Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

Dosen Pembimbig : Tri Prabowo,S.Kp,M.Sc.

Disusun Oleh :
1. Pangestika Ardea Wati (P07120116045)
2. Aulia Barry Al Muswir (P07120116056)
3. Ratna Yuli Astuti (P07120116061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN REGULER B


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2019
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia
yang tidak mencapai integritas diriakan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006). Sedangkan menurut
Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan psikososial lansia adalah perubahan
yang meliputi pencapaian keintiman, generatif dan integritas yang utuh.

B. Teori Psikososial
Dalam teori ini terdapat beberapa teori antara lain : teori kepribadian, teori tugas
 perkembangan, teori disengagement , teori aktivitas, dan teori kontinuitas.
1. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah aspek yang berkembang pesat pada tahun akhir
 perkembangannya. Penuaan juga berpengaruh pada kepribadian lansia tersebut.
Teori pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan
 bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan
cenderung menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari
keluarga dan ikatan sosial (Stanley, 2007).
2. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang sebagai tahap-tahap spesifik dalam kehidupannya. Pencapaian dan
kepuasan yang pernah dicapai akan mempengaruhi perasaan lansia. Pada kondisi
tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa
(Stanley, 2007).
3. Teori Disengagement 
Teori  Disengagement (pemutusan hubungan) menjelaskan bahwa lansia akan
mengalami suatu tahapan menarik diri dari kegiatan bermasyarakat dan tanggung
 jawabnya. Lansia akan merasa bahagia apabila perannya dalam masyarakat telah
 berkurang dan tanggung jawabnya sudah dilanjutkan oleh generasi muda. Pada
kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang
 baik, maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa
(Stanley, 2007).
4. Teori Aktivitas
Teori ini merupakan teori lawan dari teori disengagement, menurut teori ini untuk
menuju lansia yang sukses diperlukan aktivitas yang terus berlanjut. Selain itu,
aktivitas juga sangat penting untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang kehidupan manusia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas
mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan (Stanley, 2007).
5. Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal sebagai teori perkembangan. Teori ini menjelaskan tentang
dampak dari kepribadian pada kebutuhan untuk tetap melakukan aktivitas atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dimasa tua. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup (Suhartin, 2010).

C. Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial
lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain :
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah memasuki masa lansia umumnya mulai mengalami kondisi fisik yang
 bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi
menurun, kulit makin keriput, gigi mulai ompong,  tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
 penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan
lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau
tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti:
a) Gangguan jantung
 b) Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus
c) Vaginitis
d) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan
sangat kurang
f)Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
 b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya
c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d) Pasangan hidup telah meninggal
e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
 pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
 perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
 perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
 b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung
dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
 pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
 pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Lansia dengan Masalah Psikososial


1. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal MRS,
informan, tangggal pengkajian dan alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-
fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit),
nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural
yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,
kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan /frustasi
 berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai pasangan, putus sekolah,
PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba  –  tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
7. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
8. Konsep diri
a. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
 perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
 perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
 b. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
PHK atau pensiun
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan
yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
9. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan sosial dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
10. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).
a. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
11. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang
orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
12. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy
okopasional, TAK, dan rehabilitas.
13. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

 Nama Pasien : (L / P)

Umur :
Tanggal :
 Nama
:
Pewawancara

Benar Salah Nomor Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa Presiden Indonesia ?
8 Siapa nama Presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
10 angka yang baru , semua secara menurun.
Jumlah

Interpretasi

Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh

Salah 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan

Salah 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang

Salah 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat

10. Tanyakan perasaan pasien jika 10. Pasien merasa diperhatikan


mampu melakukan
kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat 11. Untuk menentukan kegiatan yang
 jadwal kegiatan sehari-hari. akan dilakukan
12. Ajarkan keluarga untuk 12. Mengikutsertakan keluarga dalam
melatih pasien dalam meningkatkan memori pasien
mengingat memori jangka
 panjang dan pendek
DAFTAR PUSTAKA
Rahmianti. 2014. Askep Lansia Dengan Masalah Sosial Kultural. Fakultas Keperawatan
Universitas Erlangga. Jurnal. Diakses pada tanggal https://ww.unair.ac.id

Andreas, T. 2014. Skala Depresi Geriatri. Kalimantan Timur.

Dwisaputra, Y. 2013. Short Portebele Mental Status dan Mini Mental State Exam pada
Lansia. Ungaran. Stikes Ngudi Waluyo.

 Nanda International. 2018.  Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017


edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stanley, M. & Bearce, P.G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi
dan indikator diagnostik edisi 1. Jakarta : dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai