Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL PENDUKUNG TESIS

MENGGUNAKAN PICOT

Sebagai Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah


Tesis
PembimbingMateri :EmilianaTarigan, SKp, MKes

OLEH :
MASRI DESY SUZANNA L.TOBING(2020-01-007)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
JAKARTA
2021

1
ANALISA JURNAL

A. Judul : Evaluasi Pelaksanaan Kewenangan Klinis Perawat Klinis di Rumah


Sakit Militer Jakarta
Author : Belapertiwi, RR. Tutik Sri Hariyati, Siti Anisah
Journal of Hospital Accreditation, 2020, Vol 02, Edisi 1, hal 15-20, Tanggal
Publikasi, 20 Maret 2020
Tujuan Penelitian : untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kewenangan
klinis di RS Militer Jakarta

Problem :
Pelaksanaan kewenangan klinis yang sesuai dengan level karir belum mampu
berjalan optimal.
Peningkatan kompetensi kewenangan klinis belum berbanding lurus dengan
peningkatan reward yang signifikan.Belum idealnya rasio perawat dan pasien
serta metode penugasan yang dilakukan pada saat diluar jam kerja kepala
ruangan kembali kepada metode fungsional, sehingga pelaksanaan kewenangan
klinis belum dapat diterapkan sepenuhnya oleh perawat.
Hasil asesmen awal dari kuesioner kepada 84 orang perawat ditemukan 60%
perawat di RS tersebut belum mengetahui tentang kewenangan klinis (clinical
privilege) tenaga perawat.
Perawat belum mengetahui dengan jelas batasan tindakan yang harus dilakukan
dalam melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan RKK yang
ada.Penetapan kewenangan klinis perawat yang disusun dalam rangka
memenuhi kebutuhan akreditasi RS juga baru dilaksanakan sejak tahun 2012
sehingga penerapannya saat ini belum optimal.
Perawat telah dua kali melaksanakan asesmen kompetensi kewenangan klinik.

Intervention
Metode penelitian deskriptif dengan Teknik observasi dokumen, wawancara &
kuesioner. Dimulai dari pengkajian, analisis data, planning of Action (PoA),
implementasi dan evaluasi terkait optimalisasi pelaksanaan kewenangan klinis
sesuai level jenjang karir profesional PK.
Observasi dengan melakukan telaah dokumen terkait pedoman, panduan, SOP,
SPK dan RKK.
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan dengan pedoman wawancara yang
terstruktur.Selanjutnya dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner kepada
seluruh perawat di 4 ruangan perawatan menggunakan total sampling sebanyak

2
84 orang perawat.
Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner A mengenai pernyataan
tentang jenjang karir perawat, kuesioner B mengenai kepuasan kerja,dan
kuesioner C mengenai kinerja perawat. Wawancara juga dilakukan kepada 6
orang kepala
ruang menggunakan instrument panduan wawancara yang dibuat berdasarkan
pendekatan fungsi manajemen Planning – Organizing –Staffing – Actuating –
Controlling (POSAC).
Sebelumnya dilakukan pertimbangan etik untuk instrumen yang
digunakan,terlebih dahulu
Dikonsultasikan kepada pembimbing dan melalui proses perijinan di Bagian
Keperawatan RS
Sebelum disebarkan. Data responden dalam setiap instumen menggunakan
inisial, dan tidak dimunculkan dalam penyajian hasil analisis. Hasil pengkajian
kemudian dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone untuk menetapkan
masalah utama di RS tersebut.Masalah utama yang diangkat kemudian
diselesaikan melalui pendekatan Plan – Do – Study – Action (PDSA).
Observasi penilaian terhadap kewenangan klinis dilakukan terhadap seluruh
perawat pelaksana yang ada di ruangan perawatan. Observer melaksanakan
penilaian dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan perawat dari shift dimulai
hingga shift berakhir.
Ketentuan kegiatan yang dilakukan adalah dengan kriteria inklusi,perawat yang
akan diobservasi adalah perawat pelaksana dengan level PKI - III, pengalaman
bekerja di RS yang bersangkutan minimal satu tahun, tidak sedang cuti hamil/
melahirkan/ cuti melahirkan, tidak dalam masa mengikuti pendidikan/ pelatihan dan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
perawat di ruangan lantai 6 PU. Jumlah perawat sebanyak 27 orang dengan rincian pra
PK 2 orang, PK I 12 orang, PK II 2 orang, PK III 11 orang. Pada penelitian ini penulis
memilih perawat PK I – PK III. Dalam kelompok PK I – III ini, 1 orang perawat sedang
pelatihan ICU dan 1 orang cuti bersalin sehingga jumlah sampel dalam studi ini adalah
23 orang perawat. Evaluasi dilaksanakan bersamaan dengan sosialisasi RKK yang telah
ditetapkan RS. Program inovasi dibuat secara rinci dalam bentuk instrumen penilaian
pelaksanaan kewenangan klinis.

Observer akan melakukan input setiap kegiatan yang telah dilakukan pada tabel
pertama yang berisikan rincian intervensi keperawatan berdasarkan level PK. Warna
hijau menunjukkan kewenangan klinis milik PK I, warna kuning menunjukkan
kewenangan klinis milik PK II, dan warna merah menunjukkan kewenangan klinis milik
PK III. Tabel sebelah kanan adalah tabel jumlah yang telah diformat akan menujukkan
secara otomatis kegiatan yang dilakukan perawat primer berdasarkan level PK.

Kemudianhasilanalisisdibuatkedalambentukrekapitulasikegiatan yangdilakukan
oleh setiapperawat yang dikelompokkanberdasarkan level PK yang

3
samasehingga observer mendapatkanhasilakhirintervensi yang dilakukan oleh
PK secarakeseluruhan pada setiap level PK. Hasil
rekapitulasikemudianakandisajikandalam diagram pie yang
menunjukkanpelaksanaankewenanganklinis yang telahdilakukan. Pada
saatpenilaianpelaksanaankewenanganklinis di ruangan, observer
turutbegabungdengantimperawatdalamkegiatan proses
pemberianasuhankeperawatan agar mengetahuiimplementasikeperawatan yang
dilakukan oleh setiapperawat di
ruanganmulaidarikegiatanperawatanlangsungmaupunkegiatanperawatantidaklan
gsung.Observasidilakukanbeberapaharihinggamendapatkanpengamatanpelaksan
aankewenanganklinisdariseluruhjumlahperawat yang ada di ruangantersebut.

Comparison
Beberapahasilpenelitianyang berhubungandenganpenelitiandiatasadalah :
1. Hariyatidkk,(2017),
Keberhasilansumberdayakeperawatanharusdidukungolehprofesionalismepera
wat. Salah
satubentukdukunganuntukprofesionalismeperawatadalahmelaluipengembang
ankarirkeperawatan.Implementasikewenanganklinisdiberikanmelaluisuatu
proses yang disebutdengankredensial
2. (Ezeukuw, 2011; Wihardjadkk.,
2017),Kompetensiseorangperawatmemberikanperananpentinguntukmeningka
tkanmutuasuhankeperawatan.
3. Lestari (2015), Kewenanganklinis yang
diberikankepadaperawatmenjaminadanyakompetensi dan
batasankewenanganklinisyang
jelassehinggadapatmelindungikeselamatanpasien.
4. Hittle (2010), Proses kredensial dan pemberiankewenanganklinis yang
efektifdapatmelindungiklien danorganisasi.
5. Saputro dan Ardani(2018) pada perawatklinik IGD di sebuah RS di Jawa
Tengah,sebanyak 100% kewenanganklinis yang dilakukan oleh
perawattidaksesuaidenganRincianKewenanganKlinis(RKK) yang
telahdiberikan oleh RS. Perawatmelakukankewenanganklinis yang
bukanmiliknya. Penelitianinimenyimpulkanbahwapraktikasuhankeperawatan
yangdilakukanbaiktindakanmandirimaupunkolaborasibelumsesuaidengankew
enanganklinis yang dimiliki oleh perawat.
6. Afrianidkk (2017), dukungandari para pemimpin dan
temansebayadianggapcukupbaikuntukmeningkatkanpersepsiperawattentangp
elaksanaanjenjangkarier.

Outcome
1. Hasil asesmenawalmelaluikuesionerterhadap 84 perawatdidapatkan 55%
perawatmenyatakanpengakuanterhadapjenjangkarirperawatbelum optimal.

4
Hal inimenunjukkanbahwa PK belummerasakandampak
yangsignifikanterhadappengakuan dan
promosidariatasanterkaitimplementasijenjangkarirmaupunkewenanganklinis
yangditetapkan oleh RS.
2. Dari wawancaraterstrukturkepada 6
kepalaruangandidapatkankesimpulanbahwapelaksanaankewenanganklinisbel
um optimaldilaksanakankarenarasioantarperawat dan pasien yangbelum ideal
sertakurangnyaevaluasidariatasandalampelaksaaankewenanganklinis di
ruangan, kurangnya reward yangsignifikanterhadapkenaikan level karir.
3. Hasil pelaksanaankewenanganklinis yang dilakukan oleh PK. Sebesar 72%
perawat PK I telahmelakukankewenanganklinis yang sesuaikompetensi yang
seharusnya. Ada beberapatindakan yang
masihdilakukandiluarpenugasanklinisnyayaitu 7% kewenanganklinis PK II,
20% penugasanklinis PK III, dan 1% kewenanganklinis PK IV.
Beberapaintervensikeperawatan yang
seringdilaksanakandiluarpenugasanklinis PK I diantaranya;
pemberiananalgesik dan antipiretik (PK II), pemberianoksigensungkup dan
pemasangan NGT (PK III). Perawat PK II juga
masihmelakukanbeberapaintervensikeperawatan PK III sebanyak 13%.
Perawat PK III juga melakukantindakanintervensi yang dilakukan oleh PK
IV sebanyak 4% halinidikarenakanmemangtidakadaperawat PK IV yang ada
di ruangantersebutnamunjumlahtindakan yang dilakukan oleh PK III
lebihsedikitdibandingkanintervensikeperawatan yang dilakukan oleh PK I
halinidikarenakan PK III
memanglebihbanyakmelakukankegiatanperawatantidaklangsungdibandingka
ndengan PK I.
4. Pelaksanankewenanganklinis di salah satu RS
militersejauhinisudahdilaksanakansecarabaiknamunbelum optimal.
5. Metodepenugasan yang digunakanadalahmetodetim.Namunbelummaksimal.
dikarenakanmetodepenugasan yang dilaksanakan di luar jam
kerjakepalaruanganadalahmetodefungsional.
6. Hasil observasiditemukanperawatpelaksana yang lebih junior sering kali
lebihbanyakdibebankantugaskeperawatanlangsung. Hal
inidisebabkanmetodepenugasan yang
dilakukandenganmenggunakanmetodetim. Falk dan Wallin (2016)
menyatakanmetodetimmemilikikelemahanyaituketidakadilanpembagianbeba
ntugasantarperawatsehinggatimbul rasa
terbebaniataupunstresterhadappekerjaan yang menjaditanggungjawabnya.
inisudahberjalan, pada perawat PK I mengerjakankewenanganklinis yang
bukanmiliknyasebanyak 28%.
7. Hasil wawancaradengankepalaruangan dan
perawatpelaksanamenyatakanbelumadanyasosialisasi yang dilakukan oleh
komitekeperawatanmengenaikewenanganklinis yang
merekamilikiberdasarkanjenjangkarir. Dokumen SPK dan RKK
belumdisosialisasikandengan optimal sehingga PK
belumsepenuhnyamemahamimengenibatasankewenanganklinis yang
merekamiliki.
8. Instrumenevaluasiinidapatdigunakansebagaialatevaluasikewenanganklinis

5
pada PK yang
akanmemberikankemudahandalampelaksanaanevaluasikewenanganklinissesu
ai SNARS.
9. Perluadanyapenguatandukungan dan komitmen oleh pihak RS
dalamevaluasi, salah
satubentukkomitmendenganadanyapenguatanregulasiberupapengesahanpand
uan dan SPO yang telahdisusun.
10. Komitekeperawatansebagaipihak yang
merekomendasikanpemberiankewenanganklinis pada PK perlumelakukan
monitoring dan evaluasi agar
perawatmelaksanakanasuhankeperawatansesuaidengankewenangannyamasin
g-masing.
11. Panduan kredensial yang
telahdisusunhendaknyadapatdisosialisasikankepadaperawat di setiapruangan.

Time
Penelitiandilakukan pada 22 Oktober – 13 Desember 2018.

B. Judul :
Deskripsiimplementasikompetensiperawatsesuaiclinicalappointment di
RSUDKRTSetjonegoroWonosobo

Author : Marwiati

Jurnal PPKM III (2018) 314 – 326

TujuanPenelitian
:untukmengetahuigambaranimplementasikompetensisesuaidenganpenugas
anklinis pada PerawatKlinis I di Rawat Inap RSUD KRT
SetjonegoroWonosobo.

Problem :
Hasil wawancaradenganKomiteKeperawatan, StafBidangKeperawatan, 4 KepalaRuang dan
RuangEdelweis, Ruang Dahlia dan RuangCempaka RSUD KRT Setjonegorodidapatkan
melaksanakanpraktikkeperawatan di shift sore dan malamkadang- kadangmelaksanakankomp
merekamiliki. MenurutPerawatKlinisI merekamelaksanakantugasdenganadanyakebutuhanpasien ya
belummengetahuitentangakibatdalammelaksanakanpraktikkeperawatan yang tida
wawancaradenganKepalaRuang dan StafBidangKeperawatandidapatkan data bahwakompos

6
sudahdibuatsemaksimalmungkinsesuaidenganjenjangkarirperawat dan penugasanklinisbelumsepenu
yang cuti dan jumlahperawatklinis I yang belummem
sudahdilakukanbelumsepenuhnyatergambardenganjelastentangimplementasikompetensiperawatklinis
sesuaipenugasanklinisdalammemberikanpraktikpelayanankeperawatan, yang dapatberdampak pada k

Intervention
Informanutamaadalahperawatklinis I di Ruang Rawat InapRSUD KRT Setjon
KepalaSeksiPelayananKeperawatan dan KetuaKomiteKeperawatan.Dengan Pendidikan DIII 4 orang
Metodepenelitianadalahkualitatifmenggunakanpendekataninduktif. Jumlahpartisipanyaitu 5 perawa
SetjonegoroWonosobo. Tehnikpengambilanpartisipan yang
sampling.Untukmenjagakerahasiaanpenelitianmakapenelitimengggunakan informed
daripartisipandilakukandenganmelaluibeberapatahapyaitu :tahappersiapan, pelaksanaan dan termi
membandingkan data akhiruntukmenentukanpola-pola, tema-temaataubenang-benang
penelitianfenomenologisinimenggunakanlangkah-langkahyaitukoding, membuattemaataukategori, m

Comparison
Beberapahasilpenelitian yang berhubungandenganpenelitiandiatasadalah :
1. Oliver, Pennington, Revelle, &Rantz, (2014), menyatakanbahwaperawat yang mempunyaikepeka
bekerjasesuaidengankompetensiakanmenimbulkandampakpositifbagipelayanankeperawatanyaitu
erja yang harmonis.
2. Darnell & Hickson, (2015), juga menyatakanperawat yang bekerjasesuaid
dimilikiakanmenciptakanbudayaperawatan dankemajuandalamkeperawatan yang berfokus pada
3. Lombardi (2015), menyatakanbahwa team dari unit keperawatanyang telah mempunyai kewen
positif bagi pelayanan keperawatan, kemajuan ilmu keperawatan dan pengembangan diri perawa
kompeten dan telah mempunyai kewenangan klinis akan memberikan kontribusi positif bagi Rum

Outcome
Temahasilpenelitian yang didapat :
1. Temakebijakan dan aturanpenerapanpenugasanklinisdalam 5 sub temayaitudefinisipenugasanklin
kewenanganperawatklinis I, manfaatpenugasanklinis dan regulasipenugasanklinis
2. IdentifikasiimplementasikompetensiPerawatKlinis I sesuaipenugasanklinis, yang terdiridari subte
3. IdentifikasiimplementasikompetensiPerawat Klinis Isesuai Penugasan Klinis, dengan sub tema sk
mengikutiperkembangankompetensi, akuntabilitas, pembelajaranberbasispraktik, penilaiandirisen
4. Identifikasi Dampak dari Implementasi Kompetensi Sesuai Penugasan Klinisdengansub temayait
tidaksesuaidenganpenugasanklinis dan upaya yang bisadilakukanuntukmeminimalkanresiko.
5. Beberapa upaya yangsudah dilakukan untuk meminimalkan dampak dari implementasi kompetensi perawa
dalam setiap shift dan memastikan bahwa dalam bekerja harus sesuai dengan SOP yang ada.

7
Time
Tidakdijelaskankapanpenelitiandilakukan. Hanyapublikasipenelitiantahun 2018.

C. Judul : Implementasi PMK No. 40 tahun 2017


tentangjenjangkarierprofesionalperawatRumahSakit Islam Surabaya

Author : Muhadi

JurnalKebijakanKesehatanIndonesia :JKKI, volume 10, No.01 Maret 2021.

TujuanPenelitian :untuk memperolehgambaranimplementasijenjangkarier


professional perawatklinik, perawatmanajer, perawatpendidik dan
perawatpeneliti di RSI Ahmad Yani dan
memperolehgambaranimplementasipolapengorganisasianjenjangkarierprofessi
onal perawat di RSI AhmadYani Surabaya.

Problem :
Sebagian besar perawatRSI belum maksimal dalam program pelatihan berbasis
kompetensi seperti hasil penelitian yang telah dilakukan 2019 dengan 55 sampel
perawat RSI.

Intervention
Penelitianinikualitatif,dimanapenelitiankualitatifiniuntukmelihat dan
berusahamemahamimasalahsosialberdasarkandenganfakta yang didapatkan di
lapangan(eksplorasi). Penentuanjumlahinformandalam 5 orang
pejabatstrukturalmenggunakanteknikpurposive sampling.
Penelitianinipenulismenggunakantriangulasipengumpulan data keabsahan data
(trustworthiness)
dalampenelitiankualitatifdapatdilakukandenganmenggunakanteknikpemeriksaan,
yang didasarkan pada kriteria, yaitu: derajatkepercayaan (credibility),
ketidakpastian (confirmability), ketergantungan (dependability) dan keteralihan
(transferability).

Comparison
Beberapahasilpenelitian yang berhubungandenganpenelitiandiatasadalah :

8
Outcome
Temahasilpenelitian yang didapat :

Time
Padabulan November s/d Desember 2019.

D. Judul :
Studifenomenologipengalamankomitekeperawatandalampelaksanaankredensia
lkeperawatandi RumahSakitDaerah TugurejoSemarang

Author : Fatikhah

UniversitasDiponegoroFakultasKedokteranProgram Studi Magister


KeperawatanKonsentrasiManajemenKeperawatanJanuari, 2016

TujuanPenelitian :
untukmengeksplorasipengalamankomitekeperawatandalampelaksanaankreden
sialkhususnyadiRSUD Tugurejo Semarang.

Problem :
Level jenjang karir belum digunakan sebagai standar penetapan jasa layanan.
Kredensial belum dirasakan manfaatnya untuk perawat sehingga perawat belum
termotivasi untuk mengajukan kredensial. Proses pelaksanaan kredensial perlu
dilakukan kajian mendalam agar bisa diketahui kendala dan bagaimana membentuk
proses kredensial yang ideal.
Intervention
Metode: Penelitiandilakukandenganmetodekualitatiffenomenologi.
Populasi yang diambildalampenelitianadalahmanajerkeperawatan dan
penguruskomitekeperawatan di RSUD Tugurejo, yaitu wakil direktur
pelayanan, bidangkeperawatan, komitekeperawatan dan perawat
pelaksana. Informanutamaadalahketuakomitekeperawatan dan
penguruskomitekeperawatan sub kredensial.
Informantriangulasiadalah wakil direkturpelayanan, bidangkeperawatan
dan perawatpelaksana.Kriteriainklusi yang ditetapkan oleh penelitiadalah:
a. Pengalamankerja≥ 6 tahun
b. Pendidikan minimal Nurse
c. Bersediamenjadiinforman yang dibuktikandenganmenandatangani
suratpernyataanpersetujuanpenelitian.
Sampel/informanpenelitiandiambildengannonprobability sampling menggunakan
teknik purposive sampling.

9
Alat penelitian meliputi : pedoman wawancara, voice recorder, alat tulis, kamera.
Pengambilan data dilakukandenganwawancaramendalam, dan studidokumentasi.
Wawancaradilaksanakan pada 4 informanutama dan 3 informan
triangulasi. Analisa data dilakukandenganteknikcontent analysis.

Comparison
Beberapahasilpenelitian yang berhubungandenganpenelitiandiatasadalah :
1. Penelitianberdasarkansampelacakdari19.452 perawat di Amerika Serikat,
Kanada dan wilayah AS, diperolehhasil72%
perawatmelaporkanmanfaatsertifikasi dan
semuarespondenmelaporkanbahwasertifikasimembawaperubahandalam
prakteknya.9
Hasilpenelitianmemberikanbuktiawalbahwasertifikasidapatdijadikansebagaialat
ukur dalam meningkatkan kompetensi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh dewan riset ANCC menggambarkan kredensial
keperawatan berdampak terhadap kinerja perawat, pasien dan organisasi

Outcome
Hasil penelitian teridentifikasi enam tema tentang gambaran pelaksanaan kredensial,
meliputi :
1 Faktor pendukung pelaksanaan kredensial perawat
2 White paper sebagai pedoman dalam pelaksanaan kredensial
3 Verifikasi data untuk menetapkan jenjang karir
4 Menetapkan kompetensi perawat melalui assesment
5 Prosedur pelaksanaan kredensial perawat untuk mendapatkan surat penugasan
kewenangan klinis
6 Faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan kredensialperawat.

Time
Waktu penelitiandilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampaidenganJanuari 2016.

E Judul : Studi persepsi perawat terhadap pelaksanaan jenjang karir perawat di


RS X kabupaten Jember
Author : Vespan Candra Surya, Retno Purwandari, Dicky Endrian Kurniawan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, Vol 12 No. 2 November
2020

Tujuan Penelitian : untuk mengidentifikasi gambaran persepsi perawat terhadap


pelaksanaan jenjang karir di Rumah Sakit Daerah (RSD) X Kabupaten Jember.

10
Problem :
sistem jenjang karir perawat sudah dilaksanakan sejak Rumah Sakit Daerah
(RSD) X Kabupaten Jember melaksanakan akreditasi pada tahun 2015, akan tetapi
sejak pelaksanaan sistem jenjang karir perawat diberlakukan belum pernah
dilakukan evaluasi terkait persepsi perawat terhadap pelaksanaan jenjang karir
perawat. terutama setelah terbentuknya peraturan baru yang menjadi
acuan dalam pengembangan karir perawat yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia/ PERMENKES RI Nomor : 4 Tahun 2017 tentang
Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis.

Intervention
desain penelitian descriptive. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
yang menduduki jenjang karir minimal Pra Klinis dan bekerja di Rumah Sakit
Daerah (RSD) X Kabupaten Jember yang berjumlah 114 Perawat Klinis (PK).
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 114 Perawat Klinis (PK) yang bekerja di
Rumah Sakit Daerah (RSD) X Kabupaten Jember dan sudah memenuhi kriteria
inklusi. Kemudian peneliti mengeksklusikan 1 Perawat Klinis (PK) dengan
penempatan ruang kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena berada dalam
kondisi sakit kronis. Sehingga total sampel penelitian yang digunakan peneliti
adalah sejumlah 113 Perawat Klinis (PK).
Comparison
Beberapahasilpenelitian yang berhubungandenganpenelitiandiatasadalah :
1 Suroso (2011) dan Sahrudin (2014) membuktikan manfaat dari perencanaan dan
penerapan sistem jenjang karir terhadap perawat antara lain : pengembangan karir
merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kepuasan kerja
perawat, sistem jenjang karir dapat meningkatkan pengakuan dari profesi lain
terhadap peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien
dalam bentuk pengambilan keputusan, peningkatan kewenangan dan otonomi
mengenai kehidupan kerja mereka, sistem jenjang karir klinik memungkinkan
adanya penghargaan dalam bentuk kenaikan jenjang karir dan peningkatan
penghasilan sebagai dampak dari terpenuhinya kompetensi yang diharapkan,
program karir yang berkelanjutan dan menantang bagi pegawai mencakup
dukungan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan sertifikasi serta
keterampilan spesialis dan pemindahan kerja, kemudian promosi berkaitan erat
dengan status, perubahan gelar, kewenangan yang lebih banyak dan tanggung
jawab yang lebih besar.
2 Survei yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK UI) di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Banyumas pada tahun 2009
diperoleh hasil bahwa sebanyak 58,33 % kepala ruangan mengatakan perlu
diberlakukannya sistem pengembangan karir bagi perawat di Rumah Sakit
tersebut, sedangkan 52 % perawat pelaksana mengatakan belum memahami
tentang sistem jenjang karir, sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat
permasalahan kurang optimalnya pelaksanaan pengembangan karir profesi
perawat di Rumah Sakit tersebut (Linggardani, 2009 dalam Suroso, 2011).
3 Survei ulang mengenai jenjang karir perawat yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) pada tahun 2010 di
Rumah Sakit yang sama mengatakan bahwa 88,6 % kepala ruang dan 94,3 %

11
ketua tim/ perawat pelaksana mengatakan perlu diberlakukannya jenjang karir
perawat klinis.

Outcome

Time

DAFTAR PUSTAKA

Sarah NurulitaFathanahSukma, Sudiro, EkaYunilaFatmasari. (2017).


Analisisperencanaan quality assurance ditinjaudariaspek input
pelayanankeperawatanrawatinappascaakreditasiparipurnaRumahSakitsw
asta X kota Semarang.

12

Anda mungkin juga menyukai