Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN BERFIKIR KRITIS PERAWAT DENGAN PROSES

KEPERAWATAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN


KEPERAWATAN DI RSUD OTANAHA

PROPOSAL PENELITIAN

HESTI LAMADU
NIM. C01418072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif yang
menjangkau seluruh masyakarat baik kuratif maupun preventif (Setyawan &
Supriyanto, 2019). Pelayanan kesehatan diantaranya pelayanan perawatan yang
merupakan bagian integral menyeluruh dari pelayanan kesehatan di rumah sakit,
karena pelayanan perawatan yang dominan dalam pelayanan dapat menjadi
tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit yang menjadi faktor
penentu citra rumah sakit (Sudirman, 2016). Pelayanan ini dilakukan oleh
perawat yang sudah menyelesaikan pendidikan dan memperoleh STR yang
memiliki kemampuan dan kewenangan dalam melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan
kesehatan secara holistik dan profesional untuk memenuhi kebutuhan pasien
meliputi bio-psiko-sosio dan spritual (Maria et al., 2019).
Pemenuhan kebutuhan pasien dapat dilakukan melalui proses
keperawatan yang merupakan pusat tindakan keperawatan ketika pasien
memasuki sistem perawatan kesehatan seperti rumah sakit (Pangkey et al.,
2021). Proses keperawatan digunakan untuk memenuhi perawatan dan
kebutuhan perawatan pasien yang melibatkan lima tahapan asuhan keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi yang sifatnya berkelanjutan sampai pasien pulang, untuk melakukan
asuhan keperawatan tersebut melibatkan berfikir kritis (Siregar et al., 2021).
Berfikir kritis memampukan perawat menyeleksi pengetahuan yang telah
dimiliki sehingga dapat membedakan pengetahuan yang benar dan yang salah
karena perawat tidak mudah menerima sesuatu tanpa menyaring informasi
pengetahuan tersebut (Patriyani et al., 2022). Perawat mengaplikasikan berfikir
kritis dalam proses keperawatan untuk menyelsaikan asuhan keperawatan dalam
menangani masalah pada pasien dan perawat dapat memberikan intervensi
keperawatan yang aman, efisien serta terampil. Adapun faktor yang
mempengaruhi kurangnya berfikir kritis pada perawat yaitu kurangnya
pengalaman sehingga membatasi kemampuan perawat dalam berfikir,
keterbatasan inilah yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Oleh

1
karena itu, penting bagi perawat untuk dapat berfikir secara kritis dengan baik
dari segi teori maupun pengalaman (Fhirawati et al., 2020).
Proses asuhan keperawatan yang melibatkan berfikir kritis dapat
ditunjukkan dalam penelitian Sutriyanti & Mulyadi (2019) mengemukakan bahwa
ada hubungannya pengalaman dengan kemampuan berfikir kritis perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, sebesar 82,4% perawat yang menerapkan
berfikir kritis dalam proses asuhan keperawatan, dibandingkan perawat yang
kurang berpengalaman sebesar 53,3% kurang baik menerapkan berfikir kritis
dalam proses asuhan keperawatan. Faktor lainnya yaitu lama kerja, motivasi dan
perkembangan intelektual juga berhubungan dengan kemampuan berfikir kritis
perawat untuk melakukan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Menurut peneliti kemampuan berfikir kritis perawat dapat dikaitkan dengan faktor-
faktor lain yang telah dijelaskan sebelumnya yang membuat proses keperawatan
dapat berjalan dengan baik pada pasien sehingga mencegah terjadinya masalah
yang tidak diinginkan pada pasien.
Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan masalah ini diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhiani & Siregar (2019) dengan judul
“Hubungan berfikir kritis dengan caring perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di RSUD Kota Depok. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar
76,5% perawat yang berfikir kritis dengan baik memiliki kepedulian yang baik
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan sebesar 70,6% perawat yang
kurang berfikir kritis juga kurang dalam kepeduliannya dalam melakukan proses
asuhan keperawatan. Sejalan dengan penelitian Kamil et al., (2021) juga
menyebutkan bahwa perawat yang memiliki kemampuan berfikir kritis baik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, dikarenakan perawat mempunyai
keterbukaan pikiran mengenai asuhan keperawatan, percaya diri dalam
melakukan asuhan keperawatan, analisis dan sistematis dalam melakukan
asuhan keperawatan, serta matang dalam berfikir sehingga pelaksanaan proses
asuhan keperawatan dilakukan dengan baik.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 30 maret
2022 di Ruangan Interna RSUD Otanaha, diperoleh pendidikan perawat Diploma
III sebanyak 34 orang, Diploma IV sebanyak 2 orang dan Ners sebanyak 10
orang. Lama kerja perawat di ruangan yaitu ≤5 tahun sebanyak 27 orang dan >5
tahun sebanyak 20 orang. Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala

2
Ruangan Interna P1 RSUD Otanaha menyatakan bahwa pelaksanaan proses
asuhan keperawatan mengacu padas NANDA, NIC dan NOC. Kemudian, peneliti
mengobservasi pendokumentasian asuhan keperawatan pada 3 pasien
didapatkan bahwa pada pengkajian pendokumentasian hanya berfokus pada
keluhan pasien berdasarkan diagnosa medis, perawat tidak melakukan
pengakajian secara menyeluruh baik bio-psiko-sosio dan spritual pasien. Pada
bagian diagnosa keperawatan perawat belum menuliskan etiologi pada setiap
diagnosa. Pendokumentasian pada intervensi keperawatan juga belum dituliskan
dengan lengkap pada bagian hasil yang diharapkan atau outcome, intervensi
yang dilakukan hanya berfokus pada observasi dan tindakan kolaboratif.
Implementasi keperawatan didokumentasikan dengan baik sesuai dengan
perencanaan keperawatan, namun hasil dari implementasi belum
didokumentasikan. Dan, pada evaluasi belum didokumentasikan secara lengkap
untuk hasil atau outcome yang telah teratasi sesuai dengan pedoman yang
digunakan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas perawat belum
mengaplikasikan kemampuan berfikir kritis karena pendokumentasinnya belum
dilakukan dengan maksimal.
Pendokumentasian atau pencatatan asuhan keperawatan dengan baik dan
benar terkait dalam QS. Al-Baqarah ayat 282, yaitu:
‫ب َك َما َعلَّ َم ُه‬
َ ‫ب َكا ِتبٌ اَنْ َّي ْك ُت‬ ْ ‫ْن ا ٰ ِٓلى اَ َج ٍل م َُّس ًّمى َف‬
َ ‫اك ُتب ُْو ۗهُ َو ْل َي ْك ُتبْ َّب ْي َن ُك ْم َكا ِت ۢبٌ ِب ْال َع ْد ِۖل َواَل َيْأ‬ ٍ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا ا َِذا َتدَ ا َي ْن ُت ْم ِبدَ ي‬
‫هّٰللا ُ َف ْل َي ْك ُت ۚبْ َو ْليُمْ ل ِِل الَّذِيْ َعلَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْل َي َّت ِق هّٰللا َ َرب َّٗه َواَل َيب َْخسْ ِم ْن ُه َش ْيـ ًۗٔا‬
Artinya: “Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan”.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka perlu adanya upaya untuk
mengetahui apakah berfikir kritis berkaitan dengan proses asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Berfikir Kritis dengan
Proses Keperawatan dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di RSUD
Otanaha”.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Studi pendahuluan yang dilakukan penelitian di Interna RSUD Otanaha
dengan mewawancarai Kepala Ruangan di Ruang Interna P1 proses

3
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien belum
dilakukan dengan baik dari pengkajian hingga evaluasi.
2. Hasil observasi pendokumentasian asuhan keperawatan pada 3 pasien
diperoleh pengakajian tidak didokumentasikan dengan lengkap hanya
berfokus pada keluhan berdasarkan diagnosa medis pasien, belum
dilakukan pengkajian secara menyeleluruh baik bio-psiko-sosio-spritual.
Diagnosa keperawatan perawat tidak menulisakn etiologi dari diagnosa
keperawatan yang ditegakkan. Intervensi keperawatan hanya berfokus
pada observasi dan tindakan kolaboratif , sedangkan tindakan perawat
belum dilaksanakan. Evaluasi keperawatan belum didokumentasikan
secara lengkap karena tidak menuliskan hasil yang telah teratasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah


penelitian yaitu. “Apakah terdapat hubungan berfikir kritis perawat dengan proses
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatandi RSUD Otanaha?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan berfikir kritis perawat dengan proses
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatandi RSUD Otanaha.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden perawat di RSUD Otanaha.
2. Untuk mengindetifikasi berfikir kritis perawat di RSUD Otanaha.
3. Untuk mengidentifikasi proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di RSUD Otanaha
4. Untuk menganalisis hubungan berfikir kritis perawat dengan proses
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RSUD
Otanaha.

1.5 Manfaat Penelitian


1.4.1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi dan referensi
dalam ilmu keperawatan terutama tentang hubungannya berfikir kritis dengan
proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

4
1.4.2.Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam menyikapi
kelengkapan proses asuhan keperawatan dari pengkajian hingga
dokumentasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan di setiap ruangan perawatan pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan dalam melakukan proses asuhan keperawatan saat
melaksanakan praktek klinik di rumah sakit.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat mengembangkan variabel-variabel penelitian lebih
lanjut yang berhubungan dengan faktor-faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi perawat melakukan proses keperawatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berfikir Kritis


2.1.1.Definisi
Berfikir kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan
terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan sebagai panduan untuk keyakinan
dan tindakan. Perawat mengaplikasikan berfikir kritis dalam proses penyelesaian
masalah keperawalan pasien dan proses pembuatan keputusan. Berfikir kritis
merupakan proses yang bermakna dalam memberikan intervensi keperawatan
yang aman, efisien dan terampil (Fhirawati et al., 2020).
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang, selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang didalamnya mempelajari karakteristik, sikap dan standar
berfikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreativitas
dalam berfikir kritis (Budiono & Pertami, 2015).
2.1.2.Manfaat Berfikir Kritis Bagi Perawat
Manfaat berfikir kritis bagi perawat diantaranya (Budiono & Pertami, 2015):
1. Penerapan Profesionalisme
Penerapan ini diperlukan oleh perawat karena perawat setiap hari
mengambil keputusan, perawat menggunakan keterampilan berfikir:
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya dan
menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
2. Penting dalam Membuat Keputusan
Berfikir kritis ditujukan pada situasi, rencana, aturan yang terstandar dan
mendahului dalam menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan
hasil yang diharapkan keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakan.

6
3. Argumentasi dalam Keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk
menentukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan
penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
4. Penerapan Proses Keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan,
mengumpulkan data dan validasi, perawat melakukan observasi berfikir
kritis dalam pengumpulan data, mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain
yang terkait. Perumusan diagnosis keperawatan: I) tahap pengambilan
keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan argumen secara
rasional—lebih terlatih, lebih tajam dalam masalah; 2) perencanaan
keperawatan: pembuatan keputusan; 3) investigasi berfikir kritis terhadap
tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah
untuk menuju pada hipotesis atau keputusan secara terintegrasi.
2.1.3.Fungsi Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Berfikir kritis dalam keperawatan berfungsi sebagai berikut (Budiono &
Pertami, 2015):
1. Menggunakan proses berfikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-hari
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinantentang aktivitas keperawatan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktivitas nilai-nilai
keputusan

1
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan
2.1.4.Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Model-model berfikir kritis dalam keperawatan terdiri atas tiga yaitu:
1. Feeling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktivitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya, aktivitas dalam pemeriksaan tanda
vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian pada pernyataan,
serta pikiran klien.
2. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan
dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Beberapa kritis
ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai
pedoman yang tepat untuk merespons ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan
untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat,
konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.
2.1.5.Langkah-Langkah Berfikir Kritis
Pemecahan masalah yang dialami pasien dapat dilakukan dengan
melibatkan berfikir kritis melalui langkah-langkah sebagai berikut (Watung et al.,
2021):
1. Mengetahui hakikat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan
3. Mengolah fakta dan data
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil

2
7. evaluasi
2.1.6.Upaya Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis (Fhirawati et al., 2020):
1. Pemikiran Bebas atau Independence of Thought)
Seseorang yang rnengaplikasikan pola berfikir kritis dan dewasa
memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta memeriksa keyakinan
dirinya terhadap bukti-bukti terkini. Misalnya, perawat tidak hanya bertahan
dengan pemikiran yang mereka dapatkan di bangku perkuliahan tetapi
perawat memiliki pemikiran yang terbuka dalam metode keterampilan
intervensi keperawatan yang berbeda.

2. Ketidakberpihakan atau Impartiality


Perawat yang menerapkan pemikiran kritis adalah perawat yang secara
mandiri dengan caranya yang berbeda yang berdasarkan bukti dan tidak
panik atau bergantung atas situasi bias pribadi dan kelompok. Perawat
mempenimbangkan pandangan dari anggota keluarga yang lebih muda
dan yang lebih tua.
3. Ketekunan dalam faktor pribadi dan sosial atau Perspicacity into Personal
and Social Factors
Perawat yang menggunakan pemikiran kritis dan menerima segala
kemungkinan bahwa prasangka pribadi, tekanan sosial, dan kebiasaan.
4. Pemikiran yang rendah hati dan krisis penangguhan diri atau Humble
Cerebration and Deferral Crisis
Intelektual yang rendah hati merupakan kondisi di mana seseorang sadar
terhadap batas pengetahuan yang dimiliki seseorang tersebut. Sehingga,
perawat yang mengaplikasikan pemikiran kritisnya akan bersedia untuk
mengakui saat perawat tidak mengetahui sesuatu dan percaya akan apa
yang perawatpertimbangkan tidaklah selalu benar karena bukti-bukti baru
akan bermunculan.
5. Keberanian Spiritual atau Spiritual Courage
Keberanian yang ada sebaiknya benar pada landasan yang baru dalam
situasi di mana terjadinya ketidaksesuaian yang ketat dengan dampak

3
sosial. Dalam berbagai kasus, perawat yang mendukung sikap di mana
menurut penyelidikan terbukti bersalah, makajuga akan dianggap bersalah.
6. Integritas atau Integrity
Penggunaan pemikiran kritis untuk individu yang utuh secara mental
mempertanyakan pengetahuan dan keyakinan mereka dengan cepat dan
menyeluruh dan menyebabkan pengetahuan bagi orang Iain sehingga
mereka bersedia untuk mengakui dan menghargai ketidakkonsistenan baik
keyakinan mereka sendiri maupun keyakinan orang Iain.
7. Ketekunan atau Perseverance
Ketekunan yang ditunjukkan perawat dalam mengeksplorasi upaya solusi
yang efektif terhadap masalah pasien dan mengutus setiap penentuan
membantu untuk memperjelas konsep dan untuk membedakan masalah
terkait meskipun terdapat kesulitan dan kegagalan. Dengan menggunakan
pemikiran kritis mereka menahan godaan untuk menemukan jawaban yang
cepat dan sederhana untuk menghindari situasi yang tidak nyaman seperti
kebingungan dan rasa frustasi.
8. Kepercayaan diri saat melakukan justifikasi atau Confidence in Justification
Pola berfikir kritis yang dilakukan dengan motivasi pemberian alasan yang
baik akan mengarah kepada kesimpulan yang reliabel. Perawat yang
berfikir kritis mengembangkan pemikiran induktif dan deduktif. Perawat
mendapatkan pengalaman lebih banyak pengalaman akan proses mental
dan perbaikan diri, tidak segan untuk rnenyatakan penolakan dan merasa
terganggu oleh karena hal ini, dan lebih lagi menjadi teladan bagi rekan
kerja lainnya dalam memberi inspirasi kepada rekan kerja untuk
mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
9. Pemikiran yang menarik dan perasaan ingin meneliti atau Interesting
Thoughts and Feeling for Research
Perawat perlu mengidentifikasi, memeriksa, dan menginspeksi atau
melakukan modifikasi perasaannya yang terlibat saat berfikir kritis. Jadi
ketika perawat merasa marah, merasa bersalah dan frustasi kepada rekan
kerja di sekitamya, maka perawat sebaiknya mengikuti beberapa langkah,
yaitu membatasi sementara untuk menghindari kesimpulan yang
tergesagesa dan keputusan yang impulsive seperti menahan diri agar tidak
tergesa-gesa, membahas perasaan negatif dengan orang terdekat yang

4
dipercaya, menggunakan sebagian energi tubuh yang dihasilkan oleh
perasaan emosi seperti melakukan senam atau berjalan dan merenungkan
kembali situasi yang ada serta menentukan apakah respon emosi yang
muncul sudah sesuai.
10. Rasa ingin tahu atau Curiosity
Dalam benaknya selalu ada perdebatan internal untuk berfikir kritis
mempertanyakan segala sesuatu. Perawat yang melakukan penelitian
memperhitungkan tradisi lama namun tidak ragu untuk menantang dirinya
saat menemukan hal yang belum terkonfirmasi validitas dan reliabilitasnya.
2.2 Proses Keperawatan
2.2.1.Definisi
Proses keperawatan merupakan dasar praktik keperawatan untuk
memecahkan masalah yang membutuhkan kemampuan berfikir kritis, logis dan
kreatif agar terpenuhi perawatan dan kebutuhan pasien yang melibatkan lima
tahapan yaitu pengkajian atau mengumpulkan data, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan. Proses ini sifatnya tersusun dalam satu lingkaran karena saling
berhubungan, berkelanjutan dan dinamis (Siregar et al., 2021).
Proses keperawatn adalah metode perencanaan dan pemberian asuhan
keperawatan secara individual, keluarga atau komunitas yang secara langsung
perawat melakukan promosi kesehatan, melindungi kesehatan dan pencegahan
penyakit. proses ini bersifat sistematis dan rasional yang dimulai dari penilaian
dari pasien dan menggunakan penalaran klinis dengan cara berfikir kritis untuk
mengidentifikasi status kesehatan pasien dan masalah kebutuhan perawatan
kesehatan secara aktual atau potensial untuk menetapkan rencana dalam
pemenuhan kebutuhan pasien
2.2.2.Manfaat Proses Keperawatan
Proses keperawatan bermanfaat bagi perawat dan pasien diantaranya
(Malisa et al., 2021):
1. Mengidentifikasi masalah aktual, risiko dan potensial. Penggunaan proses
keperawatan yang efektif tidak hanya memungkinkan perawat
mengidentifikasi masalah aktual tetapi juga masalah risiko dan potensial.
Kemampuan dalam memprediksi masalah dapat mencegah komplikasi
pasien dan menurunkan biaya rawat inap pasien.

5
2. Perawat dapat merancang asuhan keperawatan dan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya. Melalui proses keperawatan, pola pelayanan
keperawatan akan lebih sistematis, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat, serta memungkinkan untuk dapat memberikan asuhan terintegrasi
dengan tenaga kesehatan lainnya sehingga kesejahteraan pasien dapat
lebih meningkat.
3. Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien. Pemberian asuhan
keperawatan yang optimal dengan menggunakan pendekatan siklus yang
paling berhubungan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
memungkinkan pemecahan masalah yang dihadapi pasien dapat lebih
optimal. Perawat akan merasa berhasil dalam mengatasi masalah pasien
dan pasien juga mendapat kepuasan karena kebutuhannya terpenuhi.\
4. Memberikan kerangka kerja bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Pola yang sistematis dan terencana dari proses keperawatan
memberikan kemudahan bagi perawat untuk saling berkoordinasi selama
memberikan asuhan keperawatan.
5. Meningkatkan kemampuan perawat dalam merawat pasien. Peningkatkan
kemampuan perawat ini tidak lepas dari evaluasi asuhan keperawatan
yang diberikan. Melalui evaluasi perawat dapat mengetahui hambatan yang
dialami dan memutuskan cara untuk mengatasi hambatan.
2.2.3.Karateristik Proses Keperawatan
Proses keperawatan mempunyai karakteristik sebagai berikut (Siregar et
al., 2021):
1. Sistematik dan Rasional
Proses keperawatan mengarahkan setiap tahapan secara berurutan dan
teratur. Apabila pengkajian dilakukan tidak lengkap dan akurat, maka perawat
tidak dapat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan tidak dapat
mngembangkan rencana keperawatan selanjutnya karena setiap tahapan
proses keperawatan ini akan saling mempengaruhi. Proses keperawatan
memiliki karakteristik yang rasional yang tujuannya untuk mengidentifikasi
status perawatan pasien, menetapkan masalah kesehatan secara aktual
maupun potensial, menentukan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan memberikan intervensi keperawatan untuk menangani
kebutuhan pasien.

6
2. Dinamis dan Siklik
Proses keperawatan mempunyai interkasi dari pengkajian hingga evaluasi,
kelima proses keperawatan ini juga dapat terjadi secara bersamaan. Setiap
tahapan dapat diperbaharui dan dimodifikasi sesuai kondisi pasien.
3. Interpersonal dan Clien centered-ness
Proses keperawatan berpusat pada perawatan pasien, proses ini juga
mendorong perawat untuk berkolaborasi dengan pasien dan keluarga untuk
membantu memenuhi kebutuhan perawatan pasien dan memberikan
perawatan yang berkualitas, karena apabila perawat berkolaborasi dengan
pasien dan keluarga, perawat dapat mengeksplorasi kekuatan dan
keterbatasan perawat serta mengembangkan diri perawat menjadi
profesional.
4. Outcome Oriented
Proses keperawatan memberikan suatu cara bagi perawat dan pasien
untuk bekerja sama menentukan hasil perawatan kesehatan yang terbaik bagi
pasien.
5. Berlaku secara universal
Proses keperawatan dijadikan sebagai kerangka kerja untuk membuat
asuhan keperawatan sehingga perawat dapat mempraktikan keperawatan
kepada orang sehatn atau sakit, pasien dari semua kelompok usia di semua
pelayanan kesehatan. Perawat perlu melakukan pengkajian kepada pasien,
mencatat setiap perubahan yang terjadi pada pasien dalam status kesehatan,
menentukan apakah tindakan keperawatan membantu pasien mencapai
tujuan yang diharapkan dan memodifikasi rencana keperawatan apabila
diperlukan.
6. Pengambilan keputusan dilibatkan dalam setiap proses keperawatan
Perawat bisa sangat kreatif dalam menentukan kapan dan bagaimana
menggunakan data dalam mengambil keputusan.
7. Perawat harus menggunakan penalaran klinis selama memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien
2.2.4.Nilai Terapeutik Proses Keperawatan
Perawat mempunyai nilai terapeutik dalam melaksanakan proses
keperawatan diantaranya (Siregar et al., 2021):
1. Caregiver

7
Perawat memberikan asuhan keperawatan saat pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri termasuk memberi makan, mandi dan
pemberian obat-obatan.
2. Counselor
Saat bertindak sebagai konselor, perawat membantu pasien dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. Perawat memfasilitasi tindakan
pasien dengan membantu pasien membuat keputusan sendiri.
3. Teacher
Perawat memandang setiap interaksi dengan pasien sebagai kesempatan
untuk mengajar. Pendidikan pasien berfokus pada pemberdayaan pasien
dengan memberikan informasi yang akan membantu pasien dalam
pemecahan masalah.
4. Client advocate
Perawat harus berbicara dan bertindak atas nama pasien, melindungi hak
asasi dan hukum pasien, memberikan bantuan apabila pasien membutuhkan
dan menjamin hak perawatan kesehatan pasien.
5. Change agent
Perawat sebagai agen pembaharu dalam memodifikasi perilaku pasien.
Perawat harus meyakini bahwa keputusan untuk berubah ada di tangan
pasien dan tidak memaksa pasien untuk melakukan perubahan.
6. Team member
Perawat tidak bekerja sendiri melainkan bekerja dengan tenaga kesehatan
lainnya. Kolaborasi membutuhkan perawat untuk menggunakan keterampilan
interpersonal yang efektif.
2.2.5.Tahapan Proses Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dalam keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut (Malisa et
al., 2021):
a. Tujuan
1) Untuk mendapatkan data dasar mengenai kebutuhan pasien terhadap
perawatan dan pengobatan, masalah kesehatan yang dialami pasien,
respon pasien terhadap masalah yang dihadapinya dan harapan pasien
selama mendapatkan perawatan. Data yang dikumpulkan mencakup
kesehatan pasien baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.

8
2) Untuk mengetahui penurunan fungsi pasien dan penyebab dari masalah
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan tepat sasaran dan
perbaikan status kesehatan pasien dapat dimaksimalkan.
b. Jenis data
Jenis data dalam pengkajian keperawatan sebagai berikut (Malisa et al.,
2021):
1) Data Objektif
Data objektif mencakup semua bagian informasi yang dapat diukur dan
diobservasi mengenai pasien dan kondisi kesehatannya secara
keseluruhan. Data ini dapat diperoleh dari pemeriksaan fisik, laboratorium
dan foto.
2) Data Subjektif
Data subjektif terdiri atas opini pasien atau perasaan mengenai yang terjadi
pada pasien. Pasien berkomunikasi melalui bahasa tubuh seperti sikap
tubuh, ekspresi wajah dan postur tubuh. Kata-kata lisan untuk memberitahu
perawat mengenai opini dan perasaan pasien.
c. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada pengkajian keperawatan terdiri atas
sebagai berikut (Malisa et al., 2021):
1) Observasi
Observasi menggunakan lima indera untuk mencari informasi mengenai
pasien yang berhubungan dengan karakteristik penampilan, fungsi,
hubungan primer dan lingkungan pasien.
2) Wawancara Kesehatan
Wawancara kesehatan disebut sebagai riwayat kesehatan, perawat dapat
memandu percakapan dengan pertanyaan langsung atau pasien dapat
mengarahkan dialog dengan mendiskusikan masalah kesehatan, gejala
atau perasaan mengenai kebutuhan pasien.
3) Pemeriksaan Fisik
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan ini dilakukan secara lengkap dari
tanda-tanda vital, antropometri, tingkat kesadaran dan pemeriksaan
sistematis dari kepala sampai kaki.

9
4) Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi atau memperjelas
kelainan atau temuan dari hasil wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik.
d. Analisa Data
Langkah-langkah melakukan analisa data sebagai berikut (Malisa et al.,
2021):
1) Memilah dan memilih data yang diprioritaskan dibandingkan dengan data
lainnya.
2) Memvalidasi hasil observasi yang dilakukan dengan bertanya pada pasien
mengenai data yang sudah terkumpul dan apabila diperlukan maka
dilakukan pemeriksaan pada pasien.
3) Data-data yang serupa dan memiliki pola hubungan antara satu dan yang
lain digolongkan dalam satu kelompok untuk analisis lebih lanjut.
4) Mengidentifikasi kekuatan dan masalah pasien untuk mempermudah
perawat mengidentifikasi masalah aktual maupun potensial.
5) Mencapai kesimpulan yaitu pasien tidak mengalami masalah, pasien
mungkin mengalami masalah dan pasien mengalami masalah klinis.
2. Dokumentasi Keperawatan
a. Tujuan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan mempunyai tujuan sebagai berikut (Malisa et al.,
2021):
1) Memberikan standar penggunaan istilah yang merujuk pada permasalahan
pasien sehingga terjadi persamaan persepsi antara perawat yang satu
dengan yang lainnya.
2) Meningkatkan ketepatan penentuan kriteria hasil sehingga intervensi yang
diberikan kepada pasien optimal sesuai dengan masalah yang dialaminya.
3) Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
b. Komponen Diagnosis Keperawatan
Komponen dalam penyusunan dokumentasi keperawatan terdiri atas
(Malisa et al., 2021):
1) Masalah
Pengangkatan masalah ini harus memperhatikan data mayor dan minor
yang didapatkan dari pasien.

10
2) Etiologi
Etiologi dapat bersifat fisiologis, patofisiologis, psikologis, sosiologis,
spiritual maupun lingkungan.
3) Tanda dan gejala
Merupakan pernyataan hasil pengkajian yang ditemukan dari pasien yang
dapat dijabarkan dengan data subjektif dan data objektif.
c. Pengelompokkan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dikelompokkan sebagai berikut (Malisa et al.,
2021):
1) Diagnosis aktual
Menggambarkan penilaian klinis yang harus divalidasi oleh perawat karena
adanya batasan karakteristik mayor atau didukung oleh data yang nyata.
Diagnosis ini dialami oleh pasien dan disertai dengan tanda dan gejala
yang nyata.
2) Diagnosis risiko
Diagnosis yang menggambarkan kondisi kesehatan pasien yang berisiko
mengalami gangguan di masa mendatang karean adanya faktor risiko
tertentu.
3) Diagnosis kemungkinan
Diagnosis keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien yang masih
memerlukan data tambahan untuk mendukung penegakan masalah
keperawatan pasien.
4) Diagnosis sindrom
Diagnosis gabungan diagnosa aktual dengan risiko yang menggambarkan
kondisi yang dialami pasien lebih serius sehingga kepentingan penegakkan
diagnosis membantu perawat merancang intervensi keperawatan yang
lebih optimal.
5) Diagnosis wellness
Diagnosis ini menggambarkan adanya perbaikan kondisi pasien dan
peningkatan keinginan pasien untuk memperoleh kesembuhan.
3. Rencana Keperawatan
Tahapan perencanaan keperawatan sebagai berikut (Malisa et al., 2021):
a. Menetapkan prioritas

11
Penetapan prioritas diagnosa keperawatan dapat menggunakan konsep
kebutuhan dasar manusia berdasarkan hierarki maslow atau tingkat
kegawatdaruratan dari kondisi yang dialami pasien.
b. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan harus mencantumkan jangka waktu dan kondisi yang
diharapkan.
c. Menentukan kriteria hasil
Bersifat spesifik terkait waktu dan isi, bersifat realistis atau rasional artinya
dalam menentukan tujuan harus mempertimbangkan faktor biologis atau
patologi penyakit yang dialami dan sumber yang tersedia, serta waktu
pencapaian, dapat diukur artinya memiliki kriteria pencapaian yang jelas,
mempertimbangkan kondisi, harapan dan keinginan pasien, berpusat pada
pasien artinya rencana asuhan dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan
Perumusan intervensi keperawatan mengacu kepada kriteria hasil yang
ingin dicapai. Intervensi keperawatan dirancang dengan menggunakan
pendekatan manajemen untuk mengatasi masalah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah perilaku keperawatan dimana tindakan yang diberikan
perawat untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan, serta merupakan komponen
dari proses keperawatan. Penyelesaian tindakan dari implementasi
perencanaan diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil seperti yang disusun
dalam rencana tindakan. Tindakan ini dapat dilaksanakan oleh perawat,
pasien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain atau kolaborasi dari
tenaga kesehatan yang bekerja sama dalam pemberian pelayanan
kesehatan pada pasien (Malisa et al., 2021).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
yang terbagi atas dua (Malisa et al., 2021):
a. Evaluasi formatif

12
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang berfokus pada tindakan dalam
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif
dilakukan dan didokumentasikan segera setelah perawat memberikan
tindakan kepada pasien dari rencana keperawatan yang telah disusun
untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksankan.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah jenis evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan melihat atau
berpandangan kepada masalah yang dialami oleh keluarga pasien. Format
yang dipakai yaitu SOAP.
2.3 Penelitian Relevan

Tabel 1. Penelitian Relevan


Peneliti JMetode Hasil Perbedaan Persama
udul an
An Jenis Berdasrkan hasil Tempat Menggunakan
S alis pene penelitian penelitian ini desain
u is litian didapatkan ada berada di penelitian
t fakt yang hubungan faktor RSUD yang sama
r or- digu jenis kelamin Curup. yakni cross
i fakt naka (p=0.005), lama Menggunak- sectional
y or n kerja (p=0.045), an variabel
- yan korel motivasi (p=0.015), independen
a g asi kecemasan yakni faktor-
n me deng (p=0.008), faktor berfikir
t mp an perkembangan kritis dan
i eng pend intelektual (p=0.001) variabel
aru ekat dan pengalaman dependen
& hi an (p=0.002) terhadap yakni
pen cros penerapan berfikir penerapan
M era s kritis perawat dalam berfikir kritis
u pan secti melaksanakan
l ber onal asuhan
y fikir keperawatan.
a kriti
- s
d per
i aw
at
( dal
2 am
0 mel
1 aks
9 ana
) kan
asu
han

13
kep
era
wat
-an
di
RS
UD
Cur
up
Pengaruh Jenis Hasil penelitian Lokasi Menggunakan
D berfikir kritis penelitian dengan penelitian desain
e terhadap kuantitatif menggunakan chi- Rumah Sakit penelitian
n kemampuan dengan square didapatkan Hermina sama yakni
i perawat pendekat- ada pengaruh Bekasi. cross
a pelaksana an cross berfikir kritis Variabel sectional dan
t dalam sectional terhadap dependen menggunakan
i melakukan kemampuan penelitian ini variabel
e asuhan perawat pelaksana yakni independen
t keperawatan dalam melakukan kemampuan yang sama
a di Rumah asuhan perawat yaknik berfikir
l Sakit keperawatan pelaskana kritis
. Hermina dengan p=0.026 dalam
, Bekasi asuhan
( keperawatan
2
0
1
8
)
2.4 Kerangka Teori

Tahapan proses keperawatan Proses asuhan keperawatan


melalui 5 tahap asuhan membutuhkan kemampuan
keperawatan: berfikir kritis
Pengkajian keperawatan
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
Implementasi keperawatan
Langkah-langkah berfikir kritis:
Evaluasi keperawatan
Mengetahui dan mendefinisi-kan
masalah pada pasien
Mengumpulkan fakta dan data
yang relevan
Mengolah fakta dan data
Menentukan alternatif
Nilai terapeutik proses pemecahan masalah pada pasien
keperawatan yaitu caregiver, Memilih cara pemecahan dari
counselor, teacher, change agent alternatif yang dipilih
dan team member Memutuskan tindakan yang akan
dilakukan
Evaluasi

Manfaat proses kepera-watan:


Mengidentifikasi masalah aktual,
aku dan potensial 14
Merancang asuhan keperawatan
dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya
Memberikan kepuasan bagi
Memberikan kerangka kerja
Meningkatkan kemampuan
dalam merawat pasien

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber: Siregar et al., (2021), Malisa et al., (2021), Watung et al., (2021)

2.5 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Berfikir Proses
Kritis
Keperawatan

      Keterangan :

: Variabel independen

: Variable Dependen

: Hubungan

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

15
Hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini adalah ada hubungan berfikir kritis
perawat dengan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan di Ruang
Interna RSUD Otanaha.

BAB III
 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian


3.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Interna RSUD Otanaha kota
Gorontalo.
3.1.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei
2022. Penelitian ini dimulai dari proses penyusunan proposal dengan
mengambil data awal ditempat penelitian.
3.2 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat, tetapi semua

16
responden diamati tidak pada saat yang sama, artinya tiap subjek hanya
diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut.
3.2.1 Variabel bebas
Variabel Independen atau bebas atau variabel sebab adalah variabel
yang mempunyai pengaruh atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel
bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berfikir kritis.
3.2.2 Variabel terikat
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
oleh variabel lain. Variabel ini adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah proses keperawatan.

3.2.3 Definisi operasional


Tabel 2 Definisi Oprasional
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Kategori Skala
Operasional

Independen: Proses belajar 1. Mengidentifikas Kuesione 1. Baik : Ordina


berfikir kritis dalam berbagai i dan r jika l
merumuskan skor ≥
sudut pandang
masalah 50%
perawat dalam keperawatan 2. Kuran
menyelesaikan 2. Menganalisis g baik
masalah argumen dan : Jika
keperawatan pada tindakan skor <
pasien keperawatan 50%
yang dilakukan
3. Mengevaluasi
kinerja dan
kesimpulan
asuhan
keperawatan
Dependen : Langkah-langkah 1. Pengkajian Kuesione 1. Baik : Ordina
proses dalam melakukan keperawatan r jika l
keperawata 2. Diagnosa skor ≥
asuhan
n keperawatan 50%
keperawatan pada 3. Intervensi
pasien secara keperawatan 2. Kurang
berkesinambunga 4. Implementasi

17
n keperawatan : jika
5. Evaluasi skor
keperawatan <50%

3.3 Populasi dan sampel


3.3.1.Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti yang akan di
teliti dan di ukur. Populasi pada penelitian ini adalah perawat di Ruang Interna
RSUD Otanaha dari bulan Januari- April Tahun 2022 sebanyak 50 perawat.
3.3.2.Tehnik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling yakni total sampling, dimana peneliti menggunakan semua anggota
populasi yaitu perawat di Ruang Interna RSUD Otanah sebagai sampel.

3.4 Teknik pengumpulan data


3.4.1 Jenis data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan
peneliti melakukan sendiri pengumpulan data. Data primer dalam
penelitian ini di peroleh dengan meminta responden mengisi kuisioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui perantara dari lingkungan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data perawat Ruang Interna RSUD
Otanaha.
3.4.2 Instrumen penelitian
1. Instrumen Berfikir Kritis
Instrument berfikir kritis menggunakan kuesioner yang terdiri atas 14 item
pernyataan mengenai standar intelektual perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan. Setiap pernyataan menggunakan likert scale menurut tingkat
persetujuan responden diantaranya 1= sangat setuju, 2= setuju, 3= kurang setuju
atau ragu-ragu, 4= tidak setuju dan 5= sangat tidak setuju.

18
2. Instrumen Proses Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan
Instrument proses keperawatan dalam asuhan keperawatan terdiri atas 5
tahapan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi sebanyak 25 item
pernyataan dengan pilihan alternatif jawaban setiap pernyataan juga
menggunakan likert scale berdasarkan tingkat persetujuan responden terhadap
pernyatan-pernyataan tersebut, yaitu 1=tidak pernah dilaksanakan, 2=kadang-
kadang dilaksanakan, 3=sebagian dilaksanakan, 4=sering dilaksanakan dan
5=selalu dilaksanakan.

3.5 Teknik pengolahan dan analisa data


3.5.1 Pengolahan data
Proses pengolahan data ini akan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Editing
Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini dilakukan penegecekan
isi kuisioner apakah kuisioner sudah diisi dengan lengkap, jawaban dari
responden jelas, dan antara jawaban dengan pertanyaan relevan. Menyaring
sampel yang memenuhi kriteria eksklusi.
2. Coding
Setelah dilakukan proses editing, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau
“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan.
3. Processing
Memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Dalam
penelitian ini data akan diolah menggunakan program komputer yaitu microsoft
excel dan SPSS.
3.5.2 Analisa data
a. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada umumnya pada analisis ini
hanya menggunakan distribusi dan presetase dari tiap variabel. Variabel bebas
(independent variabel) dalam penelitian ini adalah berfikir kritis, sedangkan
variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah proses
keperawatan.

19
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variable. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terkait. Tujuan dari analisa bivariat dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berfikir kritis perawat dengan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3.6 Hipotesis statistika
Ho : Tidak ada hubungan berfikir kritis dengan proses keperawatan dalam
asuhan keperawatan.
Ha : Ada hubungan berfikir kritis dengan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.

3.7 Etika penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etik penelitian yang
meliputi :
a. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan responden berupa lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini
diberikan pada responden yang akan diteliti.
b. Nonmalefecience
Penelitian yang dilakukan tidak memberikan dampak yang serius pada
responden. Jika ditemukan bahaya saat pengumpulan data, maka segera akhiri
pengumpulan data dan bantu responden mengatasi dampak tersebut.
c. Beneficience
Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat kepada
responden, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
d. Autonomy
Responden bebas menentukan apakah responden akan ikut
berpatisipasi dalam penelitian tanpa adanya paksaan dan responden boleh
mengundurkan diri tanpa saksi apapun.
e. Ananomity

20
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, lembar
tersebut diberi inisial yang hanya diketahui oleh peneliti saja.
f. Confidentiality
Kerahasiaan informasi maupun masalah-masalah lain yang diberikan
responden dijamin oleh peneliti.
g. Protect discomfort
Selama proses penelitian berlangsung responden dilindungi dari ketidaknyama
nan yang mungkin terjadi.

3.8 Alur penelitian

Studi Penelitian

Permohonan Penelitian

Permohonan izin pada pihak RSUD Otanaha

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Menjelaskan prosedur
tindakan kepada responden

Membagikan lembar kuisioner Kerahasiaan

Pengumpulan data
dan pengelolaan data
(SPSS) 21
Analisis Data

Hasil

Gambar 3.Alur Penelitian

Daftar Pustaka

Budiono, & Pertami, S. B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.


Deniati, K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018). Pengaruh Berfikir Kritis
Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana Dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), 12(1), 21–25.
Fhirawati, Sihombing, R. M., Hutapea, A. D., Supinganto, A., Siburian, C. H.,
Noradina, Naibaho, E. N., Perangin-angin, M. A., Pakpahan, M., Siregar, D.,
Kartika, L., Mustar, Bolon, C. M., Sitanggang, Y. F., Anggraini, D. D., &
Hutagaol, A. (2020). Konsep Dasar Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Ginting, A. (2012). Pengaruh Sikap dan Karakteristik Berpikir Kritis Perawat
Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Bedah RSUP H. Adam Malik Medan.
Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universita Sumatera Utara
Medan.
Kamil, H., Putri, R., Putra, A., Mayasari, P., & Yuswardi. (2021). Berpikir Kritis
Perawat dalam Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Pemerintah Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(3),
204–211. https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20578
Malisa, N., Damayanti, D., Perdani, Z. P., Darmayanti, Matongka, Y. H., Suwarto,
T., Arkianti, M. M., Tallulembang, A., Adriyani, S., & Nompo, R. S. (2021).
Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Yayasan Kita Menulis.
Maria, I., Zubaidah, Rusdiana, Pusparina, I., & Norfitri, R. (2019). Caring dan
Comfort Perawat dalam Kegawatdaruratan. Deepbulish.

22
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
Pangkey, B., Hutapea, A. D., Simbolon, I., Sitanggang, Y. F., Pertami, S. B.,
Manalu, N. V., Darmayanti, Malisa, N., Umara, A. F., Sihombing, R. M.,
Siregar, D., & Wijayanti, S. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan.
Yayasan Kita Menulis.
Patriyani, R. E. H., Ningsih, S. R., Sulistyowati, E. C., Sunaryanti, B., Suyanto,
Setyawati, D., Aseta, P., Trisnowati, T., Yulianti, T. S., Lestari, S., & Indriati,
R. (2022). Konsep Dasar Keperawatan. Tahta Media Group.
Ramadhiani, O. R., & Siregar, T. (2019). Hubungan Berpikir Kritis dengan
Kepedulian (Caring) Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
RSUD Kota Depok. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 15(2), 148.
https://doi.org/10.24853/jkk.15.2.148-160
Setyawan, F. E. B., & Supriyanto, S. (2019). Manajemen Rumah Sakit. Zifatama
Publisher.
Siregar, D., Pakpahan, M., Sitanggang, Y. F., Umara, A. F., Sihombing, R. M.,
Florenda, M. V., Perangin-angin, M. A., & Mukhoirotin. (2021). Pengantar
Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yayasan Kita Menulis.
Sudirman. (2016). Kualitas Pelayanan Rumah Sakit. Leutika Prio.
Sutriyanti, Y., & Mulyadi, M. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Berpikir Kritis Perawat dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(1), 21–32.
https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.394
Watung, G. I. V., Ningsih, S. R., & Langingi, A. R. C. (2021). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan. Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

23
Lampiran 1.

Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian Hubungan Berfikir Kritis Perawat dengan Proses
Keperawatan dalam Asuhana Keperawatan Di Ruangan Interna
RSUD Otanaha
Tanggal Penelitian:
No. Responden:
A Identitas Responden
1. Nama (Inisial) :
2. Jenis Kelamin : P/L
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Lama Kerja :
6. Pelatihan asuhan
keperawatan yang diikuti :
B Kuesioner Berfikir Kritis
Isilah pada kolom pernyataan standar asuhan keperawatan yang anda
kerjakan dengan memberi tanda centang () pada pilihan alternatif jawaban
yang telah disediakan yaitu:
1= Sangat setuju
2= Setuju
3= Kurang setuju atau ragu-ragu
4= Tidak setuju
5= Sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S KS TS STS

24
1 Saya mengumpulkan data
berdasarkan data subjek, objek,
observasi dan wawancara
2 Saya selalu mengkaji secara lengkap
dari kepala sampai kaki atau head to
toe hingga permasalahan pada pasien
jelas
3 Saya membuat banyak pertanyaan
dengan 5W+1H terhadap keluhan
pasien
4 Saya menggunakan pemeriksaan
penunjang seperti hasil laboratorium,
foto, USG maupun Ct Scan sebagai
rujukan
5 Saya menggunakan suatu konsep
atau teori pada suatu masalah
keperawatan yang kompleks misalnya
pada pasien dengan komplikasi
6 Saya memprioritaskan masalah
berdasarkan teori kebutuhan menurut
Abraham Maslow
7 Saya menggunakan konsep atau teori
pada suatu masalah keperawatan
yang bersifat darurat misalnya pasien
henti nafas
8 Saya melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan data
pengkajian dari pasien dan keluarga
pasien
9 Saya melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan alasan
yang rasional
10 Saya membuat keputusan terhadap
tindakan mandiri keperawatan
berdasarkan keputusan diri sendiri
11 Saya membuat keputusan terhadap
tindakan kolaboratif berdasarkan
keputusan medis
12 Saya tidak akan mempertahankan
rasional yang masih diragukan
terhadap keputusan yang diambil
13 Saya senantiasa memperbaharui
tindakan yang kurang efektif dengan
tindakan yang lebih tepat
14 Saya melakukan evaluasi kembali
tindakan mandiri keperawatan

25
terhadap efektivitasnya
Sumber: Ginting (2012)

C Kuesioner Proses Keperawatan dalam Asuhan Keperawat


Isilah pada kolom pernyataan standar asuhan keperawatan yang anda
kerjakan dengan memberi tanda centang () pada pilihan alternatif jawaban
yang telah disediakan, yaitu:
1= Tidak pernah dilaksanakan
2= Kadang-kadang dilaksanakan
3= Sebagian dilaksanakan
4= Sering dilaksanakan
5= Selalu dilaksanakan
No Pelaksanaan Asuhan Keperawatan 1 2 3 4 5
Pengkajian Keperawatan
1 Mencatat identitas pasien
2 Riwayat penyakit saat sebelumnya
3 Mencatat hasil pemeriksaan fisik
4 Mencatat hasil pemeriksaan pola fungsi
kebiasaan
5 Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium
Diagnosis Keperawatan
6 Diagnosis keperawatan sesuai dengan
masalah yang telah dirumuskan
7 Diagnosis keperawatan terdiri atas PES
8 Merumuskan diagnosis keperawatan
aktual/risiko
9 Menuliskan diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah pasien
10 Menuliskan format yang baku
Intervensi Keperawatan
11 Disusun menuru urutan prioritas
12 Rencana tindakan mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah, terperinci dan jelas
13 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien atau keluarga
14 Rencana tindakan menggambarkan kerja
sama dengan kesehatan lain
15 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan
Implementasi Keperawatan
16 Tindakan yang dilaksanakan mengacu pada
perencanaan keperawatan
17 Bekerja sama dengan pasien dalam
melaksanakan tindakan keperawatan

26
18 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
melakukan tindakan
19 Perawat mengobservasi pada respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan
20 Melakukan tindakan keperawatan untuk
menguasai kesehatan pasien
Evaluasi Keperawatan
21 Bekerja sama dengan keluarga pasien dalam
memodifikasikan rencana asuhan keperawatan
22 Evaluasi mengacu pada tujuan
23 Hasil evaluasi dicatan dan dimodifikasi
perencanaan
24 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
yang baku dan benar
25 Setiap melakukan tindakan, perawat
membubuhkan paraf nama jelas, tanggal dan
jam dilakukan tindakan
Sumber: Nursalam (2017)

27

Anda mungkin juga menyukai