Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 2

• INDAH NURLAILI J. 172310101026 • DYAH AYU P 172310101042


• VIO PUTRI A.L. 172310101027 • DINDA ANGELINA H. 172310101043
• LATIFAH NUR J. 172310101028 • LARASWATI A. L. 172310101044
• MOHAMMAD ARIF K. 172310101029 • FAUZATUL WALIDANIK172310101045
• RIYAN JUWITA I 172310101031 • DJUHAR MANIEK B. 172310101046
• NURUL IZZAH R.C. 172310101032 • RIZAL FAIZAL B. 172310101047
• RIZA AMINIYAH 172310101033 • YAHTARIA ULFIA A. 172310101048
• SITI NUR WAHIDAH 172310101034 • GELDINE RAUDINA 172310101049
• ANNISA KUSUMA W. 172310101035 • IKA HESTRI P. 172310101050
• YUNI PUJI LESTARI 172310101036 • NOVA DWI SAPUTRI 172310101051
• NUR DIANA 172310101037 • RESITA OVINA I. 172310101052
• DWI AYU FITRIA S. 172310101038 • RACHMATIKA W. K 172310101053
• RESI PERMATASARI 172310101039 • YUZQI RIZQULLAH 172310101054
• LINDA WINARTI 172310101040 • ECHI AGNES C. 172310101055
• FATHIMAH SYAHIDYAH 172310101041
Teknik Komunikasi
Pada Lansia dan Pada
Pasien Gangguan
Kesadaran
Pengertian komunikasi pada lansia
• Komunikasi merupakan proses interpersonal dengan
melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari
informasi dan ide. Komunikasi mengacu pada perasaan
dan emosi individu pada saat menyampaikan
hubungan(Potter & Perry, 2005).
• Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam
Bab 1 Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang meencapai usia 60(enam puluh)
tahun keatas.
Berdasarkan usianya, WHO mengelompokkan usia lenjut
menjadi 4 macam, meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59
tahun
b. Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun
c. Usia lanjut usia(old) kelompok usia antara 75-90 tahun
d. Usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor
fisik,psikologi, lingkungan dalam situasi individu harus
mengaplikasikan keterampilan komunikasi yang tepat, dan
memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu
yang tepat.
Teknik Komunikasi pada Lansia
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.
2. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
3. Responsif
Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien.
. 4. Sabar dan Ikhlas
Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang
merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini perlu disikapi
dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel dan
tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan perawat.
5. Supportif
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi
keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi
termotivasi untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai
kemampuannya. Dukungan diberikan baik secara materiil
maupun moril.
6. Klarifikasi
Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
agar pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama
dengan klien.
Hambatan Komunikasi pada Lansia
1. Agresif dalam berkomunikasi, yang ditandai dengan :
a) Terlalu mengkontrol atau mendominasi lawan bicara saat
berkomunikasi.
b) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
(ngeyel).
c) Suka menjelekan orang lain di depan umum (baik dengan
perkataan maupun perbuatan).
d) Menonjolkan diri sendiri, dengan meremehkan orang lain.
2. Non- asertif
a) Menghindar jika diajak berbicara.
b) Merasa lemah dan tidak sebaik orang lain.
c) Diam dan lebih mengikuti aturan orang lain.
d) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain.
e) Membiarkan orang lain mengambil keputusan
tentang diri kita (lansia).
f) Tidak berani mengungkapkan pendapat.
Teknik Komunikasi Efektif Pada Lansia

1. Perawat sebagai komunikator yang melaksanakan


komunikasi terapeutik harus mempersiapkan fisik
dan mental untuk bertemu dengan klien
2. Sebelum bertemu klien, perawat harus mengetahui
beberapa informasi mengenai klien (nama, umur,
jenis kelamin, keluhan penyakit, dan sebagainya).
Apabila perawat telah dapat mempersiapkan diri
dengan baik sebelum bertemu dengan klien, maka ia
akan bisa menyesuaikan cara yang paling tepat
dalam menyampaikan komunikasi terapeutik kepada
klien, sehingga klien dapat dengan nyaman
berkonsultasi.
3. Perawat harus melakukan kontak fisik
berupa kontak mata sehingga sifat
bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan
dinamisme tercipta.
4. Perawat harus menerima apapun
keadaan pasien untuk melanjutkan
pengkajian dan evaluasi masalah yang
ada.
5. Perawat harus bisa menciptakan suasana
persahabatan dengan klien agar klien merasa sejajar
dengan perawat dan klien dapat mengungkapkan
semua yang dirasakan kepada perawat.
6. Mengobservasi keadaan klien dengan tepat untuk
membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan
yang didapat dan mempertahankan batas hubungan
yang ditentukan, yang diukur, antara lain,
mengantisipasi masalah yang akan timbul atas
rencana pengobatan, melakukan peningkatan
komunikasi untuk mengurangi ketergantungan klien
pada perawat.
Teknik dalam Perawatan Lansia pada
Reaksi Penolakan

1. Kenali segera reaksi penolakan.


 Biarkan klien bertingkah laku pada
tenggang waktu tertentu untuk
beradaptasi
 Identifikasi pikiran ?
 katakan kenyataan yang dialami klien
secara perlahan.
 Jangan mendukung penolakan klien.
2. Orientasi klien lansia pada pelaksanaan
perawatan diri sendiri untuk mempermudah
proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan dilakukan dengan cara sbb:
 Libatkan klien dalam perawatan.
 Berikan pujian klien karena usahanya.
 Membantu klien untuk mengungkapkan
keresahan atau perasaan sedihnya dengan
menggunakan pertanyaan
terbuka,mendengarkan dan meluangkan
waktu bersama
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat untuk
memperoleh sumber informasi atau data dan
mengefektifkan tindakan agar dapat terealisasi
dengan baik.
 Melibatkan keluarga atau pihak terdekat dalam
membantu klien untuk menentukan perasaannya.
 Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada
keluarga tentang masalah klien dan hal-hal yang
dapat dilakukan dalam rangka membantu.
 Hendaknya pihak lain (keluarga) memuji usaha
klien dalam menerima kenyataan.
 Menyadarkan pihak terkait akan pentingnya
hukuman (bukan fisik) apabila klien menggunakan
penolakan
Komunikasi pada
pasien tidak sadar
Karakteristik pasien tidak sadar

• Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita


sebut dengan koma. Pada proses ini
susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran.
• Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya
pasien tidak responsif, namun mereka masih
dapat menerima rangsangan. Pendengaran
dianggap sebagai media terakhir berfungsi
pada pasien koma.
Berkomunikasi dengan Pasien Tidak
Sadar
A. Fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar
1. Mengandalikan perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah
tidak memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi
komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai
pengendali perilaku. Namun pasien tetap memiliki perilaku
negatif yaitu tidak dapat mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Perlu diingat pasien masih dapat mendengarkan.
Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk
berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan
motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada
setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih
maju dari keadaan yang sedang ia alami.
3. Pengungkapan Emosional
Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan
terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang
dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita
dituntut untuk tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu
akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung terhadap
klien.
4. Informasi
Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan
terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien
berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada
klien. Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan
tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukan
tindakan tersebut kepadanya.
B. Dimensi Hubungan yang Membantu

1. Rasa Percaya
Komunikasi perawat dengan klien yang tidak sadar rasa percaya
dapat tumbuh pada klien jika perawat dapat menunjukan semua
tindakan ingin membantu klien serta dengan komunikasi yang
baik pula. Untuk meningkatkan rasa percaya klien, perawat harus
bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten.
Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat
membantu terjadinya rasa percaya.
2. Empati
Rasa empati yaitu merasakan, memahami kondisi klien pada
saat itu. Disini perawat dapat menjadi pemotivasi terhadap klien
dengan adanya rasa empati, hubungan yang terjalin akan
menjadi lebih efektif.
3. Perhatian
Perawat menghargai pasien yang tidak sadar
selayaknya pasien yang sadar, bahwa klien tetap
mengetahui apa yang perawat komunikasikan
selayaknya ia sadar. Klien akan merasakan bahwa
perawat menunjukan perhatian dengan menerima
klien sebagaimana mereka adanya.
4. Autonomi
Setiap manusia itu unik dan tiada yang sama. Perawat
harus berusaha mengontrol diri terhadap hal-hal yang
sensitif terhadap klien. Pada pasien yang tidak sadar,
perawat harus berhati-hati untuk berbicara hal yang
negatif di dekat klien, karena hal itu sangat
berpengaruh terhadap klien.
5. Mutualitas
Mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi
dengan sesama. Perawat dan klien bekerja
sebagai tim yang ikut serta dalam
perawatan. Perasaan untuk merasakan
bahwa kita saling membutuhkan dapat
menumbuhkan hubungan yang membantu
dalam penyembuhan klien.
Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak
Sadar
Menurut Pastakyu, (2010) cara berkomunikasi dengan
pasien yang tak sadar menggunakan komunikasi terapeutik.
Adapaun teknik komunikasi terapeutik yang diterapkan
dalam berkomunikasi dengan pasien yang tak sadar
adalah:
1. Menjelaskan
Walaupun pasien tidak sadar, perawat tetap harus
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien. Penjelasan dapat berupa intervensi. Dengan
menjelaskan pesan secara spesifik akan mudah
dipahami oleh pasien.
2. Memfokuskan
Perawat memfokuskan informasi terhadap pesan yang
ingin diberikan kepada pasien untuk menghilangkan
ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberikan Informasi
Informasi yang dapat diberikan kepada pasien adalah berupa
intervensi ataupun kemajuan dari status kesehatan pasien.
Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan klien dan
pendorongnya untuk menjadi lebih baik
4. Mempertahankan ketenangan
Ketenangan yang diberikan oleh perawat kepada pasien
disini berupa kesabaran dalam merawat pasien. Tujuannya
yaitu untuk membantu dan mendorong pasien menjadi lebih
baik. Ketenangan perawat dapat ditunjukkan dengan
komunikasi non verbal seperti memberi sentuhan yang
hangat sebagai media pengirim pesan
Untuk komunikasi terhadap pasien tak sadar
merupakan model komunikasi satu arah
dimana hanya dilakukan oleh seorang
pengirim pesan (perawat) dan diterima oleh
oleh penerima tanpa feed back (pasien tak
sadar.
Prinsip – prinsip berkomunikasi dengan pasien
yang tidak sadar:
1. Berhati-hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat
klien, karena klien yang tidak sadar biasanya bisa
mendengar suara dari lingkungan sekitar walaupun klien
tidak mampu merespon suara sama sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar
pembicaraan kita. Usahakan mengucapkan kata-kata
dengan menggunakan nada normal dan memperhatikan
materi ucapan yang kita sampaikan didekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang
mungkin untuk membantu klien fokus pada komunikasi
yang perawat lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry, A.G.. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4
Volume 1. JakaArta : EGC
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia
Ayuningtyas, F., dan W. Prihatiningsih. 2017. Komunikasi
Terapeutik pada Lansia di Graha Werdha AUSSI Kusuma
Lestari, Depok. MediaTor. 10(2): 201-2015.
http://anakkomik.blogspot.com/2009/10/komunikasi-dengan-
pasien-tak-sadar.html
Pastakyu. 2010. Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar.
http://dellyawallia.web.unej.ac.id/2015/05/07/teknik-
komunikasi-pada-kelompok-khusus/

Anda mungkin juga menyukai