Anda di halaman 1dari 36

Ns. Anuthfa Amri, S.Kep, M.

Kes
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,

dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan

intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses

penyembuhan pasien

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan

bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan

komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien


Komunikasi Keperawatan Paliatif bertujuan untuk mengembangkan
pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisi diri
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
sertamencapai tujuan yang realistis
‘’ Klien yang mengalami gangguan identitas personal
biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas ’’
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses
and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien tanpa melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap
individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus
mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
(trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998).
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi
5. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai.
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap
untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,
keberhasilan maupun fungsi.
1. Mendengar (Listening)

Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar


perawat mengetahui perasaan klien, memberi kesempatan lebih banyak
pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif
dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu

diluruskan
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)

Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan


perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:

“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita bicarakan
hari ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat
dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan
“saya mengerti yang saudara katakan”.
3. Mengulang (Restarting)

Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk

menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti

pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa

tidur karena....”.
4. Klarifikasi

Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien

berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang

diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.

Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”.

Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

perawat-klien.
5. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien
untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat
menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas,
kalau saya tanya pasti marah.
6. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab
panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya
sudah minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses
infeksi, dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.
7. Saran

Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada

fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk

dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda

dapat mengurangi atau berhenti merokok.


Penyakit Kronis
• Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit

berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap

dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009)


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat
diantaranya adalah :
a. Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung.

b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1. Klien menjadi pasif

2. Kekanak-kanakan

3. Merasa tidak nyaman

4. Bingung

5. Merasa menderita
Dampak somatik

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh :
DM

1. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).

2. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social


dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.
Fase kehilangan pada
penyakit kronis dan tekhnik
komunikasi
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “.

Teknik komunikasi yang di gunakan :


Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata
• Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di
sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya
sendiri.

• Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan


pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, dan
menggunakan teknik respek
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja
kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses
berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “
kalau saja yang sakit bukan anak saya

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi kesempatan kepada


pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus
asaan, perasaan tidak berharga

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba


menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase
menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang
dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat
memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu
tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada
fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah
meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk
mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
Menyampaikan berita
buruk
Langkah – Langkahnya adalah :

a. Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai macam informasi

Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan


bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan dengan
tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri,
datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan
kepada anda “
b. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang
akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda
sampaikan.

Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana
terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa
dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan
kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus
mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.
c. Berbagi cerita

Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya
akan mengenai semua yang ada lingkungannya.

Bicara pelan

Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang


kurang baik untuk anda....

Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.


d. Akibat dari berita
Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dl
Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada
dalam pikiran anda saat ini?
Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Respon Klien Terhadap Penyakit
Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-

Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

a. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien

merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.


b. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan


melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

c. Kehilangan situasi

Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama


keluarga kelompoknya

d. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh


seperti panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan


gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

f. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti


klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi
dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk

dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi

image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi

idealism diri dan harga diri rendah


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai