menetapkan apakah mereka ingin dilibatkan. Beberapa anggota keluarga tidak ingin
dilibatkan. Perawat mengkaji peran keluarga sebagai pengamat, penenang, atau
pemberi perawatan. Peran mereka sering berubah.
Di rumah keluarga menjadi lebih terlibat dalam perawtan klien. Mereka harus
mengetahui apa yang dirahapkan terjadi. Penyakit terminal menempatkan tuntutan
yang besar pada sumber social dan financial. Ketegangan emosional sering
menggangu saluran komunikasi normal. Keluarga mungkintakut untuk berinteraksi
dengan klien. Benoliel (1985) menggambarkan situasi yang membuat sulit bagi
keluarga untuk mengatasi tuntutan penyakit terminal. Hal ini mencakup lamanya
periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak
menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan
pemberi perawatan.
h. Perawatan Hospice
Hospice telah dibentuk setidaknya pada abad kelima masehi tetapi hampir menghilang
hingga tahun 1800-an. Keinginan untuk mengubah perawatan tradisional bagi klien
menjelang ajal telah mengarahkan pembentukan kembali program hospice. Program
hospice adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk
membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan
gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar
klien dengan program hospice mempunyai waktu untuk hidup 6 bulan atau kurang.
Program hospice dimulai di Irlandia pada tahun 1879, yang kemudian dibentuk di
Inggris, dan kemudian sampai di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1970-an
(Kastenbaum, 1991).
Terdapat beberapa tipe program hospice. Perawatan akut di rumah sakit dan fasilitas
perawatan jangka panjang sering mempunyai unit terpisah dan merancang tempat
tidur untuk perawatan hospice. Tim dari berbagai disiplin ilmu yang terlatih bekerja
sama dengan klien dan keluarganya.komponen perawatan rumah dari program
hospice dioperasikan oleh rumah sakit atau lembaga perawatan kesehatan yang
terpisah. Selain program hospice yang berafiliasi dengan rumah sakit dan fasilitas
perawatan jangka panjang, terdapat juga program yang merawat klien di rumah.
Pitorak (1985) menggambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut.
1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan di bawah
administrasi rumah sakit.
2) Control gejala (fisik, fisiologis, dan spiritual)
3) Pelayanan yang diarahkan dokter
4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri atas dokter, perawat,
rohaniawan, pekerja social, dan konselor.
5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu
6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
7) Tindak lanjut kehilang karena kematian setelah kematian klien
8) Penggunaan tenaga suka rela terlatih sebagai bagian dari tim
9) Penerimaan ke dalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar
Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengontrol gejala
ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpatisipasi dalam perawatan.
Perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan
untuk tetap merawat klien di rumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi
perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan
sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung keluarga.
Krisis situasional
Kebutuhan tidak terpenuhi
Krisis maturasional
Ancaman terhadap konsep diri
Ancaman terhadap kematian
Kekhawatiran mengalami kegagalan
Disfungsi system keluarga
Hubungan orang tua tua-anak tidak memuaskan
Factor keturunan (temperamental mudah teragitasi sejak lahir)
Penyalahgunaan obat
Terpapar bahaya lingkungan
Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Merasa bingung
Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Sulit berkonsentrasi
Objektif
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
Gelaja dan tanda minor
Subjektif
Mengeluh pusing
Anoreksia
Palpitasi
Merasa tidak berdaya
Objektif
subjektif
Mengungkapkan keputusasaan
Objektif
Berperilaku pasif
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Sulit tidur
Selera makan menurun
Objektif
Afek datar
Kurang inisiatif
Meninggalkan lawan bicara
Kurang teribat dalam aktivitas perawatan
Mengangkat bahu sebagai respon
Kondisi klinis terkait
Penyakit kronis
Penyakit terminal
Penyakit yang tidak dapat disembunyikan
3. Rencana keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Denpasar, 12 Oktober 2020
Kadek Kembar Ayu Manik Sukraeny
NIM : P07120218014
I Nengah Sumirta,SST,S.Kep,Ns.M.Kes
196510081986031001