KONSEP KELUARGA
Di susun oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konsep keluarga”.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
PEMBAHASAN
A. Definisi
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012)
Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
(Harmoko, 2012)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. ( Effendy, 1998)
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
B. Struktur Keluarga
Macam-macam Struktur Keluarga
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate
power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah
(reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
C. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan
mengetahui berbagai tipe keluarga. (Harmoko, 2012)
a. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak
yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal
dalam suatu ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
b. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dan sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu
rumah dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
d. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/ keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
i. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti.
l. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak
di kehendaki, anaknya di adopsi.
o. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional
dan tipe keluarga non tradisional.
TIPE KELUARGA TRADISIONAL
a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, sitri, dan
anak (kandung/angkat).
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
denga anak ( kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.
TIPE KELUARGA NON TRADISIONAL
a. Commune Family : kebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
(Harmoko, 2012)
D. Fungsi Keluarga
E. Sistem Keluarga
Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam kajian
keluarga adalah pendekatan teori sistem. Teori sistem pertama kali
dicetuskan oleh Minuchin (1974), yang mengajukan skema konsep yang
memandang keluarga sebagai sebuah sistem yang bekerja dalam konteks
sosial dan memiliki tiga komponen. Pertama, struktur keluarga berupa
sistem sosiokultur yang terbuka dan transformasi. Kedua, keluarga
senantiasa berkembang melalui sejumlah tahap yang mensyaratkan
penstrukturan. Ketiga, keluarga beradaptasi dengan perubahan situasi
kondisi dalam usahanya untuk mempertahankan rutinitas dan
meningkatkan pertumbuhan psikososial tiap anggotanya.
Struktur keluarga adalah serangkaian tuntutan fungsional tidak
terlihat mengorganisasi cara-cara anggota keluarga dalam berinteraksi.
Pengulangan transaksi membentuk pola bagaimana, kapan, dan dengan
siapa berelasi, dan pola tersebut menyokong sistem.
Menurut teori sistem, keluarga dianggap sebagai sebuah sistem
yang memiliki bagian-bagian yang berhubungan dan saling berkaitan.
Randal D. Day (2010) mengungkapkan bahwa keluarga sebagai sebuah
sistem memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Keseluruhan (the family as awhole). Memahami keluarga tidak dapat
dilakukan tanpa memahaminya sebagai sebuah keseluruhan. Dalam
pendekatan keluarga sebagai sistem, perhatian utama justru diberikan
pada bagaimana kehidupan keluarga, baru kemudian memberikan
fokus pada individu.
b. Struktur (underlying structures). Suatu kehidupan keluarga
berlangsung berdasarkan suatu struktur, misalnya pola interaksi antara
anggota keluarga yang menentukan apa yan terjadi didalam keluarga.
Bila Freud mencoba mengungkapkan hal-hal yang melandasi pikiran
manusia, seseorang peniliti atau terapis keluarga akan berusaha
mengungkapkan pola-pola didalam keluarga dengan mengamati
bagaimana keluarga memecahkan masalah, bagaiman anggota keluarga
anggota berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana keluarga
mengalokasikan sumber dayanya.
c. Tujuan (families have goals). Setiap keluarga memiliki tujuam yang
ingin mereka raih, tetapi untuk mengungkapkan tujuan keluarga ini
seorang peniliti atau terapis perlu memiliki keterampilan observasi
yang memadai untuk dapat melihat pola-pola yang berulang didalam
keluarga sebelum tema atau tujuan terungkap. Tujuan keluarga ini
memiliki rentang yang luas dan bervariasi dari satu keluarga dengan
keluarga yang lainnya. Selain itu efektivitas pencapaian tujuan suatu
keluarga tergantung seberapa besar sumbangan masing-masing
anggota keluarga terhadap upaya pencapaian tujuan.
d. Keseimbangan (equilibrium). Sebuah sepeda motor, sebagai sebuah
sistem yang tertutup dan mekanistik, mungkin suatu saat dapat mogok
karena kehabisan bensi. Untuk membuatnya berjalan lagi, kita tidak
perlu bersusah-susah, cukup mengisi tangki bensinnya. Tidak
demikian hal nya dengan keluarga yang merupakan sistem terbuka dan
bersifat dinamis. Dalam menggapai tujuannya keluarga akan
menghadapi situasi dan kondisi diluar dirinya yang berubah dan
berkembang.
e. Kelembaman (morphostatis). Selain berusaha mencapai
keseimbangan dengan berbagai perubahan situasi dan kondisi,
keluarga juga mempertahankan aturan dan menjaga kelangsungan
kehidapan sehari-hari agar berlangsung dengan baik.
f. Batas-batas (boundaries). Setiap sistem-sistem memiliki batas-batas
terluarnya yang membuatnya terpisah atau berbeda dengan sistem yang
lain. Batas-batas ini muncul manakala dua atau lebih sistem atau
subsistem bertemu, berinteraksi, atau bersama-sama. Beberapa sistem
memiliki batas-batas yang kukuh dan kuku, sementara yang lainnya
mungkin memiliki batas-batas yang mudah tembus. Apabila batas-
batasnya mudah tembus berarti keluarga memiliki batas-batas yang
tidak rapat. Pada kenyataannya ada keluarga yang batas-batasnya
sangat mudah tembus seperi saringan, sementara keluarga yang lain
sangat protektif dan sulit ditembus seperti dinding-dinding istana.
g. Subsistem. Didalam keluarga terdapat unit-unit subsistem, misalnya
subsistem pasangan suami istri, subsistemrelasi orang tua-anak,
subsistem peran orang tua. Salah satu tugas utama dari subsistem
keluarga adalah menjaga batas-batas keluarga.
h. Equifinality dan equipotentiality. Secara sederhana gagasan
tentang equinality berarti bahwa berbagai permulaan dapat membawa
pada hasil akhir yang sama, sementara suatu permulaan yang sama
dapat pula membawa pada hasil akhir yang berbeda. Sebagai contoh,
berbagai kajian tentang interaksi orang tua anak memperlihatkan
bahwa keterlibatan yang berlebihan (overinvolvement) dari orang tua
dapat menyebabkan hasil yang berbeda. Sikap orang tua yang sangat
tanggap (over-responsive) dapat menyebabkan sebagian anak menjadi
berprestesi (overachieve) dan dapat pula menyebabkan sebagian anak
yang lain menjadi kurang berprestasi (underachieve). Contoh lainnya
adalah anak-anak yang memiliki orang tua yang pecandu alkohol dapat
menyebabkan anak ikut mencandu alkohol atau bersikap anti-alkohol.
Demikian juga pasangan orang tua dapat semakin meningkat
kebersamaanya oleh sebab kelahiran atau kematian anaknya.
Adapun equipotentiality berarti bahwa suatu psebab dapat
menghasilkan suatu akibat sangat terkait dengan proses apa yang
berjalan mengikuti sebab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/288183276/Kel-1-Makalah-Konsep-Keluarga
https://www.google.com/search?
q=makah+batasan+dan+sistem+keluarga&oq=Makah+batasan+dan+sistem+kelu&aqs=c
hrome.1.69i57j33.19201j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8