MENJELANG AJAL Ns. TRI WIJAYANTO, M.Kep., Sp.Kep.MB. FAKULTAS KESEHATAN UMPRI LAMPUNG PERAWATAN PALIATIF – MENJELANG AJAL
1. Konsep umum perawatan paliatif-menjelang ajal
2. Jenis-jenis penyakit kronik dan penyakit terminal 3. Patofisiologi berbagai penyakit kronik dan terminal 4. Tinjauan sosial dan budaya tentang perawatan paliatif dan menjelang ajal 5. Tinjauan agama islam tentang penyakit kronik/terminal, perawatan paliatif dan menjelang ajal 6. Pengkajian bio-psiko-social-spiritual dan kultural pada pasien dengan kasus penyakit kronik/terminal 7. Indikasi, manfaat dan kerugian tindakan operasi, kemoterapi, radioterapi, hormone terapi pada perawatan paliatif-menjelang ajal Paliatif care (perawatan paliatif) • Perawatan paliatif adalah perawatan medis khusus untuk orang dengan penyakit fatal yang tidak memiliki obat yang jelas, atau bahkan sudah divonis mengidap penyakit yang mematikan. •Perawatan paliatif menurut World Health Organization (WHO) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah kesehatan yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan tindakan untuk mengurangi nyeri, masalah fisik, sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien selama pengobatan. •Tujuan perawatan paliatif terletak pada bagaimana perawat meringankan kondisi pasien, bukan sebagai bentuk pengobatan untuk menyembuhkan. • Perawatan paliatif harus melibatkan tim khusus seperti dokter, perawat, dan tenaga ahli medis lainnya yang profesional dalam bidang spesialisasi paliatif. • Mereka bertugas memberikan dukungan bagi pasien yang menderita penyakit mematikan, dan keluarga pasien dalam mengadapi persiapan kematian yang tidak terhindari. • Perawatan ini bisa dilakukan untuk pasien dari segala usia dan dengan berbagai tingkat keparahan kondisi. • Perawatan paliatif merupakan jenis perawatan yang menekankan pada kondisi fisik, aspek-aspek emosional, psikososial, ekonomis, serta spritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas hidup seorang pasien dan keluarganya. • Perawatan paliatif juga membantu pasien dan keluarga menghadapi kematian. • Sering kali perawatan paliatif dikaitkan dengan penyakit terminal seperti kanker, HIV/AIDS dll. •Perawatan paliatif di Indonesia masih jarang terdengar di kalangan masyarakat. •Penting bagi pasien agar bisa memiliki akses ke ahli kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental, sehingga mampu membantu mereka agar lebih kuat menjalani setiap masalah psikologis yang harus mereka hadapi. •Ketakutan tentang masa depan sering menjadi perhatian besar bagi pasien, dan tak jarang mereka kadang merasa perlu untuk mengungkapkan hal tersebut. •Untuk membantu kecemasan pasien, perawatan paliatif dapat menawarkan beberapa intervensi yaitu konseling, visualisasi, terapi kognitif, terapi obat, terapi manajemen relaksasi stres bagi pasien yang merasa membutuhkannya. •Perawatan paliatif juga memberi dukungan kepada seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya. •Perawatan paliatif dilakukan mulai dari tahap diagnosis, sepanjang pengobatan, hingga menjelang ajal dan pasca kematian. •Hal ini bertujuan agar pasien bisa mendapatkan kualitas hidup yang baik sebelum menghadapi kematian yang tidak pernah diketahui waktu pastinya.
Tempat perawatan paliatif
Berdasarkan Keputusan Kementrian Kesehatan tahun 2007 tentang perawatan paliatif, tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah : 1. Rumah sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus, atau peralatan khusus. 2. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan. 3. Rumah singgah/panti (hospis) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus, maupun peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. 4. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus, maupun peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga •Banyak kasus yang ditemukan ketika para pengidap penyakit kronis seperti HIV/AIDS, malu untuk bersosialisasi dan tidak percaya diri dalam menjalani kehidupannya. Saat hal seperti ini terjadi, perawatan paliatif memainkan peran besar dalam meningkatkan kualitas hidup para pasien HIV/AIDS agar lebih baik lagi, walaupun mungkin perawatan paliatif tidak dapat menyembuhkan penyakit tersebut. •Umumnya, perawatan ini juga ditujukkan pada pasien kanker dengan stadium lanjut. •Dalam perawatan, dokter onkologi akan membantu pasien meringankan gejalanya dengan meresepkan obat pereda nyeri kanker tambahan. Kemudian, ahli gizi juga akan memantau diet kanker yang dijalani pasien dan mengatasi masalah dalam pemenuhan nutrisi tersebut. •Perawatan paliatif dapat diberikan pada pasien dengan penyakit kronis lainnya, seperti penyakit Alzheimer, diabetes, dan masalah pada sistem saraf yang tidak bisa disembuhkan juga bisa mengikuti pengobatan ini. •Perawatan paliatif dilakukan oleh tim kesehatan, yaitu seorang spesialis pengobatan paliatif atau praktisi kesehatan yang telah menerima pelatihan khusus, dokter spesialis penyakit, perawat, ahli gizi, apoteker, terapis, psikolog, penasihat spiritual, dan psikolog. •Di Indonesia sendiri sebenarnya telah ada ketentuan dari Kemenkes yang menyatakan bahwa harus ada penerapan pengobatan paliatif untuk beberapa jenis penyakit serius. Namun sampai saat ini memang pelaksanaannya masih terhambat dengan berbagai hal sehingga perawatannya belum maksimal. Prosedur Perawatan Paliatif Prosedur perawatan paliatif yaitu : 1. Mengatasi gangguan fisik, seperti nyeri, susah tidur, napas menjadi pendek, tidak nafsu makan, dan merasa sakit pada perut. Untuk mengatasinya, spesialis akan melakukan konseling gizi, terapi fisik, serta memberikan teknik bagaimana mengambil napas dalam-dalam agar tubuh menjadi lebih rileks 2. Mengatasi gangguan emosi dan sosial, seperti merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan depresi. Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan hal yang sama. Spesialis akan melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama pasien yang memiliki riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan keluarga. 3. Mengurangi masalah finansial yang akan dihadapi karena pengeluaran untuk biaya pengobatan yang cukup besar. Tim perawat harus menjelaskan seberapa besar biaya yang diperlukan untuk pengobatan, sebelum pengobatan tersebut dilakukan sekaligus memberikan konseling terkait keuangan. 4. Meringankan masalah spiritual dengan menolong pasien untuk menemukan kedamaiannya, dan biasanya melibatkan tokoh masing-masing agama yang dipercayainya. •Menurut National Cancer Institute, penelitian menunjukkan bahwa pengobatan paliatif memberikan manfaat kesehatan, peningkatan kesejahteraan pasien kanker dan keluarganya, yang akhirnya bisa memperpanjang harapan hidup pasien. •Oleh karena itu, American Society of Clinical Oncology merekomendasikan semua pasien kanker stadium lanjut perlu mengikuti pengobatan paliatif.
Beberapa jenis perawatan paliatif yang bisa dijalani
pasien penyakit kanker adalah : 1. Terapi seni • Pada terapi ini, pasien kanker akan diberi kesempatan untuk belajar mengekspresikan diri. Tujuannya, untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketenangan pada hati dan pikiran. Pada pasien kanker, terapi ini juga bisa membantu meredakan rasa sakit. • Selama mengikuti terapi seni, pasien akan melakukan berbagai aktivitas yang memberikan manfaat ditemani oleh terapis, seperti menggambar, melukis, memahat, merajut, atau membuat kerajinan tangan. 2. Terapi musik • Penyakit kanker bisa memunculkan rasa sedih, takut, malu, dan berbagai mosi negatif lainnya. Menurut studi pada Reports of practical oncology and radiotherapy, perawatan paliatif berupa terapi musik bisa membantu pasien mengatasi semua emosi negatif tersebut. Terapi musik adalah bentuk seni paling dasar yang unik dan berkemungkinan besar memengaruhi spiritual, emosi, sosial, dan fisik pasien. Pada terapi ini, pasien kanker akan melakukan beragam kegiatan, contohnya mendengarkan musik klasik yang menenangkan hati dan pikiran, menyanyi bersama untuk memperbaiki suasana hati, memainkan alat musik untuk mengelola stres, atau menuliskan lirik dan membuatnya menjadi sebuah lagu. 3. Terapi hewan • Terapi ini dapat mengurangi stres dan kecemasan dan menggantinya dengan energi positif. •Hal ini berdampak dengan berkurangnya rasa sakit. terapi hewan juga bisa mengusir kesepian pasien yang interaksinya dengan keluarga dan teman terbatas karena harus menjalani pengobatan di rumah sakit. •Berinteraksi dengan hewan mungkin membuka peluang terjadinya infeksi pada pasien. Namun, pasien tidak perlu cemas sebab hewan-hewan pada terapi ini terjaga kebersihannya. Pasien akan diajari untuk menjaga kebersihan selama berinteraksi dengan hewan-hewan tersebut Jenis-Jenis Penyakit Kronis dan Penyakit Terminal
•Penyakit terminal (Terminal Illnes) adalah suatu kondisi
dimana pasien sedang menderita sakit ditingkat yang telah mencapai stadium lanjut sehingga untuk di obati secara medispun sudah tidak mungkin lagi untuk dapat di sembuhkan. •Pasien yang menderita terminal illness harus segera mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun hal ini tidak untuk menyembuhkan karena sudah tidak dapat berfungsi lagi. •Perawatan paliatif yang diberikan kepada pasien terminal illness adalah untuk meredakan nyeri yang dirasakannya serta keluhan-keluhan lainnya serta mengurangi gangguan emosi, sosial dan spiritual. Jadi penderita yang mengalami kondisi seperti ini di diagnosa dengan penyakit yang sangat berat sehingga tidak dapat disembuhkan lagi selain prognosisnya adalah kematian. Jenis-jenis penyakit kronik dan terminal illness yaitu : 1. Kanker yang sudah masuk ke staging lanjut 2. Penyakit degeneratif, sering terjadi pada lansia 3. Penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, 4. Parkinson 5. Stroke 6. Penyakit genetika 7. Gagal jantung 8. Penyakit infeksi HIV/AIDS yang sudah memberi dampak komplikasi keseluruh tubuh Tinjauan Sosial dan Budaya Tentang Perawatan Paliatif-Menjelang Ajal •Sosial budaya adalah seluruh hal yang diciptakan oleh manusia, melalui budi dan pikriannya dalam menjalankan tatanan kehidupan bermasyarakat. •Menurut Andreas Epping, kebudayaan atau sosial budaya adalah tata nilai atau segala hal yang berlaku di dalam sebuah kelompok masyarakat, dan hal ini bisa menjadi ciri has dari masyarakat itu sendiri. •Sementara menurut Burnett, kebudayaan merupakan unsur holistic dari kesenian, moral, adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, hukum, dan kemampuan mengolah pikiran dalam bentuk lain yang didapatkan oleh seseorang sebagai anggota dari kelompok suatu masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. •Kesimpulannya bahwa sosial budaya memang mengacu pada kehidupan masyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. •Salah satu faktor yang turut menentukan tentang keadaan kesehatan dalam masyarakat adalah perilaku mereka. Terbentuknya perilaku itu bisa dipengaruhi oleh berbagai factor. • Salah satunya faktor yang cukup berpengaruh adalah sosial budaya, apabila faktor itu sudah tertanam dan masuk dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat, maka kemungkinan akan sulit untuk mengubah perilaku yang sudah terbentuk. • Oleh karenanya, agar dapat mengatasi dan memahami tentang masalah yang ada di masyarakat mengenai kesehatan, maka dibutuhkan sebuah ilmu pengetahuan yang cukup mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. • Kultur atau kebudayaan bisa membentuk sebuah kebiasaan dan respon terhadap penyakit dan kesehatan, di dalam semua lapisan masyarakat dengan mengesampingkan tingkatannya. • Oleh karenanyalah penting bagi tenaga kesehatan agar tidak hanya berfokus pada promosi kesehatan, tetapi juga membuat masyarakat mengerti proses terjadinya suatu penyakit serta bagaimana caranya meluruskan keyakinan dan budaya yang dianut dan berhubungan dengan kesehatan. • • Tanpa disadari, pengaruh dari kebudayaan sudah memberikan pengaruh besar pada sikap untuk menghadapi beragam masalah. • Kebudayaan kini sudah menyatu dalam sikap lapisan masyarakat, mengingat kebudayaanlah yang memberikan ragam pengalaman yang dialami individu dalam masyarakat. • Ketika kita menemui seorang pasien dying yang ditempatkan dalam ruang isolasi, perlu kita ketahui bahwa pasien tersebut tetap memiliki kebutuhan untuk berkontak dengan sosialnya. Dalam hal ini, perawat dapat melakukan : a. Bertanya pada pasien siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan pasien dan mendiskusikannya bersama keluarga, seperti: rekan dekat, sahabat, maupun anggota keluarganya yang lain. b. Menggali perasaan yang dirasakan pasien mengenai sakit yang dialaminya shg perlu dilakukan isolasi. Membantu pasien untuk menjaga penampilan mereka ketika mereka mendapatkan kunjungan besuk kerabatnya, yaitu dengan memberi kesempatan pada klien untuk beberes dan merapikan diri. Tinjauan Agama Islam Tentang perawatan Paliatif dan Penyakit Terminal •Pada dasarnya, berbagai pendekatan yang dilakukan adalah upaya untuk mengatasi masalah psikologis agar pasien merasa tenang dan percaya diri. Dua hal tersebut menjadi penting supaya pasien taat dalam menjalankan pengobatannya. •Bila psikologisnya sudah lemah, maka kepatuhan untuk berobat pun akan lebih sulit untuk diwujudkan. Hal tersebut dikarenakan pasien telah kehilangan semangat untuk hidup, ataupun bila berobat manfaatnya tidak akan maksimal. •Pasien yang mempunyai keyakinan agama yang baik, akan lebih mudah untuk menerima kenyataan ketika dihadapkan pada hasil pemeriksaan medis yang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. •Integrasi agama dalam pelayanan medis sudah mulai dibuka lebar sejak WHO mendeklarasikan terapi holistic pada tahun 1984 silam. WHO juga menegaskan bahwa dimensi agama atau spiritual, sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis, dan psikososial. • Anjuran tersebut akhirnya menjadi inspirasi bagi berbagai kegiatan spiritual atau keagamaan, karena termasuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan yang diberikan di seluruh dunia. • Berbagai penelitian tetap dilakukan untuk menunjukkan bagaimana kontribusi agama dalam mendukung proses kesehatan seorang individu. Dari hal tersebut, konseling religius juga bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dikembangkan menjadi bentuk terapi psikospiritual dalam pemberian perawatan paliatif. Tinjauan Agama Islam • Kaum muslim percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan. Mereka juga percaya bahwa setiap kesulitan hidup harus diterima dan dihadapi, penderitaan dan sakit atau menjadi pasien. Semuanya ini akan melenyapkan dosa-dosa sebelumnya yang sudah dilakukan, dan hal-hal ini terjadi sebagai pemurnian. • Meskipun demikian, setiap umat Islam harus berusaha menghindari sakit dan seseorang diizinkan menggunakan perawatan yang terbaik atau menggunakan pengobatan terbaik yang tersedia saat itu. • Perawatan paliatif direkomendasikan di dalam Islam, dan hospis (rumah perawatan) terbaik bagi seorang muslim adalah meninggal di rumah bersama keluarga dan sanak saudara yang mengelilinginya. • Kematian alamiah (yakni mengikuti rencana Allah dan bukan dokter, rencana hakim atau keputusan keluarga) adalah kepentingan terbesar dari pasien itu sendiri dan kematiannya yang paling bermartbat bagi seorang penganut Islam. Islam dengan keras menolak atau melawan : •The Mental Capacity Act (yang membolehkan penghentian makanan, cairan, dan penanganan medis yang masuk akal dari seorang pasien yang tidak sedang dalam proses menuju kematian, dengan maksud untuk mempercepat kematian) •Setiap usaha di masa depan untuk melegalisasi euthanasia atau kematian berbantuan •Bagi setiap dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain, menghentikan kehidupan seseorang, kalaupun atas permintaan pasien sendiri, adalah penyangkalan terhadap profesi medis itu sendiri. •Kaum muslim percaya bahwa hidup itu sendiri adalah hadiah terbesar dari Allah yang harus dipelihara dan dipertahankan dalam setiap waktu. •Perawat harus memiliki sikap dasar ini ketika berhadapan dengan kehidupan manusia : rasa hormat yang penuh dan perlindungan yang penuh kepada setiap manusia. •Ada 3 poin penting yang bermakna dalam yaitu kelahiran, pernikahan dan kematian. •Dari ketiga poin ini, poin kedua tidak semua orang mengalaminya, namun yang pertama dan ketiga semua orang pasti mengalaminya. •QS 03. Ali Imran 185. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati . …” •QS 21. Al-Anbiya 35.“Tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” Tugas Kelompok Satu kelas mahasiswa di bagi menjadi 8 kelompok untuk membuat patofisiologi dan patwat penyakit terminal sebagai berikut : 1. Kanker stadium lanjut 2. Penyakit osteoporosis pada usia lanjut 3. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 4. Parkinson 5. Stroke 6. Leukemia 7. Gagal jantung kongestif 8. Penyakit AIDS