Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II


“ Komunikasi perawat-klien dengan penyakit kronis dan komunikasi perawat-keluarga
klien”

Dosen: Ns. Sringati, MPH

DI SUSUN
Oleh :

NURHASANAH 202201301
KABELIA.SY.GAZALI 202201299

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN T.A 2022/2023


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat dan hidayahnyasehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II, dengan sebaik-baiknya.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bias maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
prnyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini demi kesempurnaan penulisan makalah yang akan dating.

Kami berharap semoga penulisan makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Komunikasi perawat-klien dengan penyakit kronis


B. Komunikasi perawat-keluarga klien

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah
pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-kultural dan spritual yang didasarkan kepada pencapaian kebutuhan dasar
manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang
diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan
dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi


terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya itu saja, dengan
kemampuan komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra perawat.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana komunikasi perawat-klien dengan penyakit kronis
 Bagaimana komunikasi perawat-keluarga klien

1
C. Tujuan Penulisan

Makalah ini kami susun untuk;

 Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan


 Membahas lebih lanjut tentang komunikasi perawat-klien dengan penyakit kronis dan
komunikasi perawat-keluarga klien

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI PERAWAT-KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS


1. Pengertian penyakit kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakitnya berlangsung lama dan
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh

 Sifat penyakit kronik


- Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah, contoh penyakit jantung
- Menetap
Setelah seorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu, contoh penyakit diabetes melitus
- Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

 dampak penyakit kronis terhadap klien


a. dampakpsikologis
- klien menjadi pasif
- ketergantungan
- kekanak-kanakan
- merasa tidak nyaman
- bingung
- merasa menderita

3
b. dampak somatik
adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya
c. dampak terhadap gangguan seksual
merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik. Kerusakan organ dan
perubahan secara psikologis
d. dampak gangguan aktifitas
dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat
terganggu baik secara total ataupun sebagian
2. faktor-faktor yang mempengaruhi klien sakit kronik
a. persepsi klien terhadap situasi
b. beratnya penyakit
c. tersedianya suport sosial
d. temperamen dan kepribadian
e. sikap dan tindakan lingkungan
f. tersedianya fasilitas kesehatan
g. respon klien terhadap penyakit kronik
3. Reaksi keluarga terhadap penyakit kronik
Adapun beberapa cara yang dapat keluarga lakukan dalam menghadapi penyakit kronis
adalah;
a. Gunanya pengetahuan
b. Berupaya tetap mempunyai kehidupan yang bermutu
c. Menangani emosi yang sukar dikendalikan
d. Tetap bersikap positif
e. Nilai-nilai rohani yang sangat penting dukungan keluarga dan sosial sangat berpengaruh
terhadap penyakit kronis
4. Respon klien terhadap penyakit kronik
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan kemandirian
c. Kehilangan situasi
d. Kehilangan rasa nyaman
e. Kehilangan fungsi fisik

4
f. Kehilangan fungsi mental
g. Kehilangan konsep diri
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
5. Fase-fase dalam komunikasi pada pasien dengan penyakit kronis adalah:
a. Fase Denial (pengingkaran)
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis akan terus menerus
mencaari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah dan tidak tau berbuat apa.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
2. Selalu berada didekat klien
3. Pertahankan kontak mata
b. Fase anger (marah)
Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang
yang ada disekitarnya, orang-orang tertentu atau ditunjukkan kepada dirinya sendiri.
Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan dan
menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Resp[on fisik yang sering terjadi pada fase
ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..
hearing.. dan hearing.. dan menggunakan tehnik respek
c. Fase bargening (tawar menawar)
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini
sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini dapat ditunda, maka saya
akan selalu berdoa”. Apabila proses berduka ini dialami keluarga, maka pernyataan
seperti ini sering dijumpai “kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien
apa yang diinginkan
5
d. Fase depression
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan yang tidak berharga. Gejala
fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, susah tidur, letih, dorongan
libugo menurun
Tehnik komunikasi yang digunakan dalam fase ini adalah:
1. Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya
e. Fase acceptance (penerimaan)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya
dinyatakan dengan kata-kata ini, “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?”
apabila individu dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan
tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk
pada fase penerimaan.
Tehnik komunikasi yang digunakan pada fase ini adalah:
1. Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kematian pasien
6. Contoh komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronik
a. Tahap pra-interaksi
Pada fase ini perawat belum bertemu dengan pasien. Perawat pada fase ini perlu
mempersiapkan diri, norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan, antisipasi,
kontrak waktu dan rencana tindak lanjut.
b. Tahap orientasi
Tahap dimana perawat bertemu dengan pasien. Pada tahap ini. Pada tahap ini terdiri dari
salam, perkenalan, penyampaian tujuan, kontrak waktu, kesiapan klien.
Contoh;
Perawat: assalamualaikum, apakah ini dengan bapak A?
Pasien : waalaikumsalam, benar bu
Perawat: perkenalkan nama saya suster B, tujuan saya kesini adalah memeriksa kondisi

6
bapak sekarang, dan menyampaikan hasil test laboratorium yang kemarin bapak lakukan,
waktunya sekitar 15 menit. Apakah bapak bersedia?
Pasien : bersedia sus..
c. Tahap kerja perawat
Perwat : baik, kalau begitu saya izin memeriksa bapak terlebih dahulu ya.
Pasien : iya sus
Perawat : baik pak saya izin untuk menyampaikan hasil test dan sebelumnya saya mohon
maaf jika informasi yang saya sampaikan kurang baik untuk bapak
pasien : baik sus
perawat: menurut hasil test kemarin, didapatkan bahwa bapak positif HIV/Aids
pasien : tidak sus, itu tidak mungkin terjadi
perawat: saya paham akan hal itu, sulit bagi anda
pasien : apa yang bisa saya lakukan supaya sakit yang saya derita sembuh total?
Perawat: hingga saat ini belum ada obat untuk penyakit tersebut. Akan tetapi kami akan
berusaha melakukan yang terbaik untuk kesehatan bapak. Apakah berita ini
perlu disampaikan pada keluarga bapak?
Pasien : iya sus, mereka berhak tau kondisi saya sekarang
Perawat: baik pak, apakah ada yang bapak tanyakan lagi?
Pasien : tidak sus
d. Terminasi
Perawat : kalau begitu saya permisi pak, nanti pada pukul 2 siang saya akan kembali
kesini untuk memberikan obat kepada bapak, assalamualaikum
Pasien : waalaikumsalam

B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA KELUARGA


1. Pengertian keluaraga
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefenisikannya.
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya
meliputi ayah,ibu dan anak atau anak-anak. (singgih,2008)
7
Friedman (2009) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Unsur-unsur komunikasi terapeutik
Menurut kariyoso (2007) bahwa unsur-unsur komunikasi meliputi:
a. Komunikator (pembawa berita)
Komunikator adalah individu, keluarga atau kelompok yang mempunyai inisiatif
dalam menyelenggarakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain yang
menjadi sasaran.
b. Message (pesan atau berita)
Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing-
lambang pembicaraan, gerakan-gerakan dan sebagainya. Mesasage bias berupa
gerakan,
sinar, suara, lambaian tangan dan sebagainya. Sedangkan dirumah sakit message
bias berupa nasehat dokter, hasil konsultasi pada status klien, laporan dan
sebagainya.
c. Channel (saluran)
Channel adalah sarana tempat berikutnya lambing-lambang, meliputi
pendengaran, penglihatan, penciuman dan perabaan.
d. Komunikan
Komunikan adalah objek-objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang
yang menerima berita atau lambing, bias berupa klien, keluarga maupun
masyarakat.
e. Feed back
Feed back adalah arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya
komunikasi. Hal ini bias juga dijadikan patokan sejauh mana pencapaian dari
pesan yang telah disampaikan.
3. Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga (ayah, ibu, anak).
b. Komunikasi orang tua dan anak
8
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga
dimana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang
terjalin antara orang tua dan anak disini bersifat dua arah, disertai dengan
pemahaman bersama terhadap sesuatu hal dimana antara orang tua dan anak
berhak menyampaikan pendapat, pikiran informasi atau nasehat. Hubungan
komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati,
dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah
dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan
pada anak yang pengambilan komunikasinya cenderung meminta dan menerima.
Missal memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak lebih bersifat pengasuhan
cenderung
anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih maka
peran ibu lebih menonjol
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang
lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda,
biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau factor kelahiran.

4. Factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga


Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain, dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah factor-faktor yang mempengaruhi komunukasi dalam keluarga,
seperti yang akan diuraikan berikut ini:
a. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya,
statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa
dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung
disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
b. Suasana psikologis
Suasana psikologis diakui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c. Lingkungan fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan
cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda
dengan yang terjadi disekolah, karena memang kedua linhkungan ini berbeda.
Suasana dirumah bersifat informal, sedangkan suasana disekolah bersifat formal.
Demikian juga komunikasin yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap
masyarakat memiliki norma yang harus ditaati, maka komunikasi yang
berlangsung pun harus taat norma.
d. Kepemimpinan
Dalam keluarga, seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat dan
strategis.
Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana
yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan
tersebut
5. Strategi komunikasi terapeutik pada keluarga
Tehnik komunikasi efektif dalam keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi didalam keluarga tercipta
secara sfektif, yaitu:
a. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasa nya akan menimbulkan kesan serupa (timbal
balik) dari si lawan diskusi. Orang tua akan sukses berkomunikasi dengan anak
bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anakpun
akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orang tua atau orang
disekitarnya
10

b. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain.
Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti
keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangan nya terlebih
dahulu.ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan
harapannya. Mendengarkan disini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa
saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga
c. Audible
Audible berarti “dapat didengarkan” atau bias dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bias diterima
oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata
yang sopan, atau cara menunjuk termasuk kedalam komunikasi yang audible ini.
d. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan
anak, orang tua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bias jelas maknanya.
Salah satu caranya ialah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat
tingkatan usia)
e. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan
masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi,
karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
f. Rendah hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
11
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka
lawan diskusi kita menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.
6. Hambatan dalam komunikasi
a. Konflik peran
b. Usia
c. Pendidikan
d. Ekonomi
e. Budaya
f. Bahasa
7. Karakteristik komunikasi terapeutik pada keluarga
 Keluarga
a. Terdiri atas orang-orang yang Bersatu karena ikatan perkawinan
b. Anggota keluarga hidup Bersama dalam satu rumah dan membentuk
rumah tangga
c. Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi
d. Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang sama.

8. Praktik komunikasi pada keluarga


Ilustrasi kasus
Keluarga tn bani 55 tahun berjumlah 5 orang terdiri atas istri dan anak 3 orang. Saat
ini keluarga mengalami masalah kesehatan. Istri dan anaknya menderita TBC paru.
Anda merencanakan untuk melakukan prevensi dan promosi kesehatan untuk
mencegah meluasnya masalah pada anggota keluarga lainnya.
Diagnosis keperawatan
- Kurang pengetahuan keluarga
Rencana keperawatan
- Lakukan pendekatan keluarga
12
- Lakukan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan kesehatan keluarga
dengan masalah TBC
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat dan kooperatif dalam mencegah terjadinya masalah
Fase orientasi
Salam terapeutik: “selamat pagi bapak, ibu, dan semuanya. Saya ibu tri” (sambil
melihat respons keluarga)

Evaluasi dan validasi


“bagaimanakah kabarnya hari ini? Saya lihat ibu tampak lemas dan sering batuk”.
Kontrak: “hari ini saya akan memberikan penyuluhan tentang TBC dan cara
pencegahannya. Waktunya 30-45 menit, apakah bapak ibu siap?
Tempatnya diruangan tamu ini saja, ya?”
Fase kerja
(tuliskan kata-kata sesuai tujuan dan rencana yang akan dicapai atau dilakukan)
Perawat: “sebelum saya menjelaskan cara pencegahan penyakit TBC, lebih dahulu
saya akan menjelaskan tentang apa itu penyakit TBC.”
Keluarga: (respons)
Perawat: “penyakit TBC adalah…..”sampai seluruh materi disampaikan
Pasien: (mendengarkan)
Perawat: (melakukan komunikasi dalam rangka promosi kesehatan keluarga sampai
selesai sesuai materi yang dibuat dalam proposal kegiatan)
Fase terminasi:
Evaluasi subjektif dan objektif:
“bagaimana perasaan bapak, ibu dan adik-adik semua? Coba jelaskan bagaiman cara
mencegah penularan penyakit TBC?”

13

DAFTAR PUSTAKA

Devito & Joseph. 1997. Komunikasi antar manusia. Jakarta: professional book.

Devito & Joseph 2011. Komunikasi antarmanusia. Tanggerang selatan: karisma publishing
Groub

Djuarsa & Sasa. 1994. Teori Komunikasi: Universitas Terbuka

Effendy & Onong. 2000

Freidman, L.M, 2010.: riset, Buku ajar keperawatan keluarga teori, praktik (5th ed). Jakarta:
ECG

Gunarsa, singgih. 2008. Psikologi praktis : anak, remaja dan keluarga. Jakarta : gunung mulia.

Kariyoso 2007. Pengantar komunikasi bagi siswa perawat. Jakarta : EGC

Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : Teori & Aplikasi.
Jakarta:EGC

Mulyana & Deddy.2001. ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Purwanto & Heri. 1994. Komunikasi untuk perawat. Jakarta : EGC.

Suryani 2014. Komunikasi Terapaeutik : Teori & praktik, Ed. 2, Jakarta : EGC
14

Anda mungkin juga menyukai