Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT


INAP RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH
THE RELATIONSHIP BETWEEN NURSES WORK PERFORMANCE ON THE IMPLEMENTATION
OF NURSING DOCUMENTATION IN PATIENTS ROOM AT RSUD UNDATA
IN THE PROVINCE OF CENTRAL SULAWESI

Ni Nyoman Septiani1, Sringati2, Yunita Pantayo3


1. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Widya Nusantara Palu
2. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Widya Nusantara Palu

Abstrak
Latar Belakang: Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah rendahnya
kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sehingga menurunkan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja perawat
terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik. Populasi adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD Provinsi Sulawesi Tengah berjumlah 45 responden, dan catatan asuhan keperawatan yang sesuai
criteria. Jumlah sampel sebesar 45 responden yang diambil dengan populasi sampling untuk perawat dan
quota sampling untuk catatan asuhan keperawatan. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisa univariat
dan bivariat.
Hasil penelitian: Menunjukkan bahwa dari 21 responden di ruangan Catelia perawat yang memiliki
pengkajian baik 71,4 %, diagnosa baik 71,4 %, intervensi baik 76,2 %, implementasi baik 71,4 %, dan
evaluasi 76,2 %. Hasil uji chi square pengkajian didapatkan nilai p = 0,002, diagnosa didapatkan nilai p =
0,031, intervensi didapatkan nilai p = 0,011, Implementasi didapatkan nilai p = 0,031, dan evaluasi
didapatkan nilai p = 0,011. Sedangkan dari 24 responden diruangan Teratai perawat yang memiliki
pengkajian baik 66,7%, diagnosa baik 62,5%, intervensi baik 58,3%, implementasi baik 58,3%, dan
evaluasi baik 58,3%. Hasil uji chi square pengkajian didapatkan nilai p = 0,032, diagnosa didapatkan nilai
p= 0,010, intervensi di dapatkan nilai p = 0,035, implementasi didapatkan nilai p = 0,035, dan evaluasi di
dapatkan nilai 0,003.
Kesimpulan: Adanya hubungan kinerja perawat terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. Saran bagi
rumah sakit RSUD Undata provinsi Sulawesi tengah untuk lebih meningkatkan kinerja perawat melalui
pelatihan untuk meningkatan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan yang lengkap, teratur dan sistematis.
Kata kunci: Kinerja , Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Abstract
Background: Problems that often arise in the implementation of nursing care is the poor performance of
nurses in nursing care documentation could reduce the quality of nursing care documentation. This study
aims to determine the relationship of the performance of nurses to nursing care documentation on the
performance of nurses in inpatient hospital Undata Central Sulawesi province.
Method of research: This type of research is analytic. The population was nurses in inpatient Hospital Central
Sulawesi province were 45 respondents, and records the appropriate nursing care criteria. The total sample of
45 respondents drawn by population sampling and quota sampling for nurses for nursing care records.
Results of the study were analyzed using univariate and bivariate analysis.
The results: Showed that out of 21 respondents in the room Catelia nurses who have a good assessment of
71.4%, 71.4% better diagnosis, intervention either 76.2%, 71.4% good implementation, and evaluation of
76.2%. Results of the assessment chi square test p value = 0.002, diagnostics p value = 0.031, intervention p
value = 0.011, Implementation p value = 0.031, and evaluation p value = 0.011. Meanwhile, of the 24
respondents diruangan Lotus nurses who have a good assessment of 66.7%, 62.5% better diagnosis,
intervention either 58.3%, 58.3% good implementation, and evaluation of both 58.3%. Results of the
assessment chi square test p value = 0.032, diagnostics p value = 0.010, intervention in getting the value of
p = 0.035, implementation p value = 0.035, and evaluation in get 0,003 value.
The conclusion: Of this study is the correlation performance of nurses to nursing care documentation.
Suggestions for hospitals Hospital Undata central Sulawesi province to further improve the performance of
nurses through training to improve the quality of nursing care documentation that is complete, orderly and
systematic. For further research so that this research can be a reference to perform a study with other
variables.
Keywords: Performance, Documentation of Nursing Care

PENDAHULUAN baik tanpa adanya kesulitan. Pelaksanaan standar


Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari diagnosa di ruang MPKP (81,67) lebih tinggi
pelayanan kesehatan rumah sakit yang akan dibandingkan ruang persiapan MPKP (48,63) dan
mendukung proses penyembuhan dan pemulihan non- MPKP (46,67), secara statistik diperoleh nilai
kesehatan pasien yang dirawat, serta mutu p=0,001 (p<0,05), berarti ada perbedaan yang
pelayanan keperawatan akan mencerminkan mutu bermakna. Kinerja dalam dokumentasi
perencanaan tampak ruang MPKP (90.00) lebih
pelayanan pada pasien. Tuntutan masyarakat
tinggi dibandingkan ruang persiapan MPKP
dalam pelayanan kesehatan beraneka ragam, dan (74,00) dan non-MPKP 65,00), secara statistik
untuk menjawab hal tersebut penting adanya didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05), berarti ada
pelayanan keperawatan terintegrasi1. perbedaan yang bermakna, oleh karena itu
Mutu pelayanan kesehatan di Indonesia secara perencanaan keperawatan yang lengkap akan
umum masih relatif belum profesional. Hal ini menentukan intervensi keperawatan yang akan
terlihat dengan adanya kemampuan profesional dilaksanakan model MPKP menjamin kontinuitas
yang terbatas, pengaturan tugas kurang efektif, dan perawatan pasien. Pelaksanaan tindakan antara
fasilitas maupun alat yang kurang memadai. Disisi ruang MPKP, persiapan MPKP dan non-MPKP
lain, era globalisasi dengan berbagai tidak memiliki perbedaan yang signifikan,
konsekuensinya seperti tuntutan pelayanan dikarenakan karakteristik dari pasien.
rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut Pelaksanaan evaluasi di ruangan MPKP (100,00)
petugas kesehatan untuk bertindak profesional2. lebih baik dibandingkan dengan persiapan MPKP
Model Praktik Keperawatn Profesional (90,00) dan non-MPKP (92,50)3.
merupakan cara untuk meningkatkan mutu Rumah sakit Undata merupakan salah satu
pelayanan asuhan keperawatan. Model Praktik rumah sakit yang telah menerapkan Model Praktik
Keperawatan Profesional merupakan suatu sistem Keperawatan Profesional (MPKP). Ruangan
yang memungkinkan perawat profesional Catelia dan Teratai merupakan ruangan yang telah
mengatur pemberian asuhan keperawatan, menerapkan Model Praktik Keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang Profesional (MPKP) dengan Model Asuhan
1
pemberian asuhan keperawatan . Keperawatan Tim Primer.
Di Indonesia MPKP pertama kali di terapkan Terdapat beberapa perbedaan pelaksanaan
di RSUPN Dr.Ciptomangunkusuma dengan pendokumentasian asuhan keperawatan diruangan
sistem pemberian asuhan keperawatan model Catelia dan Teratai. Pendokumentasian pengkajian
Tim-Primer dan di Yogyakarta di RSUP di ruangan Catelia sebagian besar sudah
Dr.Sardjito sistem asuhan keperawatan diterapkan lengkap dan sesuai dengan format. Penyusunan
di ruang rawat inap sebagai percontohan3. diagnosa keperawatan sudah berdasarkan PES
Terdapat perbedaan pelaksanaan namun diagnosa yang disusun belum semuanya
pendokumentasian asuhan keperawatan antara berdasarkan keluhan/masalah yang dirasakan
ruang MPKP, persiapan MPKP dan Non-MPKP pasien. Isi dari intervensi keperawatan yang
terhadap standar catatan asuhan keperawatan, yang disusun belum semuanya mengandung 4
secara statistik didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05). komponen yaitu tindakan mandiri, observasi, HE
Terdapat perbedaan pengkajian antara ruangan dan kolaborasi. Implementasi keperawatan yang
MPKP, persiapan MPKP dan Non MPKP yang dilaksanakan belum semuanya mengacu pada
secara statistik didapatkan nilai p=0,047 (p<0,05), intervensi yang telah dibuat dan tidak semua
yang berarti adanya perbedaan yang sangat tindakan di revisi berdasarkan hasil evaluasi
bermakna dengan adanya penerapan MPKP, tindakan yang sudah dilakukan. Tahap evaluasi
sehingga standar pengkajian dilaksanakan dengan belum semuanya mengacu pada tujuan, dimana
pada tahap evaluasi itu dilakukan evaluasi pada
setiap tindakan yang dilakukan sehingga di METODE PENELITIAN
dapatkan hasil apakah terjadi perubahan setelah Jenis penelitian ini analitik dengan rancangan
dilakukan tindakan atau tidak. Cross Sectional. yaitu mempelajari dinamika
Diruangan Teratai juga terdapat beberapa korelasi antara faktor-faktor beresiko dengan
masalah dimana pelaksanaan pengkajian yang efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
dilakukan juga masih ada yang kurang lengkap, pengumpulan data sekaligus pada suatu saat4.
data bio-psiko-spiritual belum dikaji dengan Tempat penelitian ini berlangsung di ruang
lengkap. Perumusan diagnosa keperawatan belum rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Undata
semuanya mencerminkan PE/PES dan diagnosa Provinsi Sulawesi Tenggah yaitu ruangan Catelia
yang disusun belum semuanya berdasarkan dan Teratai.Penelitian ini dilakukan pada bulan
keluhan pasien. Penyusunan intervensi yang Mei 2016. Populasi dalam penelitian ini 45 orang
dilaksanakan diruangan teratai sudah berdasarkan responden, pengambilan sampel untuk rekam
diagnosa keperawatan dan berdasarkan prioritas, medik pasien digunakan teknik quota sampling.
isi dari intervensi belum mengandung 4 komponen Jenis data dalam penelitian ini adalah data
(observasi, tindakan mandiri, HE dan kolaborasi). primer dan data sekunder. Cara pengumpulan data
Implementasi keperawatan yang dilakukan belum menggunakan kuesioner untuk mengetahui
semua mengacu pada intervensi yang telah dibuat, hubungan kinerja perawat terhadap pelaksanaan
tindakan keperawatan tidak direvisi kembali jika pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
tindakan tersebut tidak berhasil dilakukan. rawat inap RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Evaluasi tindakan keperawatan belum sepenuhnya Tengah.
mengacu pada tujuan dan hasil evaluasi tidak Pengelolahan dan analisa data yang dilakukan
dicatat secara terperinci. dalam penelitian ini adalah editing, coding,
Untuk itu perawat tertarik untuk melakukan tabulating,entry data dan cleaning. Dilanjutkan
penelitian hubungan kinerja perawat terhadap dengan analisis univariat dan bivariat. Uji statistika
pelaksanaan pendokumentasian asuhan yang digunakan adalah uji Chi-square untuk
keperawatan di ruang Catelia dan Teratai yang mengetahui hubungan antara kedua variabel.
merupakan ruangan percontohan MPKP

HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin,dan Lama
Kerja di Ruang Rawat Inap RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015
CATELIA TERATAI
NO KARAKTERISTIK RESPONDEN
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 UMUR :
20-30 Tahun 12 57,1 % 11 45,8 %
31-40 Tahun 8 38, 1% 12 50 %
>41 Tahun 1 4,8 % 1 4,2 %
2 PENDIDIKAN :
D3 Keperawatan 20 95,2 % 19 79,2 %
S1 Keperawatan 1 4,8 % 3 12,5 %
Ners 0 0% 2 8,3 %
3 JENIS KELAMIN:
Laki-laki 0 0% 7 29,2 %
Perempuan 21 100 % 17 70,8 %
4 LAMA KERJA:
1-5 tahun 7 33,3 % 11 45,8 %
6-10 tahun 10 47,6 % 4 16,7 %
11-15 tahun 4 19,1 % 8 33,3 %
>16 tahun 0 0% 1 4,2 %
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan sebanyak 12 orang responden (50%), dengan
bahwa dari 45 responden dalam penelitian ini, pendidikan terakhir D3 Keperawatan sebanyak 20
sebagian besar responden berumur 20-30 tahun di orang responden di ruangan catelia (95,2%) dan 19
ruangan catelia sebanyak 12 orang responden (57,1 orang responden di ruangan teratai (79,2%). Jenis
%) dan berumur 31-40 tahun di ruangan teratai kelamin terbanyak adalah perempuan, sebanyak 21
orang responden di ruang catelia (100%) dan tahun diruang catelia sebanyak 10 orang responden
sebanyak 17 orang di ruangan teratai (70,8%), (47,6 %), dan 1-5 tahun diruangan teratai sebanyak
lama kerja perawat terbanyak dikategori 6-10 11 orang responden (45,8%).

2. Analisis univariat
a. Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015.
Ruangan Catelia Ruangan Teratai
Pendokumentasian Asuhan
Baik Kurang baik Baik Kurang baik
Keperawatan
F % F % F % F %
Pengkajian 15 71,4 6 28,6 16 66,7 8 33,3
Diagnosa 15 71,4 6 28,6 15 62,5 9 37,5
Intervensi 16 76,2 5 23,8 14 58,3 10 41,7
Implementasi 15 71,4 6 28,6 14 58,3 10 41,7
Evaluasi 16 76,2 5 23,8 14 58,3 10 41,7
Berdasarkan tabel 1.2, dari 21 catatan asuhan kurang baik sebanyak 6 (28,6%).
keperawatan di ruang Catelia yang menunjukkan Sedangkan dari 24 catatan asuhan keperawatan
pengkajian baik sebanyak 15 (71,4%) dan kurang di ruangan Teratai pelaksanaan pengkajian baik
baik sebanyak 6 (28,6%), diagnosa keperawatan sebanyak 16 (66,7%) dan kurang baik sebanyak 8
baik sebanyak 15 (71,4%) dan kurang baik (33,3%), pelaksanaan diagnosa baik sebanyak 15
sebanyak 6 (28,6%), pelaksanaan intervensi baik (62,5%) dan kurang baik sebanyak 9 (37,5%),
sebanyak 16 (76,2%) dan kurang baik sebanyak 5 pelaksanaan intervensi baik sebanyak 14 (58,3%)
(28,6%), pelaksanaan implementasi baik sebanyak dan pelaksanaan intervensi kurang sebanyak 10
15 (71,4%) dan kurang baik sebanyak 6 (28,6%), (41,7%), implementasi baik sebanyak 14
pelaksanaan evaluasi baik sebanyak 16 (76,2%) (58,3%) dan kurang baik sebanyak 10
dan kurang baik 5 (32,8%), pencatatan asuhan (41,7%), serta pelaksanaan evaluasi baik
keperawatan baik sebanyak 15 (71,4%) dan sebanyak 14 (58,3%) dan kurang baik 7 (41,7).

b. Kinerja perawat menurut persepsi perawat


Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan menurut persepsi perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2015.
Ruangan
Kinerja perawat Catelia Teratai
F % F %
Kurang baik 6 28,6 10 41,7
Baik 15 71,4 14 58,3
Berdasarkan tabel 1.3, dari 21 responden di
ruangan Catelia yang memiliki kinerja baik
sebanyak 15 responden (71,4%) dan kinerja
kurang baik sebanyak 6 responden (28,6%).
Sedangkan dari 24 responden di ruangan Teratai
yang memiliki kinerja baik sebanyak 14
responden (58,3%) dan kinerja kurang baik
sebanyak 10 responden (41,7).
3. Analisi Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan kinerja perawat
terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
a. Hubungan kinerja perawat dengan pendokumentasian pengkajian
Tabel 1.4 Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Pendokumentasian Pengkajian Diruang Rawat Inap RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Pengkajian
Kinerja perawat Biaik Kurang baik
P value OR 95% CI
F % F %
Ruangan Catelia
Baik 14 93,3 1 6,7 0,002 70,000
Kurang baik 1 16,7 5 83,3
Ruangan Teratai
Baik 12 85,7 2 14,3 0,032 9,000
Kurang baik 4 40 6 60
Berdasarkan hasil uji chi square nilai p : < 0,05). Berarti secara statistik ada hubungan
0,002 (p value < 0,05). Berarti secara statistik bermakna antara hubungan pelaksanaan sistem
ada hubungan bermakna antara hubungan kinerja pemberian asuhan keperawatan dengan kinerja
perawat terhadap pendokumentasian pengkajian perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
di ruang rawat inap RSUD Undata Provinsi Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai
Sulawesi Tengah dengan nilai Odds Ratio (OR) = Odds Ratio (OR) = 9,000 yang artinya kinerja
70,000 yang artinya kinerja yang baik memiliki yang baik mempunyai peluang 9 kali
peluang 70 kali melaksanakan pengkajian dengan melaksanakan pengkajian dengan baik di ruang
baik diruangan Catelia, sedangkan berdasarkan Teratai.
hasil uji chi square nilai p : 0,032 (p value
b. Hubungan kinerja perawat dengan diagnosa keperawatan
Tabel 1.5 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Pendokumentasian Diangnosa Keperawatan Diruang Rawat
Inap RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Diangnosa Keperawatan
Kinerja perawat Biaik Kurang baik
P value OR 95% CI
F % F %
Ruangan Catelia
Baik 13 86,7 2 13,3 0,031 13,000
Kurang baik 2 33,3 4 66,7
Ruangan Teratai
Baik 12 85,7 2 14,3 0,010 14,000
Kurang baik 3 30 7 70
Berdasarkan hasil uji chi square nilai p : nilai p : 0,010 (p value < 0,05). Berarti secara
0,031 (p value < 0,05). Berarti secara statistik statistik ada hubungan bermakna antara hubungan
ada hubungan bermakna antara hubungan penyusunan diagnosa dengan kinerja perawat
pelaksanaan pengkajian dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Undata
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai Odds
Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai Odds Ratio (OR) = 14,000 yang artinya kinerja
Ratio (OR) = 13,000 yang artinya kinerja yang yang baik akan memberikan peluang 14
baik memiliki peluang 13 kali menghasilkan kali menghasilkan rumusan diagnosa yang baik di
rumusan diagnosa yang baik di ruangan Catelia. ruangan Teratai.
Sedangkan, berdasarkan hasil uji chi square
c. Hubungan kinerja perawat dengan pendokumentasian intervensi
Tabel 1.6 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Pendokumentasian Intervensi Di Ruang Rawat Inap RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Intervensi
Kinerja perawat Biaik Kurang baik
P value OR 95% CI
F % F %
Ruangan Catelia
Baik 13 86,7 2 13,3 0,031 13,000
Kurang baik 2 33,3 4 66,7
Ruangan Teratai
Baik 12 85,7 2 14,3 0,010 14,000
Kurang baik 3 30 7 70
Berdasarkan hasil uji chi square nilai p : Catelia. Sedangkan, berdasarkan hasil uji chi
0,011 (p value < 0,05). Berarti secara statistik square nilai p : 0,035 (p value < 0,05).
ada hubungan bermakna antara hubungan Berarti secara statistik ada hubungan bermakna
pelaksanaan intervensi dengan kinerja perawat antara hubungan pelaksanaan intervensi dengan
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Undata kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai Odds RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan
Ratio (OR) = 28,000 yang artinya kinerja yang nilai Odds Ratio (OR) = 8,556 yang artinya
baik memberikan peluang 28 kali untuk kinerja yang baik akan memberikan peluang 8
menghasilkan intervensi yang baik di ruangan kali menghasilkan intervensi yang baik.
d. Hubungan kinerja perawat dengan pendokumentasian implementasi
Tabel 1.7 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Pendokumentasian Implementasi Di Ruang Rawat Inap RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Implementasi
Kinerja perawat Biaik Kurang baik
P value OR 95% CI
F % F %
Ruangan Catelia
Baik 13 86,7 2 13,3 0,031 13,000
Kurang baik 2 33,3 4 66,7
Ruangan Teratai
Baik 11 78,6 3 21,4 0,035 8,556
Kurang baik 3 30 7 70
Berdasarkan hasil uji chi square nilai p = = 0,035 (p value = 0,05), artinya secara
0,031` (P value = 0,005) yang artinya secara statistik menunjukkan ada hubungan
statistik ada hubungan kinerja perawat dengan kinerja perawat dengan pelaksanaan
pelaksanaan implementasi di ruang rawat inap implementasi di ruang rawat inap RSUD
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai
nilai Odds ratio (OR) = 13,000 artinya kinerja Odds Ratio (OR) = 8,556, yang artinya kinerja
yang baik memiliki peluang 13 kali menghasilkan yang baik memiliki peluang 8 kali menghasilkan
implementasi yang baik di ruangan Catelia. implementasi yang baik diruangan Teratai.
Sedangkan, Hasil uji chi square di dapatkan p
e. Hubungan Kinerja Perawat Dengan Pendokumentasian Evaluasi
Tabel 1.8 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Pendokumentasian Evaluasi Di Ruang Rawat Inap RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Evaluasi
Kinerja perawat Biaik Kurang baik
P value OR 95% CI
F % F %
Ruangan Catelia
Baik 14 93,3 1 6,7 0,011 28,000
Kurang baik 2 33,3 4 66,7
Ruangan Teratai
Baik 12 85,7 2 14,3 0,003 24,000
Kurang baik 2 20 8 80
Berdasarkan hasil uji chi square di peroleh p baik di ruangan Catelia. Sedangkan, Hasil uji chi
= 0,011 (p value = 0,05) yang artinya ada square didapatkan hasil p = 0,003 (p value =
hubungan antara pelaksanaan evaluasi dengan 0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap antara kinerja perawat terhadap pelaksanaan
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah evaluasi di ruang rawat inap RSUD Undata
dengan nilai Odds Ratio (OR) = 28,000, yang Provinsi Sulawesi Tengah dengan Odds Ratio
berarti bahwa kinerja yang baik akan memberikan (OR) = 24,000, artinya kinerja yang baik
peluang 28 kali untuk menghasilkan evaluasi yang memberikan peluang 24 kali untuk menghasilkan
evaluasi yang baik diruangan Teratai. Hasil penelitian di dukung oleh pendapat
Ali (2011), kinerja perawat merupakan ukuran
PEMBAHASAN keberhasilan dalam mencapai tujuan pelayanan
Praktik keperawatan dalam hal ini meliputi proses keperawatan7. Di dukung pula oleh pendapat
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Nurachmah (2010), salah satu wujud kinerja yang
yang mengacu pada proses asuhan keperawatan itu berkualitas ialah pelaksanaan pendokumentasian
sendiri yang meliputi pengkajian, diagnosa asuhan secara baik dan terus menerus8.
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Steffy
evaluasi. Dalam hal ini pelaksanaan tindakan (2013), pendokumentasian asuhan keperawatan
maupun pendokumentasiannya perawat dituntut yang lengkap akan menunjukkan bahwa kinerja
untuk profesional karena merupakan cerminan dari perawat adalah baik, karena
bagi kinerja perawat5. pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan
1. Hubungan Kinerja Perawat Dengan standar dari kinerja perawat9. Namun, penelitian
Pengkajian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
Hasil penelitian diperoleh, persentase menyatakan dari 53 perawat terdapat 25 perawat
pelaksanaan proses pengkajian di ruangan Catelia yang memiliki kinerja kurang baik disebabkan
memiliki persentase 71,4% dan ruangan teratai karena perawat tidak membuat catatan atau
dengan persentase 66,7%. Kinerja perawat di dokumentasi perawatan, salah satunya adalah
ruangan Catelia maupun Teratai di tinjau dari perawat tidak melakukan pengkajian10.
pelaksanaan proses pengkajian termasuk dalam Hasil penelitian ini juga di dapatkan ada
kategori baik. Hasil tabulasi silang di ruangan beberapa responden yang memiliki kinerja kurang
Catelia didapatkan responden dengan kinerja baik baik namun melakukan pengkajian dengan baik
dan membuat pengkajian dengan baik sebanyak yaitu sebesar 16,7% dan responden yang memiliki
93,3% sedangkan di ruangan Teratai responden kinerja baik namun tidak melakukan
yang memiliki kinerja baik dan membuat pendokumentasian pengkajian dengan baik yaitu
pengkajian dengan baik sebesar 85,7%. Asumsi sebesar 6,7%. Asumsi peneliti dalam hal ini
peneliti, perawat yang memiliki kinerja baik akan adalah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
memiliki peluang yang lebih besar untuk membuat responden sehingga walaupun responden memiliki
pengkajian dengan baik dan lengkap dibandingkan kinerja yang kurang baik namun responden dapat
dengan perawat yang memiliki kinerja kurang melengkapi format pengkajian.
baik. Secara teori faktor yang mempengaruhi kinerja
Penelitian ini dukung oleh pendapat Dedy adalah kemampuan yang meliputi kemampuan
(2010), pendokumentasian asuhan keperawatan potensi dan kemampuan realita (pendidikan),
merupakan tugas melekat yang harus di motivasi yang meliputi sikap dalam menghadapi
laksanakan oleh tenaga perawat, akan tetapi situasi dan sikap mental yang mendorong
banyak perawat masih belum melaksanakan seseorang untuk mencapai potensi kerja
pendokumentasian asuhan dengan lengkap dan secara maksimal, dukungan yang diterima meliputi
akurat. Aspek-aspek yang harus diperhatikan bekerja secara kolaboratif dengan personel
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan rumah sakit dan pemberi perawatan kesehatan
adalah harus dilakukan segera setelah pengkajian lainnya dalam perawatan perencanaan serta
pertama dilakukan demikian juga pada setiap mendukung dan menginterpretasi kebijakan dan
langkah kegiatan keperawatan, catat setiap respon prosedur klinik, dan keberadaan pekerjaan yang
pasien/keluarganya tentang informasi penting dilakukan (beban kerja) yang meliputi tugas
tentang keadaannya, pastikan setiap kebenaran perawat dalam menjalankan perannya sebagai
setiap data yang akan dicatat, data pasien harus pemberi asuhan keperawatan, hubungan
objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat dengan organisasi meliputi komunikasi
perawat6. secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung
Berdasarkan hasil uji chi square antara kinerja jawab merupakan dasar hubungan interpersonal
perawat terhadap pelaksanaan pendokumentasian yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
proses pengkajian di dapatkan nilai p value = lainnya serta perawat dengan organisasi. Hasil
0,002 (ruangan Catelia) dan p value = 0,032 penelitian Walin (2012), faktor-faktor yang
(ruangan Teratai) yang artinya ada hubungan mempengaruhi kinerja perawat antara lain
yang signifikan antara kinerja perawat terhadap karakteritik individu, pendidikan, pengetahuan,
pelaksanaan pengkajian asuhan keperawatan. motivasi, kepemimpinan kepala ruangan,
supervisi, sistem kompensasi perawat, pendokumentasian diagnosa keperawatan.
kepuasan kerja, kejenuhan kerja, penghargaan, Rumusan diagnosa yang baik lebih banyak pada
dan insentif11. perawat yang memiliki kinerja baik. Asumsi
Dari beberapa teori tersebut, walaupun peneliti, seorang perawat yang memiliki kinerja
responden memiliki kinerja kurang baik namun baik akan melakukan pendokumentaisan diagnosa
memiliki pengetahuan yang baik, mengikuti keperawatan dengan baik dan lengkap
pelatihan-pelatihan, menerima insentif yang dibandingkan dengan perawat yang memiliki
cukup dan mendapatkan penghargaan akan kinerja kurang baik.
meningkatkan motivasi responden untuk Hasil penelitian sejalan dengan penelitian
melengkapi pendokumentasian. Dan responden Natsir (2012), perawat dengan kinerja baik
dengan kinerja baik namun tidak melengkapi melakukan penyusunan diagnosa sesuai dengan
pendokumentasian dapat disebabkan karena standar yang baku serta perawat memiliki
kejenuhan dalam pekerjaan dan rutinitas yang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan
terus menerus dilakukan. Didukung oleh pelayanan kesehatan secara maksimal kepada
penelitian Maharani (2012), kejenuhan kerja pasien dan keluarganya15.
disebabkan karena jenis pekerjaan yang dilakukan Pelaksanaan pendokumentasian asuhan
setiap harinya tidak bervariasi. Responden dengan keperawatan bisa lebih baik bila di dukung oleh
jenjang pedidikan S1 keperawatan yang seluruh komponen dalam organisasi, diantaranya
mengalami kejenuhan kerja, dapat sikarenakan adalah dukungan dari pimpinan yang meliputi
hubungan unterpersonal yang kurang adekuat, pelatihan, prestasi, perencanaan karier, dan
serta jenis pekerjaan yang dirasakan terlalu penghargaan atau inovasi. Faktor-faktor tersebut
monoton12. dapat meningkatkan kinerja perawat sehingga
2. Hubungan Kinerja Perawat Dengan berdampak pula pada pendokumentasian asuhan
Diagnosa Keperawatan keperawatan yang berkualitas16.
Persentase penyusunan diagnosa keperawatan Hasil penelitian terdapat juga responden
di ruangan Catelia sebesar 71,4% dan ruangan dengan kinerja baik namun tidak melengkapi
Teratai dengan persentase 62,5%, artinya pendokumentasian diagnosa dengan lengkap, dan
dokumentasi diagnosa keperawatan di ruangan responden dengan kinerja kurang baik namun
Catelia maupun Teratai dalam kategori baik. dapat melengkapi pendokumentasian diagnosa
Teori yang dikemukakan oleh Nursalam dengan baik.
(2011), semua diagnosa keperawatan harus di Menurut Gibson (2010), ada tiga faktor yang
dukung oleh data. Setelah perawat berpengaruh terhadap kinerja yaitu faktor
mengelompokkan, mengidentifikasi, dan individu, faktor psikologis dan faktor
memvalidasi data-data yang bermakna maka tugas organisasi. Secara teori, kinerja memiliki
perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu hubungan terhadap kepausan dan motivasi dalam
diagnosa keperawatan13. Begitu pula menurut bekerja, apabila kepuasan dan motivasi dalam
Capernito yang dikutip dalam Nursalam (2011) bekerja tinggi maka pada akhirnya akan
diagnosa keperawatan bersifat aktual jika mampu menyebabkan kinerja menjadi baik. Responden
menjelaskan masalah nyata yang terjadi saat ini dengan kinerja kurang baik namun melengkapi
sesuai data klinik yang ditemukan13. Di dukung diagnosa keperawatan karena responden
pula oleh pendapat Potter dan Perry (2010), memiliki kemampuan, keterampilan,
kemampuan perawat dalam melakukan teknik pengalaman kerja, dan kepemimpinan kepala
pengumpulan data sangat penting utnuk dapat ruangan yang baik yang selalu melakukan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang evaluasi pada kelengkapan dokumentasi asuhan
kondisi klien, karena tidak akan mungkin keperawatan sebelum diserahkan ke bagian rekam
menentukan diagnosa keperawatan tanpa medik17.
melakukan pengkajian secara lengkap14. Hasil penelitian didapatkan juga ada beberapa
Persentase kinerja yang baik dalam penyusunan responden dengan kinerja baik namun tidak
diagnosa ruangan Catelia (86,7%) dan ruangan melengkapi pendokumentasian diagnosa dapat
Teratai (85,7%). Hasil penelitian menunjukkan dipengaruhi oleh kekurangan kontrol, ekspektasi
bahwa sebagian besar responden telah memiliki kerja yang tidak jelas, dinamika ruang kerja yang
kinerja baik di tinjau dari penyusunan diagnosa disfungsional, ketidaksesuaian dalam nilai,
keperawatan. Hasil uji statistik didapatkan bahwa pekerjaan yang tidak disukai, dan aktivitas
ada hubungan antara kinerja perawat dengan ekstrem. Didukung oleh penelitian Maharani
(2012), tidak lengkapnya pendokumentasian yang pendapat Furguson (2011), kinerja pelayanan
dilakukan oleh perawat akibat kejenuhan kerja keperawatan yang baik dapat meningkat karena
yang dirasakan oleh perawat, hal ini terjadi adanya motivasi perawat yang tinggi sehingga
karena aktivitas ekstrem dimana pekerjaan ketelitian dan keamanan kerja menjadi lebih baik
dirasakan terlalu monoton dan berlebihan, yang berdampak pada tingginya kualitas
sehingga perawat membutuhkan energi yang lebih pendokumentasian asuhan keperawatan.
besar agar tetap fokus12. Hasil penelitian juga diperoleh ada
3. Hubungan Kinerja Perawat Dengan responden yang memiliki kinerja baik namun
Intervensi Keperawatan tidak dapat melengkapi pendukumentasian
Hasil penelitian di dapatkan persentase intervensi. Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi
penyusunan intervensi di ruangan Catelia karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
(76,2%)dan di ruangan Teratai (58,3%). Secara perawat dalam melengkapi pendokumentasian
keseluruhan penyusunan intervensi dalam kategori asuhan keperawatan. Dalam teori Mangkunegoro
baik yang artinya penyusunan diagnosa dari (2010), kelengkapan pendokumentasian asuhan
ruangan catelia dan teratai sudah cukup keperawatan dipengaruhi oleh faktor kemampuan,
lengkap. keterampialan, pengalaman kerja, tingkat sosial,
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Ali motivasi dan kepuasan kerja, struktur organisasi,
(2002), perencanaan keperawatan meliputi kepemimpinan dan sistem penghargaan.
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian Sedangkan beberapa responden yang memiliki
rangkaian asuhan keperawatan pada pasien kinerja kurang baik namun dapat melengkapi
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah pendokumentasian dengan baik dapat dipengaruhi
kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi7. karena adanya insentif yang cukup, keterampilan
Di dukung pula oleh pendapat Capernito (2010), dan kreativitas perawat serta kepemimpinan
perawat menyusun perencanaan berupa strategi kepala ruangan yang baik sehingga
intervensi keperawatan berdasarkan urutan dokumnetasi intervensi yang ada di ruangan
prioritas. Inti keperawatan mengacu pada tujuan menjadi lengkap.
perawatan dan mengutamakan kerja sama tim 4. Hubungan Kinerja Perawat Dengan
kesehatan dan memproses, menyusun strategi Implementasi
keperawatan atau intra yang dibutuhkan untuk Hasil penelitian Implementasi keperawatan
mencegah, menurunkan atau mengurnagin lebih tinggi di ruangan Catelia (71,4%)
masalah-masalah klien yang teridentifikasi sebagai dibandingkan ruangan Teratai (58,3%). Secara
hasil analisis18. keseluruhan implementasinya dalam kategori baik,
Secara statistik ada hubungan antara pembuatan artinya perawat pelaksana sudah melakukan
intervensi dengan kinerja perawat. Intervensi yang implementasi sesuai dengan standar dan pedoman
baik lebih banyak pada perawat yang memiliki yang baku.
kinerja baik. Artinya, seorang perawat yang Menurut teori Merelli (2010), implementasi
memiliki kinerja yang baik akan merupakan tahap ke empat dalam proses
20
mendokumentasikan intervensi dengan baik keperawatan setelah perencanaan . Tahap
di bandingkan dengan perawat yang memiliki implementasi seorang perawat melaksanakan
kinerja kurang baik. tindakan yang telah direncanakan pada masalah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian keperawatan. Implementasi harus dilakukan oleh
Indrajati (2011), penyusunan intervensi yang baik perawat yang professional serta mempuanyai
dan lengkap sehingga hasil pendokumentasian kemampuan dalam melakukan tindakan tersebut.
proses asuhan keperawatan akan Secara statistik didapatkan ada hubungan
menunjukkan kategori baik dimana akan yang bermakna antara kinerja perawat dengan
menunjukkan kinerja perawat yang baik19. pendokumentasian implementasi. Kinerja perawat
Didukung oleh pendapat maharani (2012), yang baik lebih banyak melaksanakan
penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dokumentasi implementasi dengan baik. Artinya,
dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol seorang perawat dengan kinerja baik akan
sumber daya manusia dan produktivitas12. Proses mampu melaksanakan dokumentasi yang baik
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dibandingkan perawat dengan kinerja kurang
dalam mengarahkan perilaku pegawai, dalam baik.
rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam Penelitian ini didukung oleh pendapat
kualitas dan volume yang tinggi. Didukung oleh Sumarsih (2011), pelaksanaan pada asuhan
keperawatan yang sesuai standar asuhan evaluasi yang sesuai standar asuhan keperawatan
keperawatan akan menunjukkan bahwa kinerja yang baku dalam pendokumentasian. Tugas selama
perawat juga baik21. Di dukung pula oleh Depkes tahap evaluasi termasuk pendokumentasian
(2010), proses dalam implementasi meliputi pernyataan evaluasi dan revisi rencana asuhan
pengkajian ulang, menentukan kebutuhan untuk keperawatan dan intervensi.
bantuan, dan melaksanakan strategi keperawatan. Penelitian ini sejalan dengan pendapat
Jika proses implementasi tersebut dilakukan Nursalam (2012), pernyataan evaluasi memberikan
secara sistematis maka proses asuhan informasi yang penting tentang pengaruh
keperawatan akan semakin baik yang artinya intervensi yang direncanakan pada status kesehatan
akan menunjukkann bahwa kinerja perawat akan klien13.
semakin baik dalam memberikan asuhan Secara statistik menunjukkan bahwa ada
keperawatan22. hubungan antara proses kinerja perawat terhadap
Hasil penelitian diperoleh juga responden proses evaluasi asuhan keperawatan. Kinerja
dengan kinerja baik namun tidak dapat perawat yang baik lebih banyak membuat
melakukan pendokumentasian implementasi dokumentasi evaluasi yang baik dibandingakan
dengan lengkap. Didukung oleh penelitian perawat dengan kinerja kurang baik Artinya,
Setiamasa (2012), ada beberapa faktor yang dapat seorang perawat dengan kinerja yang baik akan
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam membuat dokumentasi evaluasi dengan baik.
melengkapi pendokumentasian yaitu kurangnya Didukung oleh pendapat Nursalam (2011),
pengetahuan tentang dasar hukum, adanya pelayanan kesehatan berpengaruh pada sistem
kesenjangan pemberian insentif, tidak adanya pendokumentasian keperawatan yang tercatat
reward and punishment yang jelas serta peran dalam rekam medis yang dilakukan oleh perawat
kepala ruangan yang belum optimal serta format dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari13.
pengkajian yang belum lengkap23 Didukung Didukung pula oleh pendapat Brunt (2010),
pula oleh pendapat Hariyati (2012), kurangnya pelaksanaan dokumantasi evaluasi keperawatan
pendokumentasian keperawatan disebabkan karena yang baik dan efisien adalah sebagai alat
banyak yang tidak tahu data apa saja yang harus komunikasi antara profesi kesehatan dalam
dimasukkan dan bagaimana cara dokumentasi pelayanan kesehatan secara professional.
yang benar, sehingga dokumentasi keperawatan Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan
tidak lengkap dan menjadi permasalahan yang memudahkan disiplin ilmu lain untuk
ada di rumah sakit sehingga mempengaruhi mutu menggunakan informasi didalamnya. Hasil
dan kualitas pelayanan. Hasil penelitian penelitian ini sejalan dengan penelitian Martini
didapatkan pula ada beberapa responden yang (2010), untuk meningkatkan kelengkapan
memiliki kinerja kurang baik namun dapat pendokumentasian asuhan keperawatan perlu
melengkapi pendokumentasian asuhan adanya peningkatan pelatihan tentang cara
keperawatan24. Menurut Widayatun (2012), yang pendokumentasian asuhan keperawtaan dan
mempengaruhi perawat dalam melaksanakan melakukan evaluasi terhadap pendokumentasian
dokumentasi dipengaruhi oleh faktor asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
pengakuan, tanggung jawab, pengembangan Hasil penelitian didapatkan pula responden
potensi, reward terhadap hasil kerja dan dengan kinerja baik namun tidak melakukan
pengetahuan responden yang baik tentang pendokumentasian dengan lengkap. Hal ini dapat
manfaat dari kelengkapan pendokumentasian dipengaruhi oleh motivasi perawat yang kurang
dari segi aspek medis dan aspek hukum dalam bekerja, adanya kesenjangan insentif yang
dalam pelayanan kesehatan25. diberikan, adanya kejenuhan dalam bekerja.
5. Hubungan Kinerja Perawat Dengan Didukung oleh penelitian Husin (2011), motivasi
Evaluasi kerja yang rendah, insentif yang kurang serta
Persentase proses evaluasi di ruangan Catelia kejenuhan kerja yang dialami oleh perawat akan
lebih tinggi (76,2%) dibandingkan di ruangan berpengaruh pada kinerja perawat sehingga
Teratai (70,8%), hal ini menunjukkan bahwa berdampak pada tidak lengkapnya dokumentasi
pelaksanaan evaluasi di ruangan catelia lebih baik asuhan keperawatan yang akan menurunkan
dari pada di ruangan teratai. Persentase kinerja kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
yang baik dalam pelaksanaan evaluasi lebih tinggi Hasil penelitian diperoleh responden dengan
di ruangan Catelia (94,1%) dari pada ruangan kinerja kurang baik namun dapat melakukan
Teratai (86,7%). Hal ini dapat terjadi karena pendokumentasian asuhan keperawatan dengan
sebagian perawat di Catelia sudah melakukan cara
baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pendokumentasian Pelaksanaan asuhan
Sayuti (2010), kelengkapan dokumentasi yang Keperawatan Di RSUD Kelet Japara, Jawa
dilakukan oleh perawat yang memiliki kinerja Tengah. Tesis
kurang baik karena adanya motivasi perawat yang 7. Ali, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan
tinggi, adanya pengawasan terhadap perilaku Profesional. Jakarta: Erlangga
perawat dalam pendokumentasian asuhan 8. Nurachmah. 2010. Dokumentasi keperawatan.
keperawatan, saling bersosialisasi dalam bekerja Jakarta Trans InfoMedia
sehingga dapat memecahkan suatu masalah pada 9. Steffy. 2013. Analisis Motivasi Perawat Dalam
klien dan adanya program untuk pengembangan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
potensi perawat. Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Cimahi
Tahun 2013. Tesis
KESIMPULAN 10. Latif. 2012. Hubungan motivasi dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan supervisi dengan kualitas dokumentasi proses
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: keperawatan di instalasi rawat inap RS Marinir
1. Pendokumentasi asuhan keperawatan yang Cilandak Jakarta Selatan. FIK UI (tesis)
baik banyak dilakukan oleh perawat Catelia 11. Walin. 2012. Pengaruh Pelatihan Asuhan
dibandingkan perawat Teratai keperawatan dan Supervisi terhadap Motivasi
2. Kinerja yang baik banyak ditemukan pada dan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang
perawat ruangan Catelia dibandingkan pada Rawat Inap RSUD Indramayu. FIK UI. Tesis.
perawat ruangan Teratai. 12. Maharani. 2012. Hubungan Faktor-faktor
3. Adanya hubungan kinerja perawat dengan Motivasi Kinerja Perawat dalam Melaksanakan
masing-masing tahap proses asuhan Asuhan Keperawatan di Ruang rawat Inap
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Undata Rumah sakit Umum H.A Sultan daeng
Provinsi Sulawesi Tengah Radja Kabupaten Bulukumba. Skripsi.
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
SARAN Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Saran bagi rumah sakit diharapkan dapat Hasanuddin.
terus meningkatkan kemampuan perawat dalam 13. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan cara Penerbit: Salemba Medika, Jakarta
selalu mendukung dan ikut dalam kegiatan- 14. Potter dan Perry. 2010. Buku ajar Fundamental
kegiatan rumah sakit terutama dalam pelaksanaan Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik.
proses asuhan keperawatan agar dapat Jakarta. EGC.
menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi 15. Natsir & Joeharno. (2012). Kinerja Perawat
Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit Dan Faktor Yang Mempengaruhi.
1. Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Skripsi/Thesis
Keperawatan Profesional. Trans Info media, 16. Dedy. 2010. Analisis Pengaruh Pengetahuan,
Jakarta Motivasi Dan Persepsi Perawat Tentang
2. Mahyar. 2010. Konsep Dasar Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Keperawatan.Trans Info Media, Jakarta Pendokumentasian Pelaksanaan asuhan
3. Rahmat Ibrahim. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Keperawatan Di RSUD Kelet Japara, Jawa
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Di Tengah. Tesis
Ruang Rawat Inap Terhadap Kinerja 17. Gibson. 2010. Analisis pengaruh faktor
Perawat, Jurnal Berita Kedokteran individu, psikologi dan organisasi terhadap
Masyarakat Vol. 28, No. 1 kinerja perawat pelaksana di rumah sakit jiwa
4. Notoatmodjo. 2010. Pendidikan Dan Perilaku daerah dr amino gondohutomo
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta semarang.Tesis. Universitas Diponogoro:
5. Dharma,K.K. 2011. Metodologi Penelitian Semarang
Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan 18. Capernito. 2010. Rencana Asuhan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV. Keperawatan Dan Dokumentasi Keperawatan :
Trans Info Media Diagnosa Keperawatan dan Masalah
6. Dedy. 2010. Analisis Pengaruh Pengetahuan, Kolaboratif. EGC : Jakarta
Motivasi Dan Persepsi Perawat Tentang 19. Indrajati. 2011. Hubungan antara motivasi
Supervisi Kepala Ruang Terhadap dengan Kinerja Tenaga Perawat di RSU
Tenriawaru Bone.
20. Merelli. 2010. Buku saku Dokumentasi Proses
Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga
21. Sumarsih. 2011. Manajemen Keperawatan
Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga
22. Depkes. 2010. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta
23. Setiamasa. 2012. Hubungan Antara
karakteritik Perawat Dengan Kinerja
Perawat Di Instalasi Rawat Jln. RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal Keperawatan No. 2
24. Hariyati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiKepatuhan Perawat Dalam
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
25. Widyatun. 2012. Hubungan Latar Belakang
Pendidikan Dengan Kinerja Perawat Di
Rumah Sakit Mata Dr. Yap Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai