Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT KRONIS

“Self Management For Chronic Care”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Penyakit Kronis

Dosen pembimbing : Dr. Fahrun Nur Rasyid, S.Kep., Ns., M. Kes

Disusun oleh :

Muhammad Nawa Shidiiqy

(J210170008)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa


keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, Self Management, serta kurangnya
kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?

1.2.2 Apa penyebab dari penyakit kronis?

1.2.3 Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?

1.2.4 Bagaimana cara berkomonikasi dan Self Management dengan pasien kronis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis

1.3.2 Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis

1.3.3 Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap
pasien kronis

1.3.4 Menjelaskan bagaiman berkomonikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit kronis

Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan
dengan gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang,
sebagian dari penatalaksanaan ini mencakup belajar untuk hidup dengan gejala kecacatan,
sementara itu pula ada yang menghadapi segala bentuk perubahan identitas yang di akibatkan
oleh penyakit.

2.2 Penyebab penyakit kronis

Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat
sosial,ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi telah
memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang
mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa memungkinkan deteksi dini
penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di obati, dengan demikian juga meningkatkan
umur panjang. Meskipun merupakan penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna
perkembangan dan penggunaan medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik.

Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan


masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk
menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi
bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat
mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.

2.3 Fase kehilangan pada penyakit kronis dan Self Management tekhnik komonikasi

Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga
perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus
memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam
menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.

1. Fase Denial ( pengikraran )

Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak
kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu
terjadi “.

Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari
informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi
tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

Teknik komonikasi yang di gunakan :

a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi


kehilangan dan kematian

b. Selalu berada di dekat klien

c. Pertahankan kontak mata

2. Fase anger ( marah )

Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu
menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di
sekitarnya, ornag ornag tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun
dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.

Teknik komonikasi yang di gunakan ;

A. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya

B. Hearing.. hearing.. dan hearing..

C. Menggunakan teknik respek

3. Fase bargening ( tawar menawar )

Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila
proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja
yang sakit bukan anak saya “

Teknik komonikasi yang di gunakan :

a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar

b. Menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan

4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang
kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang
menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun

Teknik komonikasi yang di gunakan :

a. Jangan mencoba menenangkan klien

b. Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.

5. Fase acceptance ( penerimaan )

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di
nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi
apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika
mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Teknik komonikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan
waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien

D. Menyampaikan berita buruk

langkah langkah nya adalah ;

1. Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi

Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari
seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada
anda “

Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter
dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian
dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak
semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.

Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar,
2. Membuat hubungan

Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara
sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.

Beberapa tugas penting di awal ;

a. Percakapan awal

Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat ornag yang elum di
ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.

b. Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)

Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentnag pemahaman
resipien terhadap situasi.

Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan
akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat
mengutarakan pertanyaan seperyi “ mengapa tes itu di lakukan?”

3. Berbagi cerita

Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang
ada lingkungannya.

a. Bicara pelan

b. Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kuran baik untuk anda.

c. Sampaikan berita yang akan di sampaikan, jika itu adalah suatu diagnosa, minta dokter
untuk menyampaikannya langsung. Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek
saja.

4. Akibat dari berita

a. Tunggu reaksi dan tenang

Misal : menangis, pingsan dll

b. Liat dan berikan respon sebagai tanda empati

Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam
pikiran anda saat ini?
c. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya

Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan

“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “

5. Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat

Sering kali perwat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh
karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa
sebagai support system bagi diri anda sendiri unntuk menenangkan diri dengan bermeditasi dan
berdoa
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dapat di simpulkan bahwa teknologi juga mempengaruhi terhadap terjangkitnya penyakit
kronis, kenapa? Karna teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir
sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh
teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun
pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti
ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.

3.2 Saran

Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan asuhan
keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar dan bijaksana sehingga
terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah.2001.Komonikasi Terapeutik.Jakarta.Aditama

Www.komonikasipadapenyakitkronis.com

Anda mungkin juga menyukai