Anda di halaman 1dari 15

Analisis Masalah Komunikasi dan Empati terhadap Lansia

Winny Marfika Bittikaka


10 2016 079
Kelas B
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Email : winny.2016fk079@civitas.ukrida.ac.id
Tutor : Donna Mesina Rosadini Pasaribu, S.Si. M.Biomed

Abstrak
Dalam profesi kedokteran melakukan komunikasi yang efektif dan berempati akan
memudahkan seorang dokter dalam berinteraksi dan memberikan petunjuk-petunjuk
kesehatan yang terbaik bagi kesehatan pasiennya. Karena dengan bersikap komunikatif dan
penuh empati adalah syarat mutlak bagi seorang dokter dalam menjalankan profesinya.
Proses komunikasi antara dokter dengan pasien tidaklah selalu berjalan lancar, ada saat
dimana pasien tidak mengerti atau memahami, tidak setuju, dan tidak melaksanakan apa yang
dianjurkan oleh dokter. Maka, demi mencegah kesalahpahaman dan mengecewakan
kepercayaan pasien terhadap dokter, dibutuhkannya komunikasi yang efektif antara dokter
dengan pasien. Dalam hal ini sikap empati juga harus digunakan, karena sikap empati
merupakan dasar utama untuk menciptakan komunikasi yang baik. Dengan adanya
komunikasi yang baik juga dapat membantu kerjasama antara dokter dengan pasien dalam
proses penyembuhan atau yang disebut komunikasi terapeutik. Kemampuan seorang dokter
untuk memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik terhadap pasiennya untuk mencapai
tujuan yang berbeda yaitu menciptakan hubungan interpersonal yang baik, pertukaran
informasi, dan dalam pengambilan keputusan medis.

Abstract
In the medical profession make effective communication and empathy will allow a physician
to interact and provide clues best health for the health of patients. Because by being
communicative and empathetic is an absolute requirement for a doctor in their profession.
The process of communication between doctor and patient is not always go smoothly, there
are times when the patient does not understand or comprehend, disagree, and do not carry out
what is recommended by doctors. So, to prevent misunderstandings and disappoint the trust
of patients to the doctor, the need for effective communication between doctor and patient. In
this case empathy should also be used, because empathy is the main basis for creating good
communication. With good communication can also help cooperation between doctor and
patient in the healing process or the so called therapeutic communication. A physician's
ability to have good communication skills with the patients to achieve different goals of
creating good interpersonal relationships, exchange information, and in making medical
decisions.

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti manusia tidak dapat menjalani hidup
sendiri di dunia ini. Hal ini mendorong manusia untuk saling berinteraksi antara yang satu
dengan yang lain yaitu proses dimana manusia menyampaikan atau menerima pesan dengan
cara yang tepat agar informasi tersebut dapat dipahami dengan baik. Dalam hal
berkomunikasi, komunikasi juga dibagi menjadi dua bagian yakni komunikasi verbal, dimana
komunikasi verbal merupakan komunikasi dalam bentuk berbicara dan mendengar secara
langsung. Sedangkan komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang cara

penyampaiannya tidak melalui kata-kata namun berupa gerakan tubuh, ekspresi wajah,
kontak mata dan lain-lain.
Komunikasi yang dilakukan sehari-hari sangat berhubungan erat dengan empati,
karena empati merupakan kunci utama dari sebuah komunikasi yang baik dan efektif. Dalam
profesi seorang dokter, komunikasi merupakan salah satu kunci terpenting dalam
menjalankan profesi tersebut, dimana dalam berkomunikasi seorang dokter dapat melakukan
anamnesis dengan baik dan menentukan diagnosa yang benar. Namun, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern dewasa saat ini, manusia
mulai jarang untuk berinteraksi dengan sesama, sehingga membuat setiap individu sulit
berkomunikasi dengan baik dan efektif.
Menurut Sir William Osler seorang psikiater dan dikenal juga sebagai bapak
kedokteran modern, pernah memberikan suatu quote yang berkesan dan harus direnungkan
mengenai komunikasi antara dokter dan pasien. Ia menulis Listen to the patient, he is telling
you the diagnosis, yang artinya Dengarkan pasienmu, dia akan memberitahumu apa
diagnosisnya.
Dalam praktek kedokteran, komunikasi efektif sangat penting untuk di bangun antar
dokter dan pasien agar tidak terjadi misrepresentasi antara dokter dan pasien. Jika dokter
tidak membangun komunikasi yang efektif dengan pasiennya, maka akan membawa
pengaruh yang buruk dalam hubungan antara dokter dan pasien. Komunikasi tersebut
dilakukan agar pasien dapat menerapkan perilaku sehat. Kepribadian seseorang pun berperan
dalam hal ini.
Tujuan saya dalam penulisan makalah ini, saya akan menjelaskan mengenai pengaruh
komunikasi dan empati, pentingnya komunikasi dua arah, komunikasi transaksional,
beberapa jenis komunikasi serta perilaku sehat dalam berkomunikasi antar sesama.
Saya mengharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu melakukan

komunikasi dua arah kepada siapapun dengan sopan dan santun, mampu membangun empati
dan komunikasi melalui sikap dan perilaku yang baik, mengerti dan mampu menjelaskan
mengenai komunikasi verbal dan non verbal, serta mampu memahami komunikasi
transaksional, komunikasi satu arah maupun komunikasi dua arah.

RUMUSAN MASALAH
Kunjungan sosial seorang mahasiswa ke rumah nenek berumur 80 tahun yang sering lupa dan
pendengarannya berkurang.

HIPOTESIS
Dalam kasus skenario B, mahasiswa mampu membangun komunikasi dan empati kepada
seorang nenek melalui sikap dan perilaku yang tulus, sabar, sopan, dan santun.

PEMBAHASAN
Skenario B :
Dalam suatu kunjungan sosial, seorang mahasiswa mengunjungi rumah seorang nenek
berumur 80 tahun. Nenek tersebut ditemani oleh seorang pengasuh. Anak, mantu, cucu, buyut
nenek itu berada di luar negeri. Biaya hidup nenek itu selalu dikirim dari anaknya yang
berada di Amerika, melalui salah seorang saudara nenek itu. Nenek tersebut sudah sering lupa
dan pendengarannya sudah berkurang.

Komunikasi
Komunikasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.[1] Menurut ahli, komunikasi adalah suatu ilmu dan seni penyampaian suatu

pesan dari komunikator kepada komunikan, sehingga dapat tercapai suatu pengertian
bersama.[2] Sedangkan berkomunikasi memiliki tujuan utama yaitu proses yang bertujuan
untuk mewujudkan persamaan antara dua orang.[3]
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum (kata depan) yang berarti
dengan, bersama dengan dan unus (kata bilangan) yang berarti satu. Dari gabungan kedua
kata tersebut terbentuk kata communion yang dalam bahasa Inggris menjadi communion yang
berarti kebersamaan, persekutuan, gabungan. Kemudian kata itu diubah menjadi kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap. Kata kerja
itu kemudian diubah lagi menjadi kata kerja benda communication yang dalam bahasa
Indonesia disebut komunikasi.Maka secara harafiah komunikasi berarti percakapan,
pembicaraan, bertukar pikiran atau hubungan.[4]
Dalam skenario diatas disebutkan bahwa mahasiswa mengunjungi seorang nenek
yang sudah sering lupa dan pendengarannya berkurang. Komunikasi yang dilakukan oleh
mahasiswa tersebut haruslah komunikasi yang baik dan efektif sesuai dengan kondisi nenek
tersebut. Sehingga nenek tersebut juga ikut memahami maksud dan tujuan dari kunjungan
sosial mahasiswa tersebut, serta dapat melakukan komunikasi dengan nyaman.

Jenis-Jenis Komunikasi
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan suatu pesan yang disampaikan dalam bentuk ucapan,
yang berisi informasi melalui suatu pembicaraan maupun bahasa tulisan. Komunikasi verbal
bergantung pada bahasa seperti intonasi maupun kecepatan berbicara.[2]
Contoh penggunaan komunikasi verbal adalah ketika seorang mahasiswa datang
mengunjungi seorang nenek dan berkomunikasi dengan nenek tersebut, mahasiswa tersebut
harus mampu mengontrol intonasi suara maupun kecepatan berbicara dengan baik dalam

berkomunikasi dengan seorang nenek lansia tersebut.

Komunikasi verbal mencakup; [4]

Mendengar aktif
Komunikasi satu atau dua arah. Dalam komunikasi satu arah tidak ada umpan balik,

sedangkan dalam komunikasi dua arah ada timbal balik.


Refleksi; memberi kesempatan untuk orang lain untuk mengemukakan dan menerima

ide dan perasaannya.


Asertif ; kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan

pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.


Negosiasi
Persuasi
Umpan balik

Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan suatu bentuk pesan yang disampaikan dengan
gerakan tubuh (tidak diucapkan), antara lain dengan ekspresi wajah, pergerakan mata,
pergerakan bibir, pergerakan tubuh, serta penampilan fisik.[2]
Komunikasi ini dilakukan seperti contoh tatapan mata seorang mahasiswa saat berbicara
dengan seorang nenek lansia dengan cara memperhatikan nenek tersebut dengan baik tanpa
melihat hal-hal lainnya ketika menerangkan atau menceritakan sesuatu. Ataupun gerak-gerik
tangan mahasiswa tersebut ketika menjelaskan sesuatu kepada nenek tersebut.
Komunikasi non verbal mencakup: [5]

Ekspresi wajah

Ekspresi wajah seseorang dapat memberikan informasi tentang apa yang dia rasakan kepada
orang lain. Ekspresi wajah, gerakan kecil di wajah, misalnya, gerakan alis mata, senyuman,
mengernyit, pipi memerah, dan sebagainya, semua memberikan pesan bagi orang lain. Begitu

banyak pesan bisa diungkapkan dengan variasi kecil dari pergerakan wajah-seperti kesedihan,
kemarahan, terkejut, takut dan bahagia. Saat berinteraksi dengan orang lain, mungkin
ekspresi wajah yang paling memberikan dampak positif adalah senyuman.[6]

Gerakan tubuh

Gerakan tubuh meliputi gerakan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk
menggambarkan atau menekankan sesuatu. Setiap orang berbeda dalam penggunaan gerak
tubuh atau gesture yang menyertai pesan lisan.

Posisi

Jarak atau posisi kita juga mempengaruhi berjalannya komunikasi.

Paralinguistik

Paralinguistik meliputi hembusan napas, perubahan tinggi nada, perubahan keras suara,
kelancaran suara, dsb.
Nada suara perlu kita perhatikan- misalnya, nada suara agresif mungkin bisa dianggap
defensive, dan nada suara yang menggurui dan sinis tidak bisa dijadikan alat pemberi
pengaruh yang baik.[6]

Knapp dan Hall (1992) membuat daftar cara pesan non verbal menyertai
pesan verbal:[5]

Aksen: sorot mata, gerakan tangan


Komplemen: pandangan aneh, mengangguk-angguk
Kontradiksi: mata berputar-putar untuk menunjukkan makna pesan berlawanan

dengan yang dikatakan


Pengaturan: pengambilan napas untuk menunjukkan kesiapan bicara, menggunakan

dan uh untuk menandakan ingin melanjutkan pembicaraan.


Pengulangan: menggunakan perilaku nonverbal untuk menambahkan pesan verbal,
misalnya mengangkat bahu setelah mengatakan Siapa tahu?

Pengganti: gerakan tubuh yang mewakili kata-kata, misalnya menggerakkan lengan


ke atas dan kebawah dengan tangan mengepal untuk menunjukkan keberhasilan.

Pesan komunikasi non verbal cenderung lebih berperan dalam kesalahpahaman dalam
proses komunikasi daripada komunikasi verbal. Orang mendapatkan kesulitan dengan
menginterpretasikan pesan non verbal karena dua hal.[8]
Menurut Ting-Toomey (1999) terdapat sejumlah fungsi komunikasi non verbal yang meliputi:
[8]

1) Kode non verbal sebagai tanda bagi identitas, cara berpakaian, aksen berbicara
dan gesture memberitahu orang lain siapa diri kita dan bagaimana kita ingin
dipresepsikan.
2) Pesan non verbal berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap kita
3) Orang biasanya menggunakan bahasa nonverbal untuk mengelola percakapan
dengan orang lain
4) Pesan non verbal digunakan untuk membentuk dan atraksi kesan.
Agar dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, baik sebagai
pengirim maupun penerima kita harus memperhatikan pesan-pesan non verbal disamping
pesan-pesan verbalnya sendiri

Arah Komunikasi
Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah yaitu situasi dimana pengirim tidak memiliki kesempatan untuk
mengetahui bagaimana penerima telah mengartikan atau memaknai pesan tersebut karena
penerima tidak memiliki kesempatan untuk memberikan respon atau tanggapan. [7]
Komunikasi satu arah banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti contoh sebuah
tugas untuk melakukan kunjungan sosial yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa dan

harus dilaksanakan atau dikerjakan oleh mahasiswa tanpa adanya tawaran atau timbal balik.

Komunikasi Dua Arah


Komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang komunikan dan komunikatornya
selalu bergantian memberikan informasi dalam penyampaian sebuah pesan. Singkatnya,
komunikasi yang terjadi antara pemberi informasi dan penerima informasi. Manakala
pemberi informasi menyampaikan informasi maka si penerima informasi akan memberikan
respon terhadap sebuah pesan yang disampaikan. [7] Seperti dalam hubungan komunikasi
antara mahasiswa dengan seorang nenek lansia, komunikasi dua arah ini terjadi ketika nenek
tersebut bercerita mengenai kehidupan pribadinya kepada mahasiswa tersebut, dimana dalam
komunikasi tersebut adanya tanya jawab serta tanggapan-tanggapan yang membuat
komunikasi tersebut menjadi dua arah.

Analisa Transaksional
Analisa transaksional adalah suatu pendekatan psikoteraputik yang sangat dapat
diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper dan Turner, 1996). Menurut Eric
Berne analisa transaksional merupakan suatu pendekatan untuk menganalisis atau mengubah
saling mempengaruhi diantara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara satu
dengan yang lain) dan kesadaran internal (regulasi diri dan ekspresi diri).[9]
Ada 4 macam bentuk interaksi yang dapat dianalisis yaitu :

Structural analisis : kepribadian seseorang biasa berasal dari perasaan yang terkait

dengan masa lalu yang direkam oleh diri sendiri.


Transaksional analisis : menganalisa ego dominan yang berlangsung pada seseorang.
Game analisis : menganalisa apa yang tersembunyi dari interaksi yang dilakukan.
Script analisis : menganalisa drama/kejadian dalam kehidupan seseorang yang terlihat
dalam semua interaksi.

Dalam analisa transaksional, manusia dibagi menjadi 3 state yaitu orang tua, dewasa, dan
kanak-kanak. Oknum orang tua adalah individu yang berperasaan dan bertindak seperti
mengecam dan mendorong. Penampilan oknum orang tua adalah proteksi, kritik, bimbingan,
dan bagaimana melakukan sesuatu. Oknum dewasa selalu mengolah persoalan berdasarkan
data, analisa, dan logika. Oknum kanak-kanak biasanya perasaan dan pola tingkah laku
bersifat wajar, dapat bertindak sendiri lepas dari orang tua, tetapi biasa juga menyesuaikan
diri untuk memuaskan orang tua dalam diri individu tersebut.[9]
Jenis-jenis komunikasi analisa transaksional : [9]
Complementary transaction : komunikasi paling sehat (komunikasi yang diterima
sesuai dengan yang diharapkan)
Crossed transaction : komunikasi silang (respon transaksi tidak sesuai yang
diharapkan)
Ulterior transaction : komunikasi yang mengandung makna yang tersembunyi (pesan
yang disampaikan berbeda dengan maksud yang sebenarnya)

Perilaku berkomunikasi dengan Lansia


Lansia sering mengalami gangguan komunikasi karena mengalami penurunan
penglihatan, pendengaran, bicara, persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan
lansia untuk menangkap informasi atau pesan yang disampaikan.

Komunikasi dengan lansia yang gangguan pendengaran[2]


Orientasikan kehadiran dengan menyentuh atau

memposisikan

diri

didepannya.
Gunakan bahasa yang sederhana dan berbicara perlahan untuk memudahkan
lansia membaca gerak bibir.

Berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan pertahankan sikap tubuh
serta mimic muka yang lazim.
Jangan melakukan pembicaraan sambil mengunyah sesuatu.
Gunakan bahasa pantonim bila perlu dengan gerakan sederhana dan perlahan.
Gunakan bahasa isyarat atau jari.
Komunikasi dengan lansia sering lupa
Perjelas hal-hal yang disampaikan dengan mengulang kembali setiap kata
yang telah diucapkan.
Mengendalikan pembicaraan agar tidak terlalu banyak topik.
Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan perlahan.
Memperhatikan setiap detail komunikasi, sehingga pesan dapat di artikan
dengan baik.
Bersikap sabar dan tulus.

Empati
Empati (dari Bahasa Yunani yang berarti "ketertarikan fisik") didefinisikan
sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. [10]
Dalam bahasa Yunani adalah Pathos yang mengacu pada perasaan. Hal ini berarti bahwa kita
memahami perasaan orang lain.[11]
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam
berempati seseorang secara mental menempatkan diri dalam posisi orang lain (yang menjadi
sasaran empati). Menunjukkan empati tidak hanya lewat komunikasi verbal, namun juga
dapat ditampilkan dalam non verbal (seperti: genggaman tangan, mimik muka simpatik, dsb).
Dalam melakukan empati perlu mengenali objek atau peristiwa tersebut, selanjutnya
ditetapkan bagaimana perasaan emosional itu secara bermakna mempengaruhi cara ia
memahami orang lain. Perbedaan dengan simpati berarti feeling into feeling sorry yang
didalamnya terdapat emotional contagion atau penularan emosi, dan bila empati berarti
feeling with tidak ikut terlarut secara emosional.[11]

Keterampilan Empati [12]

Mendengarkan secara aktif


Responsif pada kebutuhan/kepentingan orang lain
Usaha memberikan pertolongan pada orang
Empati harus dimulai dari diri sendiri
Empati tidak sama dengan selera pribadi

Kemampuan Empati
Ada 3 kemampuan yang harus dilakukan saat berempati : [6]
Kemampuan Kognitif : Mengerti kebutuhan orang lain.
Berarti mahasiswa mampu mengerti kebutuhan atau apa yang diperlukan nenek tersebut.
Entah itu dalam bentuk pengakuan, perhatian, atau kasih sayang. Dengan mengerti
kebutuhannya, mahasiswa dapat menenentukan apa yang harus Ia lakukan agar terjalinnya
komunikasi yang efektif dengan nenek tersebut. Ini akan membantu terjalinnya proses
komunikasi.
Kemampuan Afektif : Peka akan perasaan orang lain.
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami apa yang nenek tersebut rasakan atau dalam
skenario ini mahasiswa harus peka terhadap perasaan sang nenek. Kemampuan berempati
sangat berpengaruh dalam upaya ini. Dengan memiliki kemampuan afektif, dapat membantu
mahasiswa untuk menentukan respon apa yang harus dia berikan.
Kemampuan perilaku : memperlihatkan/menyampaikan empati kepada orang lain.
Menyampaikan empati dapat dilakukan baik melalui tindakan atau kata-kata. Berempati
juga berarti mahasiswa harus bisa menempatkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Menyampaikan empati juga berarti mahasiswa menunjukkan bahwa Ia
mengerti dan memahami perasaan serta apa yang menjadi kebutuhan nenek tersebut.

Perilaku Manusia dan Bentuknya


Definisi dari perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Adapun bentuk perilaku
terbagi menjadi 2 yaitu : [6]
Perilaku Pasif : yaitu perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri
individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap sebelum
tindakan yang nyata.
Mahasiswa mampu berpikir terlebih dahulu sebelum ia melakukan sesuatu tindakan
empati, lalu mulai merasakan/membayangkan seolah dirinya sedang melakukan
tindakan empati tersebut dengan penuh semangat.
Perilaku Aktif : yaitu perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku
yang dapat diamati secara langsung, berupa tindakan yang nyata. Mahasiswa
membantu nenek tersebut dalam berkomunikasi dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang baik, sabar, tulus, sopan dan santun.
Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga
mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati,
perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian
pada kedua belah pihak.
Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga,
atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap,
penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Dorongan utama pada simpati adalah keinginan
untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Sikap simpati lebih cenderung pada rasa belas kasihan, tetapi tidak dinyatakan dalam
sikap yang konkret untuk menolong. Simpati akan dapat berkembang jika terdapat saling

pengertian dari kedua belah pihak. Simpati disampaikan kepada seseorang pada saat-saat
tertentu, bisa saat bergembira bisa pula saat bersedih.[13]

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan skenario diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan upaya
interaksi dengan seorang nenek lansia yang daya ingat dan pendengarannya mulai berkurang
tersebut, dengan komunikasi yang baik dan efektif merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan oleh setiap mahasiswa. Baik komunikasi verbal maupun non verbal.
Dalam melakukan komunikasi, empati juga harus diperhatikan dan ditingkatkan. Serta perlu
memperhatikan kondisi nenek tersebut baik dari fisik maupun psikis. Karena dengan semua
hal itu dapat membantu melancarkan proses interaksi terhadap sesama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi H. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2003. h.108,250.
2. Nugroho HW. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Ed 1. Jakarta: EGC;2006.
h.11,29-32,89-94.
3. Wok S, Ismail N, Hussain MY. Teori-Teori Komunikasi Kuala Lumpur: Zaraf;2003. h.7.
4. Hardjana AM. Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius; 2004.
h.17,22.
5. Videbeck SL. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2008. h.138-9.

6. Bvent M, Dent E F. Latihan singkat dan tangkas memengaruhi dan berkomunikasi efektif.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta; Juli 2008. h.62,66,70.
7. Supratiknya A. Komunikasi antar pribadi. Jakarta: Kanasius; 2010.h.38
8. Nilam M. Psikologi populer: kunci pengembangan diri. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo;2009. h.36-7.
9. Roberts, albert R. & Gilbert J.Greene; 2008. Buku pintar pekerja social. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. h.264.
10. Baron, Byrne. Psikologi Sosial. Ed. 2. Jakarta: Erlangga.h. 111.
11. Covey S. Melampaui efektivitas menggapai keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka; 2005.
h.98.
12. Gumelar G, Maulana H. Psikologi komunikasi dan persuasi. Jakarta: Akademia Permata;
2013. h.5,58-9,63.
13. https://www.scribd.com/doc/116799050/SIMPATI-dan-EMPATI
Simpati dan Empati. dec14, 2012.by.ndrewzis

Anda mungkin juga menyukai