1. Antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk atau pun isinya.
3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas terbatas.
sebagai berikut:
1. Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi
perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pendidikan. Belajar dimulai dengan
pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti
performance pembelajar.
Konsep Sensasi
pengalaman elementer yang tidak memerlukan penguraian verbal. Sensasi adalah proses
manusia dalam dalam menerima informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui
bermakna. Fungsi alat indera dalam menerima informasi sangat penting, melalui alat indera,
kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Ketajaman sensasi dipengaruhi oleh faktor
personal, perbedaan sensasi dapat disebabkan perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen). Faktor
eksternal yang mempengaruhi perhatian dimana hal ini ditentukan oleh faktor-faktor
situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang
bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol,
seperti :
Konsep Persepsi
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi & menafsirkan
pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Menafsirkan
makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, persepsi tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi dan memori ( Desiderato, 1976).
Contoh : Anda melihat kawan anda melihat etalase di toko. Anda menyergapnya dari
belakang, “udah lupa sama aku ya..”, orang tersebut memablik dan anda terkejut ternyata ia
bukan kawan anda tetapi orang yang tidak anda kenal.
Konsep Memori
a. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit syaraf
internal.
b. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita,
dalam bentuk apa dan dimana, penyimpanan bisa aktif atau pasif. Secara aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan, kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan
kesimpulan kita sendiri (inilah desas-desus menyebar lebih banyak dari volume asal). Secara
pasif terjadi tanpa penambahan.
PENDAHULUAN
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak
memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan
psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar Kapasitas penyimpanan memori di
dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki
kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh
melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya manusia
tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak
memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan
berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk
mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Maka dari itu penulis mengangkat judul “Lupa Menurut Psikologi Belajar” agar kita
semua mengetahui segala hal yang berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat
untuk para pembacanya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin
juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak
peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan
sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja,
yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang
satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal
yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat
diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak
materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat
hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk
itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk
yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat
lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat
kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi
pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula
materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh
adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan
proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang
tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses
lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri,
orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini
dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang
sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi,
1997: 52-54)
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan.
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke
alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah
sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/
penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran”
dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak
psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di
sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika
melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap
proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat
siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut
asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke
alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak
akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan
retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu
saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang
menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap
rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan
tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.
Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay)
antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi
dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan
akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih
terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah
melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori
para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.
(Muhibbin Syah, 1996: 160)
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa
yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi
atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang
pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak
menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat
mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang
pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989:
291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan
pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan
kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan terpilih
bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan
“reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah
dikemukakan oleh gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah,
1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki
dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak
tersimpan dalam alam bawah sadar.
E. Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan.
Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan.
Baik lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak
lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.
Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa
seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita
ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal
lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini disebut”gejala ujung
lidah”.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi
kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi
samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal yang
direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar dan alam
bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari
luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat
atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, Cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah,
2008: 207-209)
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat
ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory,
Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab
fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya
waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap
informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli
sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
2. Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga
panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses
lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya.
Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi
yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang
sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita
mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori
jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat
kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan
tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi
(disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat
kembali.
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai
perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi
yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan
menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja
diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua
kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi
fokus perhatian bagi para pendidik.
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu
organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar
dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus
mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa
memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal
yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu,
perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu
mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat
dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi
Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah
dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of
loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia
kenal dengan baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya
dari ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan
ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya.
Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan
(link method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya
sehingga mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu.
Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang amat
kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak membantu:
a. Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b. Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat
akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya
ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai
berikut:
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi
tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara
di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain
pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa
terhadap P4 lebih kuat.
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar
berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup
strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti
kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan Terbagi
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar
tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan
demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri
dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996:
160-164)
PENUTUP
SIMPULAN
1. Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem
memori seseorang.
2. Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
3. Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil kembali item
tersebut.
2. Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil
belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/lupa-menurut-psikologi-
belajar.html