Anda di halaman 1dari 8

MODEL PELAYANAN PERAWATAN PALIATIF

Pelayanan pearwatan paliatif pada pasien dengan penyakit kronis dan stadium lanjut atau
akhir dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau di rumah pasien. Beberapa model
pelayanan perawatan paliatif yang biasa dilakukan seperti perawatan di rumah, rawat inap
maupun rawat jalan di rumah sakit yang menyediakan pelayanan dan konsultasi, dan hal tersebut
telah dilakukan lebih dari 30 tahun di negara yang telah menyediakan pelayanan perawatan
paliatif.

A. MODEL PELAYANAN KEPERAWATAN PALIATIF


B. Pelayanan perwatan paliatif dapat dilakukan dirumah, di rumah sakit atau
fasilitas.kesehatan lainnya yang menyediakan layanan berupa rawat inap maupun rawat
jalan dimana pasien dapat mengaskses layanan tersebut setiap hari dengan pelayanan
konsultasi. Pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah sering dijumpai di
negara-negara yang telah menyediakan pelayanan perawatan paliatif, dimana layanan
tersebut telah terintegrasi dengan pelayanan kesehatan primer, di Indonesia di kenal
dengan istilah Puskesmas ( Pusat Kesehatan Masyarakat).
1. Perawatan suportif
a. Perawatan dirumah
Di beberapa Negara maju seperti Australia, Inggris, Amerika Serikat dan
Belanda petugas kesehatan di pelayanan primer (Puskesmas) merupakan
tim utama dalam penyediaan layanan terhadap pasien yang mengalami
sakit stadium akhir. Dokter memiliki peran dalam penentuan rencana
pengobatan pada pasien sedangkan perawat merencanakan tindakan
keperawatan berbasis kebutuhan dasar pasien. Di negara inggris, tim
pelayanan tingkat primer akan selalu mendapatkan dukungan dari tim
perawatan paliatif atau tim perawatan rumah dimana hal tersebut tersedia
disemua tingkat kecamatan. Ada 2 bentuk pelayanan paliatif di rumah
yang dikembangkan, yaitu:
1) Tim yang terdiri dari dokter spesialis atau dokter yang terlatih dan
perawat spesialis dengan macam latar belakang keahlian atau perawat
yang terlatih.
2) Tim yang semua anggotanya terdiri dari perawat, namun perawat yang
bergabung adalah perawat yang telat terdidik atau terlatih di bidang
paliatif.

2. Pelayanan rumah rawat inap


Ada beberapa jenis model pelayanan rawat inap perawatan paliatif yaitu rumah
hospis atau dikenal rumah untuk penderita penyakit terminal, rumah sakit berupa
paliatif care unit baik dirumah sakit umu atau di rumah sakit khusus, rumah
perawtan atau nursing home, dan rumah panti khusus pasien lanjut usia.
a. Rumah Hospis
St Christopher merupakan rumah hospis modern pertama yang di dirikan
di Inggris pada tahun 1960an. Rumah hospis menyediakan tim perawatan
multi disiplin hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
begitu kompleks atau adanya perubahan kebutuhan dasar dari pasien
dengan kondisi dimana hidup terbatasi akibat penyakit yang diderita, serta
kebutuhan pasien.
Bentuk lain rumah hospis beruapa day care atau day hospis dimana tujuan
dari day hospis yaitu:
1) Mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup pasien
2) Menyediakan pelayanan holistik melalui multidisplin
3) Melakukan rehabilitasi
4) Melanjutkan perawatan yang telah dilakukan melalui kerja sama
interdisplin dan antar institusi pelayanan kesehatan
5) Membantu pasien untuk tetap dapat melanjutkan aktifitas rutinya
di rumah sepanjang pasien merasakan mampu dan mungkin untuk
melakukannya.
C. PRINSIP PELAYANAN KEPERAWATAN PALIATIF
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi nyeri dan pencengah penderitaan
pada pasien dengan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi. Proses perawatan
membutuhkan pendekatan yang lebih komperhensif baik dari segi kodekteran,
keperawatan, psikologis, sosial, budaya dan spiritual. Pendekatan holistik yang
mecangkup seluruh aspek perawatan yang tercantum diatas akan dapat memberikan
layanan dan praktik yang lebih dan hal tersebut sebagai hal yang esensial dalam
perawatan paliatif.
1. Perilaku Dalam Merawat
Perilaku caring meliputi kepekaan, simpati dan iba. Hal tersebut menunjukan
bentuk terhadap pasien, dimana perhatian tersebut ditunjukan untuk semua aspek
yang menyebabkan timbulnya masalah atau keluhan pada pasien yang bukan pada
aspek medis saja. Perilaku caring merupakan hal yang mendasar dalam pelayanan
pasien diperawatan paliatif.
2. Komunikasi
Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga adalah hal vital. Komunikasi
antara pasien dan perawat akan menjadi lebih terbuka bila pasien menginginkan
informasi yang lebih detail mengenai penyakitnya.
3. Perawatan
Semua tindakan atau intervensi dalam proses perawatan paliatif harus sesuai
dengan tahap atau pase penyakit pasien serta prognosisnya.
D. BEKERJA SECARA INTERPROPESIONAL DALAM PELAYANAN PELAYANAN
PERAWATAN PALIATIF
Beberapa terminology yang sering untuk menggambarkan makna bekerja bersama dalam
suatu tim yang terdiri dari berbagai latar belakang disiplin ilmu yaitu interprofesional,
iteragency, dan multidisiplinary. Interpropesional berarti bekerja dengan berbagai tenaga
profesional dengan mengedepankan kolaborasi dalam tim. Sedangkan multidisiplin tidak
selalu bermakna para tenaga profesional melakukan kolabolasi dalam melaksakan tugas
dan fungsinya dalam proses perawatan pasien. Tanpa adanya pemahaman yang baik
mengenai peran masing-masing tenaga profesional maka hal tersebut akan mengaburkan
batasan ruang lingkup kerja masing-masing, dan boleh jadi proses pelayanan akan
terpragmentasi atau terpisah-pisah.
Membagun tim yang baik dan berkualitas membutuhkan seperangkat nilai, nilai-nilai
tersebut terperinci sebagai berikut:
1. Humor
2. Mudah untuk berkomunikasi
3. Memahami kebutuhan orang lain
4. Percaya diri dan saling percaya
5. Menikmati pekerjaan
6. Kepedulian
E. MEMAHAMI PERAN DALAM PALIATIF
Kolaborasi secara interdisiplin dalam perwatan pelayanan paliatif memiliki tujuan untuk
menunjukkan sebagai bentuk penghargaan para anggota tim paliatif terhadap nilai yang
dimiliki oleh pasien dan keluarga sekaligus untuk menunjukan nilai yang dimiliki oleh
tim sebagai profesional. Beberapa yang dibutuhkan dalam tim untuk mempertahankan
dinamika kelompok atau tim yaitu saling menguntungkan dimana semua anggota
memahami bahwa kita hadir bersama untuk mencapai tujuan bersama, respect ( setiap
anggota harus bisa menghargai anggota lainnya, bahwa setiap profesi memiliki andil
dalam proses penanganan pasien maka bisa dipastikan penyembuhan akan sulit dicapai).
Secara umum tim perawatan paliatif, perawat merupakan tulang punggung dalam
pelayanan. Berikut ini akan dijelaskan peran perawat, dokter, pekerja sosial medik,
fisioterafis, okupasi terapis, dietician nutrisionist dan rohaniawan.
1. Peran perawat
Dalam berbagai cara peran seorang perawat dalam tim interdisiplin perawatan
paliatif tidak begitu jelas jika dibandingkan dengan anggota tim lainnya. Beberapa
bentuk peran perawat di area perawatan paliatif yang didefinisikan sebagi satu
dukungan untuk berbagai hal menurut Davies dan Oberie (1990):
a. Valuing, memiliki kemampuan untuk menghargai terhadap nilai dan
kekayaan seseorang.
b. Connecting, menunjukan kemampuan untuk selalu dapat berinteraksi
dengan pasien dan keluarga, dan mencoba memahami pengalaman yang
dialami oleh mereka.
c. Empowering, memerdayakan pasien dan keluarga untuk dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka dan untuk mereka sendiri
sesuai dengan harapan yang mereka ingginkan.
d. Doing for, selain memberikan pelayanan akan kebutuhan pasien secara
fisik, perawat juga harus memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga
untuk mengatasi masalah atau keluhan yang dialami oleh pasien, seperti
bagaimana pasien mampu mengatasi nyeri yang dirasakan dengan
mengelola nyeri secara mandiri melalui teknik relaksasi.
e. Finding meaning, dalam pelayanan perawatan paliatif mendorong pasien
untuk menemukan makna dari kondisi sakitnya atau kondisi kekiniannya
merupakan hal yang penting dalam memabantu menemukan tata kelola
keluhan yang dirasakan pasien.
f. Preserving own integrity, menjaga dan mempertahankan integritas diri
merupakan hal yang terpenting untuk mempertahankan harga diri,
keyakinan diri dan semangat serta spirit sehingga mampu menjalankan
peran dan fungsi sebagai anggota tim secara efektif.
2. Peran dokter
Peran dokter sebagai bagian dari tim pelayanan perawatan paliatif secara umum
yaitu mengatasi keluhan atau masalah pasien yang bersifat kompleks termasuk
memahami kemungkinan penyebab yang berkenan dengan diagnosis dan
prognosis pasien besertan isu yang berhubungan dengan keluarga.
3. Peran pekerja sosil medik
Peran penting yang dimiliki oleh pekerja sosial medik dalam tim interdisiplin
yaitu melakukan pengkajian dan masukan terhadap masalah psikologis, emosional
dan sosial pasien dan keluarganya.
Beberapa peran pekerja sosial medik dalam tatanan pelayanan perawatan paliatif,
yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dan berespon terhadap
lingkungan
b. Memberikan dorongan internal serta mengajarkan keterampilan koping
psikologis pada pasien secara individu maupun pada keluarga
c. Melakukan deteksi dini terhadap adanya gejala psikopatologi.
d. Membantu meningkatkan keyakinan diri dalam sistem keluarga termasuk pada
pasien.
e. Menyediakan layanan pengontrolan keluhan secara spesifik terutama terkait
masalah psikologis, emosional dan sosial.

Peran lain yang dimiliki oleh pekerja sosial medic di luar area klinis yaitu terlibat
dalam aktifitas pengajaran dalam tim, terutama berkenaan dengan isu komunikasi
dan keluarga.

4. Peran fisioterapis
Peran seorang fisioterapi dalam pelayanan perawatan paliatif berbeda dengan
pelayanan rehabilitasi. Dimana intervensi fisioterapi pada pelayanan rehabilitasi
lebih mengutamakan pada upaya peningkatan kemampuan fungsional pasien,
sedangkan di pelayanan perawatan paliatif tujuan fisioterapi adalah untuk
meminimalisir sumber-sumber yang menyebabkan kelemahan pada pasien. Selain
itu, serorang fisioterapi juga dapat menjadi bagian dari proses pengelolaan pasien
dengan keluhan sesak atau dypnea. Fisioterapis dapat mengajarkan pasien berupa
relaksasi, teknik pernapasan, dan memberikan bantuan pada pasien yang
mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dahak. Fisioterapis juga dapat
mengajarkan keterampilan ke pasien dan keluarganya mengenai cara
memindahkan pasien, mengangkat pasien, serta merekomendasikan alat bantu
berjalan yang cocok untuk memaksimalkan mobilitas pasien.
5. Peran apoteker
Penyediaan layanan obat-obatan, mengoptimalkan peresepan obat, pendidikan
dan informasi tentang obat-obatan, keselamatan pasien, dan manajemen dan
administrasi penggunaan obat. Secara detail setiap kelompok dari peran apoteker
akan di jelaskan berikut ini:
a. Penyediaan layanan obat-obatan
1) Penyimpanan dan distribusi obat-obatan untuk kelompok pasien paliatif.
2) Menyediakan obat-obatan generic sesuai dengan dosis dan kebutuhan pasien
paliatif
3) Mengatur obat-obatan yang akan diberikan sesuai dengan rute pemberian-
pemberiannya, seperti obat-obatan yang akan diberikan melalui NGT.
b. Mengoptimalkan pemberian obat
1) Mengevaluasi gejala atau keluhan pasien sebagai akibat dari efek samping
obat,dan memberikan rekomendasi mengenai obat yang cocok dan sesuai
dengan kondisi pasien.
2) Memberikan informasi detail mengenai konversi obat-obatan seperti obat
golongan oploid.
3) Membuat rekomendasi mengenai seberapa cepat obat oploid di berikan
ulang, dosis dinaikan atau diturunkan.
4) Merekomendasikan strategi penetapan dosis yang tepat ketika mengganti
obat yang memiliki fungsi yang sama.
c. Pendidikan dan informasi tentang obat-obatan
1) Mengajarkan kepada tim perawatan paliatif mengenai prinsip farmakoterapi
pada pasien paliatif
2) Memberikan informasi kepada pasien dan penjaga pasien mengenai
penggunaan terapi komplementer dan alternative serta melakukan
pemeriksaan mengenai resiko dan keuntungan penggunaan terapi tersebut
terhadap pasien.
3) Mengajarkan pasien, keluarga dan penjaga pasien mengenai cara pemberian
dan penggunaan terapi obat yang tepat, seperti obat kategori inhalasi dan
nebulizer.
d. Keselamatan pasien
1) Melakukan investigasi terhadap kejadian atau kesalahan dalam pengobatan
seperti cara pemberian, dosis dan kotraindikasi serta interaksi obat.
2) Melakukan analisis trend untuk merencanakan program pencegahan,
pembedahan serta pedoman pengobatan.
3) Mengembangkan strategi pendeteksian dini terhadap potensi kesalahan yang
berkenaan dengan pengobatan pasien.
e. Managemen dan administrasi pelayanan obat
1) Mengembangan fomula pengobatan sesuai dengan standar praktik dan
pembianyaan yang lebih efektif.
2) Mengembangkan protocol manajemen nyeri dan keluhan fisik lainnya untuk
mengoptimalkan penggunaan obat-obatan
6. Peran okupasi terapis
Peran dan kontribusi seorang okupasi terapis dalam pelayanan perawatan paliatif
bervariasi dan menantang. Okupasi terapis yang memiliki peran utama untuk
merancang atau medesain alat bantu sesuai dengan kondisi, sehingga pasien dapat
tetap beraktifitas di rumah.

7. Peran dietician nutrisionnist


Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dietician memiliki andil yang berarti
dalam proses perawatan pasien yang membutuhkan pelayanan perawatan paliatif.
Seorang dietician dapat melakukan pengkajian terhadap pasien dan memberikan
masukan terhadap pasien dan keluarganya mengenai diet dan makanan tambahan
atau supplement yang dibutuhkan oleh pasien sesuai dengan perkembangan
kondisi ataupun penyakitnya. Beberapa peran seorang dietician yaitu melakukan
skring dan pengkajian kebutuhan nutrisi dan diet pasien, merencanakan dan
menhembangkan rencana perawatan, serta melakukan dan memperkenalkan
perubahan kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan perkembangan dan
prognosisnya.
8. Peran rohaniawan
Rohaniawan memiliki peran penting, dimana rohaniawan merupakan professional
yang lebih kompeten untuk mengatasi isu-isu yang berkenaan dengan spiritualitas
dan religiusitas. Rohaniawan dapat menjadi advokat pasien tetap
mempertimbangkan pendapat atau pandangan pasien dan keluarga. Olehnya itu
peran rohaniawan sangat penting, termasuk dalam memberikan pengajaran
terhadap tenaga professional lainya seperti dokter dan perawat untuk dapat
memahami dan menghadapi pasien yang dalam kondisi sekarat atau meninggal.

Anda mungkin juga menyukai