DI SUSUN
Oleh :
NURHASANAH 202201301
KABELIA.SY.GAZALI 202201299
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat dan hidayahnyasehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II, dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bias maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
prnyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini demi kesempurnaan penulisan makalah yang akan dating.
Kami berharap semoga penulisan makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana komunikasi perawat-klien dengan penyakit kronis
Bagaimana komunikasi perawat-keluarga klien
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. dampak somatik
adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya
c. dampak terhadap gangguan seksual
merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik. Kerusakan organ dan
perubahan secara psikologis
d. dampak gangguan aktifitas
dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat
terganggu baik secara total ataupun sebagian
2. faktor-faktor yang mempengaruhi klien sakit kronik
a. persepsi klien terhadap situasi
b. beratnya penyakit
c. tersedianya suport sosial
d. temperamen dan kepribadian
e. sikap dan tindakan lingkungan
f. tersedianya fasilitas kesehatan
g. respon klien terhadap penyakit kronik
3. Reaksi keluarga terhadap penyakit kronik
Adapun beberapa cara yang dapat keluarga lakukan dalam menghadapi penyakit kronis
adalah;
a. Gunanya pengetahuan
b. Berupaya tetap mempunyai kehidupan yang bermutu
c. Menangani emosi yang sukar dikendalikan
d. Tetap bersikap positif
e. Nilai-nilai rohani yang sangat penting dukungan keluarga dan sosial sangat berpengaruh
terhadap penyakit kronis
4. Respon klien terhadap penyakit kronik
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan kemandirian
c. Kehilangan situasi
d. Kehilangan rasa nyaman
e. Kehilangan fungsi fisik
4
f. Kehilangan fungsi mental
g. Kehilangan konsep diri
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
5. Fase-fase dalam komunikasi pada pasien dengan penyakit kronis adalah:
a. Fase Denial (pengingkaran)
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis akan terus menerus
mencaari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah dan tidak tau berbuat apa.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
2. Selalu berada didekat klien
3. Pertahankan kontak mata
b. Fase anger (marah)
Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang
yang ada disekitarnya, orang-orang tertentu atau ditunjukkan kepada dirinya sendiri.
Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan dan
menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Resp[on fisik yang sering terjadi pada fase
ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..
hearing.. dan hearing.. dan menggunakan tehnik respek
c. Fase bargening (tawar menawar)
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini
sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini dapat ditunda, maka saya
akan selalu berdoa”. Apabila proses berduka ini dialami keluarga, maka pernyataan
seperti ini sering dijumpai “kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien
apa yang diinginkan
5
d. Fase depression
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan yang tidak berharga. Gejala
fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, susah tidur, letih, dorongan
libugo menurun
Tehnik komunikasi yang digunakan dalam fase ini adalah:
1. Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya
e. Fase acceptance (penerimaan)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya
dinyatakan dengan kata-kata ini, “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?”
apabila individu dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan
tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk
pada fase penerimaan.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kematian pasien
6. Contoh komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronik
a. Tahap pra-interaksi
Pada fase ini perawat belum bertemu dengan pasien. Perawat pada fase ini perlu
mempersiapkan diri, norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan, antisipasi,
kontrak waktu dan rencana tindak lanjut.
b. Tahap orientasi
Tahap dimana perawat bertemu dengan pasien. Pada tahap ini. Pada tahap ini terdiri dari
salam, perkenalan, penyampaian tujuan, kontrak waktu, kesiapan klien.
Contoh;
Perawat: assalamualaikum, apakah ini dengan bapak A?
Pasien : waalaikumsalam, benar bu
Perawat: perkenalkan nama saya suster B, tujuan saya kesini adalah memeriksa kondisi
6
bapak sekarang, dan menyampaikan hasil test laboratorium yang kemarin bapak lakukan,
waktunya sekitar 15 menit. Apakah bapak bersedia?
Pasien : bersedia sus..
c. Tahap kerja perawat
Perwat : baik, kalau begitu saya izin memeriksa bapak terlebih dahulu ya.
Pasien : iya sus
Perawat : baik pak saya izin untuk menyampaikan hasil test dan sebelumnya saya mohon
maaf jika informasi yang saya sampaikan kurang baik untuk bapak
pasien : baik sus
perawat: menurut hasil test kemarin, didapatkan bahwa bapak positif HIV/Aids
pasien : tidak sus, itu tidak mungkin terjadi
perawat: saya paham akan hal itu, sulit bagi anda
pasien : apa yang bisa saya lakukan supaya sakit yang saya derita sembuh total?
Perawat: hingga saat ini belum ada obat untuk penyakit tersebut. Akan tetapi kami akan
berusaha melakukan yang terbaik untuk kesehatan bapak. Apakah berita ini
perlu disampaikan pada keluarga bapak?
Pasien : iya sus, mereka berhak tau kondisi saya sekarang
Perawat: baik pak, apakah ada yang bapak tanyakan lagi?
Pasien : tidak sus
d. Terminasi
Perawat : kalau begitu saya permisi pak, nanti pada pukul 2 siang saya akan kembali
kesini untuk memberikan obat kepada bapak, assalamualaikum
Pasien : waalaikumsalam
b. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain.
Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti
keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangan nya terlebih
dahulu.ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan
harapannya. Mendengarkan disini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa
saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga
c. Audible
Audible berarti “dapat didengarkan” atau bias dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bias diterima
oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata
yang sopan, atau cara menunjuk termasuk kedalam komunikasi yang audible ini.
d. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan
anak, orang tua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bias jelas maknanya.
Salah satu caranya ialah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat
tingkatan usia)
e. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan
masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi,
karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
f. Rendah hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
11
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka
lawan diskusi kita menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.
6. Hambatan dalam komunikasi
a. Konflik peran
b. Usia
c. Pendidikan
d. Ekonomi
e. Budaya
f. Bahasa
7. Karakteristik komunikasi terapeutik pada keluarga
Keluarga
a. Terdiri atas orang-orang yang Bersatu karena ikatan perkawinan
b. Anggota keluarga hidup Bersama dalam satu rumah dan membentuk
rumah tangga
c. Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi
d. Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang sama.
13
DAFTAR PUSTAKA
Devito & Joseph. 1997. Komunikasi antar manusia. Jakarta: professional book.
Devito & Joseph 2011. Komunikasi antarmanusia. Tanggerang selatan: karisma publishing
Groub
Freidman, L.M, 2010.: riset, Buku ajar keperawatan keluarga teori, praktik (5th ed). Jakarta:
ECG
Gunarsa, singgih. 2008. Psikologi praktis : anak, remaja dan keluarga. Jakarta : gunung mulia.
Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : Teori & Aplikasi.
Jakarta:EGC
Mulyana & Deddy.2001. ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Suryani 2014. Komunikasi Terapaeutik : Teori & praktik, Ed. 2, Jakarta : EGC
14