Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut. Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut. Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini adalah: “Apakah palliative care?” 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang palliative care. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui definisi palliative care b. Mengetahui tujuan palliative care c. Mengetahui perkembangan palliative care d. Mengetahui karakteristik palliative care e. Mengetahui klasifikasi palliative care f. Mengetahui tim interdisipliner palliative care g. Mengetahui kebijakan Palliative Care di Indonesia BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawat sebagai pemberi Pelayanan Kesehatan di Rumah
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan oleh perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin praktik dengan kemampuan keterampilan asuhan keperawatan klien di rumah. Berdasarka Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat. Peran perawat dalam perawatan kesehatan di rumah berupa koordinasi dan pemberi asuhan keperawatan (1) koordinator, (2) pemeberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga, (3) pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan cara perawatan secara mandiri, (4) pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien, (5) sebagai konselor, dengan memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan klien, (6) avocate (pembela klien) yang melindunginya dalam pelayanan keperawatan, dan (7) sebagai peneliti untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
2.2 Pengertian Perawatan Paliatif di Rumah
Pengertian dan arti kata “Palliative” berasal dari bahasa latin yaitu “pallium” yang artinya adalah menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditujukan untuk untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dn memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan (Muckaden, 2011). Perawatan paliatif adalah sistim perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan orang lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosis ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka (Nendra et al., 2011), serta bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa(Kemenkes RI, 2007) Perawatan Paliatif yang dilakukan di rumah, lebih menonjolkan peranan keluarga ditimbang perawatan paliatif yang dilakukan di rumah sakit dan Hospice. Pada perawatan di rumah keluarga atau orang tua sebagai care giver diberikan latihan pendidikan keperawatan dasar. Perawatan di rumah hanya mungkin dilakukan bila pasien tidak memerlukan alat khusus atau keterampilan perawatan yang mungkin dilakukan oleh keluarga (Muckaden,2011). Perawatan palliative di rumah merupakan kelanjutan dari pelayanan kesehatan yang telah dilakukan di rumah sakit (continum of care) yang dapat dilakukan oleh tenaga medis dan non medis yang telah mendapatkan pelatihan.
2.3 Urgensi Perawatan Paliatif di Rumah
Melanjutkan peraatan paliatif di rumah, merupakan pilihan bagi keluarga dalam pemilihan perawan yang tepat untuk keluarga yang sakit. Tentunya hal ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan. Pada kasus yang umumnya terjadi ada beberapa hal, yang menjadi pihan keluarga dalam memutuskan, diantaranya pada kasus terminal, masalah biaya, kenyamanan pelayanan di rumahsakit, dan merindukan lingkungan di rumah. Pada kasus–kasus penyakit terminal khususnya pasien kanker stadium lanjut yang dianggap tidak efektif dan tidak efisien bila dirawat dirumah sakit. Hal ini dikarenakan secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan. Keterbatasan biaya masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus seperti kanker stadium lanjut yang memerlukan perawatan relative lama atau bahkan sudah tidak memerlukan tindakan medis di rumah sakit. Banyak orang yang merasakan bahwa rawat inap di institusi pelayanan kesehatan akan membatasi kehidupan pasien, karena pasien tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal akibat aturan-aturan yang telah ditetapkan. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan dirumah sakit.
2.4 Tujuan Perawatan Paliatif
Tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi penderitaan serta memberikan bantuan untuk memperoleh kulaitas kehidupan terbaik abgi pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatikan stadium penyakit atau kebutuhan terapi lainnya, dengan demikian perawatan paliatif dapat diberikan secara bersamaan dengan perawatan yang memperpanjang/ mempertahankan kehidupan atau sebagai fokus keperwatan (Campbell,2009). (Nurkharisna.Much.2014) dalam oral speechnya mengatakan tujuan perawatan paliatif: 1) Membantu pasien dan keluarganya untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya, 2) Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya untuk lebih mandiri dalam menangani dan menghadapi keluhan yang muncul, 3) Memberikan perawatan dasar yang adekuat dan efektif sesuai kebutuhan pasien, 4) Menguatkan fungsi dan peran serta keluarga terhadap pasien.
2.5 Tahapan-Tahapan Perawatan Paliatif di Rumah
(Nurkharisna.Much.2014) dalam oral speech-nya menyimpulkan tahapan-tahapan perawatn paliatif di rumah terbagi dalam tiga yaitu: 1)Fase Preinteraksi, 2)Fase Pengantar, 3)Fase Kerja, 4) Fase Terminasi, dan 5) Fase Evaluasi Fase preinteraksi adalah fase persiapan sebelum kunjungan rumah, tindakan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Meneliti surat rujukan/catatan, bila perlu menghubung Nakes (tenaga kesehatan) yang bertanggung jawab merujuk, 2) Menggali informasi dengan jelas alasan dilakukan kunjungan, 3) Membuat janji untuk menentukan waktu kunjungan kepada keluarga, 4) Mempersiapkan file dan mencatat data medis dan indentitas pasien, 5) Membuat rencana kegiatan selama kunjungan, 6) Mempersiapkan transportasi, 6)Bila perlu melakukan evaluasi ditempat sebelum kunjungan. Fase pengantar adalah fase awal atau akan dimulainya pemeriksaan di rumah pasien. Tindakan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Menginformasikan dan memastikan kepada keluarga bahwa tim akan datang, 2) Ketok pintu dan beri salam, 3) Perkenalkan diri, 4) Duduk ditempat yang disediakan keluarga dan memenanyakan kepastian pasien, 5) Menjelaskan tujuan kunjungan dan rencana aktifitas yang sudah dibuat. Fase Kerja adalah fase dimana sudah melaksanakan pemeriksaan dirumah pasien. Tindakan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Menyapa pasien dengan menanyakan kondisi terkini, 2) Melakukan pemeriksaan kesehatan pasien, 3) Mengerjakan dan mengajarkan perawatan kepada pasien dan keluarga, 4) Menyempurnakan data medis pasien saat kunjungan, 5) Menjalin kontak yang berkesinambungan untuk evaluasi, 6)Merencanakan untuk mengakhiri kunjungan. Fase Terminasi adalah fase setelah melakukan kunjungn. Tindakan yang dilakukan sebagai berikut: 1)Menyimpulkan penyelesaian perawatan, 2) Merencanakan kunjungan berikutnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, 3) Mendorong potensi pasien dan keluarga menuju ke proses perbaikan, 4) Mengoptimalkan peran serta masyarakat sesuai kebutuhan pasien, 5) Memberikan catatan yang diperlukan khususnya pada kondisi darurat untuk mendapatkan pertolongan. Fase Evaluasi atau tindak lanjut, Tindakan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Penanganan keluhan fisik seperti nyeri, problem pernafasan, problem pencernaan, anoreksia, gangguan kulit, kelemahan, pembengkakan, dll, 2) Penanganan keluhan psikologis, seperti depresi, cemas, gangguan tidur dll, 3) Memelihara basic hygiene, seperti perawatan mulut, genital, rawat luka dll, 4) Memelihara nutrisi yang baik, 5) Memberikan kenyamanan, 6) Meningkatkan dukungan bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, 7) Mendapatkan dukungan yang legal. Tindakan yang sering dilakukan pada pasien adalah sebagai berikut: 1) Penanganan keluhan fisik seperti nyeri, problem pernafasan, problem pencernaan, anoreksia, gangguan kulit, kelemahan, pembengkakan, dll, 2) Penanganan keluhan psikologis, seperti depresi, cemas, gangguan tidur dll, 3) Memelihara basic hygiene, seperti perawatan mulut, genital, rawat luka dll, 4) Memelihara nutrisi yang baik, 5) Memberikan kenyamanan,6) Meningkatkan dukungan bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, 7) Mendapatkan dukungan yang legal. 2.6 Kendala yang timbul selama Pelaksanaan Perawatan Paliatif Dari pengalaman dan pengamatan oleh (Nurkharisna.Much.2014) maka berikut hal yang berkemungkian menjadi permasalahan, diantaranya: 1) Rasa takut tidak mendapatkan perawatan seperti di rumah sakit, 2) Terbatasnya tenaga yang dapat melakukan, 3) Permintaan pelayanan rawat rumah yang tidak sesuai dengan kriteria, 4) Keluarga pasien yang tidak kompak, 5) Ketergantungan pasien dan atau keluarga kepada tim medis, 6) Kolaborasi yang terhambat, 7) Sarana transportasi dan dana. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama pasien sakit serta disaat sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa macam yaitu religious, music, kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain. Refferensi
Karota Bukit, Evi. 2008.Perawatan di Rumah.USU e-Repository. Medan
Septian Sulaeman, Andry.2016.“Gambaran Pngetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif
pada Pasien dengan Kondisi Terminal di RSUD Kabupaten Bekasi”. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Nurkharistna Al-Jihad, Much. 2014. Perawatan Paliatif di Rumah. Oral Speech Seminar Nasional UNDIP.