Komunikasikan dengan
2.
jelas
Kembangkan
3.
kemampuan mendengar
Meningkatkan kepercayaan
5.
diri dan gambaran diri
Dapat
• apa adanya dan mampu bertindak demi
meyelesaikan kepentingannya
permasalahan
Kepuasan diri,
• Mempunyai kepuasan diri, harga diri, dan
harga diri, dan kepercayaan diri.
kepercayaan diri
8
diri.
menciptakan hubungan antar-pribadi yang efektif dari
pada perilaku pasif atau agresif. Sehingga menambah
diri untuk menerima orang lain yang berbeda pendapat dengan kita.
Dapat menganalisa setiap keadaan individu dan mengakui semua hak asasi
manusia.
Dapat menerima hak orang lain untuk menolak tanpa marah dan melawan.
2. Self Esteem
Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekhawatiran sosial yang rendah sehingga
mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
3. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan
usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang
4. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka dengan orang lain.
5. Tipe Kepribadian
Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi
oleh tipe kepribadian seseorang.
6. Situasi Tertentu Lingkungan Sekitarnya
Dalam berkomunikasi seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi
kerja antara atasan dan bawahan.
PENGGUNAAN ASERTIF DALAM
KEPERAWATAN
Bersikap asertif merupakan salah satu pilihan 1
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi 6
dengan pasien atau rekan kerja yang lain.
Menurut Rizkani (2009) perilaku asertif
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi
dapat mempengaruhi hubungan
manusia yang memungkinkan seseorang untuk
interpersonal perawat dengan pasien.
menetapkan, mempertahankan, dan
Perilaku asertif dapat diterapkan dalam
meningkatkan kontak dengan orang lain. Di
manajemen konflik guna menghindari
dalam keperawatan komunikasi merupakan
stress
proses yang sangat khusus dan berati dalam
hubungan antar manusia (terutama antara Sedangkan menurut Townsend (2009)
perawat dan pasien). Pada profesi keperawatan penggunaan asertif dalam praktik
komunikasi menjadi lebih bermakna karena keperawatan dapat diterapkan dalam
merupakan metode utama dalam setiap tahan asuhan kepawatan yakni
mngimplementasikan proses keperawatan . dari tahap pengkajian hingga evaluasi
RESPON ASERTIF
Bower dan Bower (dalam Sheldon, 2010) Deskripsi format “DESK” untuk menyusun respon asertif :
a. Deskripsikan situasinya: “pasien mengatakan bahwa dia tidak menerima…”
b. Ekspresikan perasaan Anda mengenai situasi tersebut: “saya merasa bahwa…”
c. Spesifikasikan perubahan atau tindakan yang Anda inginkan: “saya ingin Anda…”
d. Konsekensi, identifikasikan hasil yang diinginkan: “ dengan demikian…”
4) Nada suara dan Bunyi (Langsung, Rileks, Bersahabat, Baik dalam keseimbangan
dan Nada suara tidak menuntut).
5) Gesture (Terbuka, Tangan tidak diangkat diatas siku dan kedua bahu dalam kondisi
rata).
Latihan asertif merupakan salah satu teknik yang terdapat di dalam
pendekatan behavioral dan merupakan sebuah keterampilan khusus yang
digunakan untuk mengajarkan individu cara mengekspresikan perasaan
positif dan negatif secara terbuka dan langsung (Corey, 2012). Asumsi dasar
dari asertif training ini adalah seseorang memiliki hak untuk mengungkapkan
atau mengekspresikan dirinya (Corey, 2013).
1. Latihan asertif efektif dalam meningkatkan keterampilan asertif
individu
Latihan asertif efektif dalam membentuk pola komunikasi
individu, mengajarkan individu bagaimana caranya menyatakan
keinginan, menolak sebuah permintaan atau berkata tidak dan menerima
serta menolak kritik.
2. Latihan asertif efektif meningkatkan kemampuan individu dalam
mengekspresikan perasaan
Beberapa individu kerap mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan perasaannya. Latihan asertif membantu individu untuk dapat
mengekspresikan apa yang ada pada diri mereka (Corey, 2013). Latihan ini membantu
individu mengekspresikan pendapatnya terhadap suatu hal, perasaan-perasaannya,
serta keinginan-keinginan dalam diri individu. Dalam latihan asertif individu belajar
untuk mengungkapan perasaan marah, senang, hangat, dan lain sebagainya. Latihan
asertif juga membuat individu mampu mengungkapkan keyakinan dan pemikirannya
secara terbuka. Hal ini penting untuk seorang individu karena dengan mereka
mengungkapkan apa yang dirasakannya, mereka dapat terhindar dari konflik internal.
Selain itu, mengekspresikan perasaan juga membuat seorang individu merasa lebih
berharga karena telah menyuarakan apa yang menjadi keinginan-keinginan dan
pendapat-pendapat mereka (Kirst, 2011), serta mereka akan lebih dihargai oleh
lingkungan karena bersikap jujur dan terbuka.
3. Latihan asertif efektif untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi
Dalam membangun hubungan interpersonal dibutuhkan pola
komunikasi yang baik agar terjadi kesetaraan. Permasalahan orang
yang tidak asertif adalah tidak memiliki keterampilan
berkomunikasi yang dapat menunjukan apa yang menjadi
kebutuhannya dan apa yang menjadi ide-idenya, sehingga mereka
yang tidak mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan
keinginan kepada orang lain secara tidak langsung dapat
berpengaruh bagi kemajuan daya pikir dan prestasinya. Latihan
asertif membuat individu untuk belajar berkomunikasi dengan baik,
individu dilatih untuk memiliki atau meningkatkan keterampilan
dalam mengkomunikasikan kebutuhan serta ide-ide mereka.
Mendengar: mendengar isi pembicaraan
Menyaatakan harapan dengan jelas: mengatakan dengan lugas dan jujur
Memperhatikan : fokus pada masalah yang ada
Kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah
Bersikap gigih dan sabar dalam situasi dan kondisi apapun
Memberikan kritik yang membangun
KOMUNIKASI ASERTIF
Secara umum komunikasi asertif berarti berusaha untuk
memperjuangkan hak kita sendiri namun dengan tidak mengganggu
hak orang lain
Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikasi asertif merupakan
sebagai kemampuan seorang dalam menyampaikan perasaan,
keinginan dan keyakinannya.
Tujuan komunikasi asertif adalah untuk menumbuhkan perasaan
menghargai diri sendiri dan orang lain dan membina hubungan saling
percaya.
Menurut (Towned, 2007) asertif adalah jalan hidup untuk melakukan
suatu kegiatan berdasarkan atas sikap saling mengharagai dan saling
menghormati.
Komunikasi Assertif (Assertive Communication) merupakan komunikasi yang terbuka,
menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang menjaga
hubungan perasaan antar manusia tidak hanya kepada hasil akhir komunikasi ini. Komunikasi
asertif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat terbuka dan jujur mengenai pendapat diri dan orang lain.
2. Mendengarkan pendapat oranglain dan mehaminya.
3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa menyinggung perasaan orang lain
4. Mencari solusi terbaik dan keputusan berama
5. Menghargai diri sendiri dan orang lain
6. Mengatasi konflik
7. Menyatakan perasaan pribadi secara jujur dan berhati-hati
8. Mempertahankan hak diri (Muhith dkk., 2018).
Menurut Doris Hulbert dalam Widyastuti (2017), ada enam teknik:
1. Mendengar
Mendengar aktif agar paham permasalahan yang terjadi
2. Menyatakan harapan dengan jelas
Mengatakan dengan lugas, jujur dan jelas
3. Memperhatikan
Memberi perhatian dan fokus pada hal-hal yang dibicarakan
4. Kompromi dan negosiasi
Berusaha berkompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan.
5. Bersikap gigih (persistent) dan sabar
Berpenderian teguh dan sabar dalam berbagai situasi dan kondisi
6. Memberikan kritik yang efektif dan membangun:
Memberi kritik dan saran positif yang membangun dalam pemecahan masalah.
• Amalia, R. F. dan B. A. Keliat. 2018. Terapi Kelompok Asertif Efektif Meningkatkan Kemampuan Asertif Dan Resiliensi Pada Remaja Di Smpn Padangpanjang. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 21(1) : 60-68
• Effendi, S. dan I. Savitri. 2011. Kenali Komunikasi. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).
• Jaya, P. dan Suratmi. 2014. Hubungan Perilaku Asertif Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Teratai RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2 (18): 91–99.
• Laksono, A. D., A. R. Husna. 2015. Komunikasi Asertif Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Universtas Muhammadiyah
Surabaya. 2 (2): 21-27
• Morrison,P., Burnard,P. 2009. Caring & Communicating Hubungan Interpersonal Dalam Keperawatan. Jakarta:EGC
• Muhith, A. dan S. Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Telehealth. Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
• Prabowo Satrio Arga, Asni. 2018. Latihan Asertif: Sebuah Intervensi yang Efektif. Jurnal Bimbingan dan Konseling (7)1: 116-120.
• Rizkani, R. S. 2009. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar & Nusa Indah
RSUD. dr. Djoelham Binjai. Skripsi. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Sumatera Utara.
• Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-Based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
• Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-Based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
• Widyastuti, T. 2017. Pengaruh Komunikasi Asertif Terhadap Pengelolaan Konflik. Jurnal Sekretari dan Manajemen. 1 (1): 1-7.
• Widyastuti,T.2017.Pengaruh Komunikasi asertif terhadap Pengelolaan Konflik.Jurnal Sekretasi dan Manajemen. (1)1:1-7
THANK YOU
FOR YOUR WATCHING!