Anda di halaman 1dari 31

KOMUNIKASI ASERTIF

Intan Rahmawati 17-001


Wella Pasha Dhea 17-012
Nurhafidin Ramadhani 17-002
Herninda Febrianti 17-013
Atifah Adha Manurung 17-003
Chintya Lucyana 17-014
Chilyah Faiqotun N 17-004
Sinditya Faridatul 17-015
Imaniar Rosyida 17-005
Atik Sri Suminarwati 17-016
Nur Hasanatil Fauziah 17-006
Imelda Desya Hajar 17-017
Icha Yusfi Namami 17-007
Yudha Ferdian P 17-018
Dina Setia Indah S 17-008
Rizky Rama Aji 17-019
Iis Safira Ariviana 17-009
Rizky Hidayaturrokhim 17-010
Ayu Prisilia Fatimah 17-011

Zainal Nur Rohman 17-020 Winda Mufidayani 15-101


Rifka Sabrianti Fajrin 17-021 Husmita Faradiba 15-106
Lovina Oktrivia Ivanik 17-022 Ahmad Rofi’i 15-298
Nighita Novia P 17-023
Rista Dwi Pratiwi 17- 024
Eka Windra Dewi 17-025
KONSEP KOMUNIKASI ASERTIF
Kata asertif berasal dari bahasa inggris yaitu “to assert” yang artiya positif yaitu menyatakan
sesuatu dengan terang-terang atau tegas serta bersikap positif.
Menurut MacNeilage dan Adams, Asertif adalah satu bentuk tingkah laku interpersonal yang
terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan
penghormatan terhadap individu
Menurut Burley, Asertif adalah satu bentuk tingkah laku yang menunjukkan penghormatan
terhadap diri dan orang lain.
Di dalam perilaku asertif terkandung perilaku : kesanggupan untuk bermasyarakat, berempati,
dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal,
Sanggup Komunikasi Komunikasi Non
Ber Empati Verbal Verbal
Bersmasyarakat
Menggunakan kata “ 5
1.
TIDAK” seperlunya

Komunikasikan dengan
2.
jelas

Kembangkan
3.
kemampuan mendengar

Komunikasi disertai bahasa


4.
tubuh yang sesuai

Meningkatkan kepercayaan
5.
diri dan gambaran diri

Menerima kritik dengan


6.
ramah
 Terbentuknya “ perilaku asertif “ diperkuat
dengan adanya hubungan timbal-balik antar siswa,
masyarakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan
sekolah. Berperilaku asertif pada hampir semua
situasi, orang akan merasa respek, senang
bekerjasama dengan individu yang brsangkutan.
Mempunyai
kemampuan untuk
• mengatakan sesuatu perasaan, kebutuhan, ide,
dan mengembangkan apa yang ada dalam 7
jujur dan langsung dirinya tanpa mengesampingkan orang lain

• apa adanya dan mampu bertindak demi


Terbuka kepentingannya

Inisiatif • Mampu mengambil inisiatif demi kebutuhannya

Meminta • Bersedia meminta informasi dan bantuan dari


informasi dan oranglain bilamana membutuhkan bantuan
bantuan ketika oranglain memerlukan pertolongan

Dapat
• apa adanya dan mampu bertindak demi
meyelesaikan kepentingannya
permasalahan

Kepuasan diri,
• Mempunyai kepuasan diri, harga diri, dan
harga diri, dan kepercayaan diri.
kepercayaan diri
8

Secara garis besar terdapat tiga bagian dari


setiap intervensi asertif yaitu empati/validasi
:
Empati atau validasi. Mencoba untuk
mengatakan sesuatu yang memperlihatkan
pemahaman atau pengertian terhadap
perasaan orang lain. Bentuk pemahaman ini
menunjukkan kepada mereka bahwa kita
tidak bermaksud untuk menciptakan konflik
atau perkelahian.
KEUNTUNGAN ASERTIF DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN
Berani untuk menolak pemintaan-perintaan yang tidak
rasional
Mengutarakan hal-hal yang dapat memberatkan diri
sendiri
Menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan keadaan
pribadi
Dapat berfikir jernih
Dapat memahami emosi diri dan orang lain
Meningkatkan kemampuan diri sehingga lebih percaya
diri
Menunjukkan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan
langsung, yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan

mengetahui perasaan seseorang, serta meningkatkan harga

diri.
menciptakan hubungan antar-pribadi yang efektif dari
pada perilaku pasif atau agresif. Sehingga menambah

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.


Dapat membantu tercapainya tujuan individu atau

kelompok secara efektif dan efisien.

Mengingkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan

dan mengurangi kesalahpahaman.

Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam

mengekspresikan diri sendiri.


 Dapat menghormati orang lain dengan cara mengakui mereka sesuai

dengan martabat manusia.

 Dapat mengekspresikan perasaan, pendapat, keyakinan serta rasa percaya

diri untuk menerima orang lain yang berbeda pendapat dengan kita.

 Dapat menganalisa setiap keadaan individu dan mengakui semua hak asasi

manusia.

 Dapat mendengarkan keluhan orang lain dengan baik.

 Dapat menerima hak orang lain untuk menolak tanpa marah dan melawan.

 Dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif.

 Dapat melakukan komunikasi efektif sesuai dengan kejujuran, keterbukaan

dan kesesuaian pada situasi yang tepat.

 Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan

apa yang dicari dalam hidup.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEASERTIFAN PERAWAT
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya wanita itu sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran 1
dibandingkan dengan laki-laki. Ada 2 penyebabnya yaitu perempuan sulit untuk mengungkapkan “tidak” dan
sulit untuk mengatakan “tolong”
4

2. Self Esteem
Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekhawatiran sosial yang rendah sehingga
mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
3. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan
usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang

4. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka dengan orang lain.
5. Tipe Kepribadian
Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi
oleh tipe kepribadian seseorang.
6. Situasi Tertentu Lingkungan Sekitarnya
Dalam berkomunikasi seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi
kerja antara atasan dan bawahan.
PENGGUNAAN ASERTIF DALAM
KEPERAWATAN
Bersikap asertif merupakan salah satu pilihan 1
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi 6
dengan pasien atau rekan kerja yang lain.
Menurut Rizkani (2009) perilaku asertif
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi
dapat mempengaruhi hubungan
manusia yang memungkinkan seseorang untuk
interpersonal perawat dengan pasien.
menetapkan, mempertahankan, dan
Perilaku asertif dapat diterapkan dalam
meningkatkan kontak dengan orang lain. Di
manajemen konflik guna menghindari
dalam keperawatan komunikasi merupakan
stress
proses yang sangat khusus dan berati dalam
hubungan antar manusia (terutama antara Sedangkan menurut Townsend (2009)
perawat dan pasien). Pada profesi keperawatan penggunaan asertif dalam praktik
komunikasi menjadi lebih bermakna karena keperawatan dapat diterapkan dalam
merupakan metode utama dalam setiap tahan asuhan kepawatan yakni
mngimplementasikan proses keperawatan . dari tahap pengkajian hingga evaluasi
RESPON ASERTIF
Bower dan Bower (dalam Sheldon, 2010) Deskripsi format “DESK” untuk menyusun respon asertif :
a. Deskripsikan situasinya: “pasien mengatakan bahwa dia tidak menerima…”
b. Ekspresikan perasaan Anda mengenai situasi tersebut: “saya merasa bahwa…”
c. Spesifikasikan perubahan atau tindakan yang Anda inginkan: “saya ingin Anda…”
d. Konsekensi, identifikasikan hasil yang diinginkan: “ dengan demikian…”

Respon asertif harus dimulai dari pernyataan “Saya”. Penggunaan


pernyataan “Saya” untuk menyampaikan sudut pandang secara faktual.
Pernyataan ini menyiratkan bahwa pembicara mengambil tanggung jawab
penuh pada posisinya, dibandingkan dengan pernyataan “Anda”, yang
dapat menyiratkan perasaan menuduh. Komunikasi asertif membantu
komunikasi agar menjadi lebih efektif karena memungkinkan komunikasi
yang terbuka dan jujur mengenai isu-isu penting.
BELAJAR UNTUK MENGGUNAKAN
KOMUNIKASI ASERTIF
Menurut (Albert Mehrabian dalam Effendi, 2011) menyatakan bahwa seorang sosiolog
menyarankan bahwa yang paling bisa memberikan dampak terhadap komunikasi kita dengan
orang lain adalah bahasa tubuh kita. Dengan pernyataan ini Mehrabian membagi makna
komunikasi seseorang yaitu 55% dari bahasa tubuh dan hanya 7% dari apa yang mereka
katakan. Berikut merupakan cara belajar menggunakan keterampilan asertif (Effendi, 2011):
1. Mata (Menatap tajam, Melotot, dan Menyelidik).
2. Ekspresi Wajah (Rahang mengeras, Melihat hanya sekilas, Mngerutkan kening, Mata melirik
dengan tajam, dan tegang).
3. Nada dan Gaya Suara (Cepat, Keras, Tak henti-henti, Nada tinggi, Mmenuntut, dan
Memaksa).
4. Gesture (Menunjuk-nunjuk, Mengibaska jemari, Menusukkan jari ke tubuh lawan bicara,
Menginvasi daerah personal lawan bicara, dan Tegang).
Sedangkan untuk bahasa tubuh asertif, sebagai berikut (Effendi, 2011):

1) Postur (Tegak, Rileks dan Terbuka).

2) Mata (Sering melakukan kontak mata).

3) Ekpresi (Terlihat komit dengan pembicaraan, Memperhatikan, Tertarik dan


Responsif).

4) Nada suara dan Bunyi (Langsung, Rileks, Bersahabat, Baik dalam keseimbangan
dan Nada suara tidak menuntut).

5) Gesture (Terbuka, Tangan tidak diangkat diatas siku dan kedua bahu dalam kondisi
rata).
Latihan asertif merupakan salah satu teknik yang terdapat di dalam
pendekatan behavioral dan merupakan sebuah keterampilan khusus yang
digunakan untuk mengajarkan individu cara mengekspresikan perasaan
positif dan negatif secara terbuka dan langsung (Corey, 2012). Asumsi dasar
dari asertif training ini adalah seseorang memiliki hak untuk mengungkapkan
atau mengekspresikan dirinya (Corey, 2013).
1. Latihan asertif efektif dalam meningkatkan keterampilan asertif
individu
Latihan asertif efektif dalam membentuk pola komunikasi
individu, mengajarkan individu bagaimana caranya menyatakan
keinginan, menolak sebuah permintaan atau berkata tidak dan menerima
serta menolak kritik.
2. Latihan asertif efektif meningkatkan kemampuan individu dalam
mengekspresikan perasaan
Beberapa individu kerap mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan perasaannya. Latihan asertif membantu individu untuk dapat
mengekspresikan apa yang ada pada diri mereka (Corey, 2013). Latihan ini membantu
individu mengekspresikan pendapatnya terhadap suatu hal, perasaan-perasaannya,
serta keinginan-keinginan dalam diri individu. Dalam latihan asertif individu belajar
untuk mengungkapan perasaan marah, senang, hangat, dan lain sebagainya. Latihan
asertif juga membuat individu mampu mengungkapkan keyakinan dan pemikirannya
secara terbuka. Hal ini penting untuk seorang individu karena dengan mereka
mengungkapkan apa yang dirasakannya, mereka dapat terhindar dari konflik internal.
Selain itu, mengekspresikan perasaan juga membuat seorang individu merasa lebih
berharga karena telah menyuarakan apa yang menjadi keinginan-keinginan dan
pendapat-pendapat mereka (Kirst, 2011), serta mereka akan lebih dihargai oleh
lingkungan karena bersikap jujur dan terbuka.
3. Latihan asertif efektif untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi
Dalam membangun hubungan interpersonal dibutuhkan pola
komunikasi yang baik agar terjadi kesetaraan. Permasalahan orang
yang tidak asertif adalah tidak memiliki keterampilan
berkomunikasi yang dapat menunjukan apa yang menjadi
kebutuhannya dan apa yang menjadi ide-idenya, sehingga mereka
yang tidak mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan
keinginan kepada orang lain secara tidak langsung dapat
berpengaruh bagi kemajuan daya pikir dan prestasinya. Latihan
asertif membuat individu untuk belajar berkomunikasi dengan baik,
individu dilatih untuk memiliki atau meningkatkan keterampilan
dalam mengkomunikasikan kebutuhan serta ide-ide mereka.
Mendengar: mendengar isi pembicaraan
Menyaatakan harapan dengan jelas: mengatakan dengan lugas dan jujur
Memperhatikan : fokus pada masalah yang ada
Kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah
Bersikap gigih dan sabar dalam situasi dan kondisi apapun
Memberikan kritik yang membangun
KOMUNIKASI ASERTIF
Secara umum komunikasi asertif berarti berusaha untuk
memperjuangkan hak kita sendiri namun dengan tidak mengganggu
hak orang lain
Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikasi asertif merupakan
sebagai kemampuan seorang dalam menyampaikan perasaan,
keinginan dan keyakinannya.
Tujuan komunikasi asertif adalah untuk menumbuhkan perasaan
menghargai diri sendiri dan orang lain dan membina hubungan saling
percaya.
Menurut (Towned, 2007) asertif adalah jalan hidup untuk melakukan
suatu kegiatan berdasarkan atas sikap saling mengharagai dan saling
menghormati.
Komunikasi Assertif (Assertive Communication) merupakan komunikasi yang terbuka,
menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang menjaga
hubungan perasaan antar manusia tidak hanya kepada hasil akhir komunikasi ini. Komunikasi
asertif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat terbuka dan jujur mengenai pendapat diri dan orang lain.
2. Mendengarkan pendapat oranglain dan mehaminya.
3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa menyinggung perasaan orang lain
4. Mencari solusi terbaik dan keputusan berama
5. Menghargai diri sendiri dan orang lain
6. Mengatasi konflik
7. Menyatakan perasaan pribadi secara jujur dan berhati-hati
8. Mempertahankan hak diri (Muhith dkk., 2018).
Menurut Doris Hulbert dalam Widyastuti (2017), ada enam teknik:
1. Mendengar
Mendengar aktif agar paham permasalahan yang terjadi
2. Menyatakan harapan dengan jelas
Mengatakan dengan lugas, jujur dan jelas
3. Memperhatikan
Memberi perhatian dan fokus pada hal-hal yang dibicarakan
4. Kompromi dan negosiasi
Berusaha berkompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan.
5. Bersikap gigih (persistent) dan sabar
Berpenderian teguh dan sabar dalam berbagai situasi dan kondisi
6. Memberikan kritik yang efektif dan membangun:
Memberi kritik dan saran positif yang membangun dalam pemecahan masalah.
• Amalia, R. F. dan B. A. Keliat. 2018. Terapi Kelompok Asertif Efektif Meningkatkan Kemampuan Asertif Dan Resiliensi Pada Remaja Di Smpn Padangpanjang. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 21(1) : 60-68
• Effendi, S. dan I. Savitri. 2011. Kenali Komunikasi. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).
• Jaya, P. dan Suratmi. 2014. Hubungan Perilaku Asertif Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Teratai RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2 (18): 91–99.
• Laksono, A. D., A. R. Husna. 2015. Komunikasi Asertif Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Universtas Muhammadiyah
Surabaya. 2 (2): 21-27
• Morrison,P., Burnard,P. 2009. Caring & Communicating Hubungan Interpersonal Dalam Keperawatan. Jakarta:EGC
• Muhith, A. dan S. Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Telehealth. Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
• Prabowo Satrio Arga, Asni. 2018. Latihan Asertif: Sebuah Intervensi yang Efektif. Jurnal Bimbingan dan Konseling (7)1: 116-120.
• Rizkani, R. S. 2009. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar & Nusa Indah
RSUD. dr. Djoelham Binjai. Skripsi. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Sumatera Utara.
• Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-Based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
• Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-Based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
• Widyastuti, T. 2017. Pengaruh Komunikasi Asertif Terhadap Pengelolaan Konflik. Jurnal Sekretari dan Manajemen. 1 (1): 1-7.
• Widyastuti,T.2017.Pengaruh Komunikasi asertif terhadap Pengelolaan Konflik.Jurnal Sekretasi dan Manajemen. (1)1:1-7
THANK YOU
FOR YOUR WATCHING!

LOVE YOU GUYS

Anda mungkin juga menyukai