Anda di halaman 1dari 21

NAMA : Endah Permata Putri

NIM : 2114201073

KELOMPOK :4

ArtikelJurnal 1 (Bahasa Indonesia)

Penulis/Author : Indah Indrajati 1, M.Basirun Al Ummah 2, Tri Sumarsih, 3

Tahun : 2011

Judul : PENDOKUMENTASIAN TENTANG PERENCANAAN DAN PELAKSANAN


ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG BAROKAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
NamaJurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan

Vol./No. : 07/03

HasilAnalisis:

Problem (P)

Fakta menunjukkan bahwa dari 10 dokumentasi asuhan keperawatan, dokumentasi pengkajian hanya
terisi 25%,dokumentasi diagnose keperawatan 50%, dokumentasi perencanaan hanya
37,5%,dokumentasi implementasi hanya 37,5% dan dokumentasi evaluasi hanya 25%. Sisanya tidak
ada dokumentasi sama sekali. Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan.
Tujuan standar keperawatan adalah :
1) meningkatkan kualitas asuhan keperawatan;
2) mengurangi biaya asuhan keperawatan;
3) melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasein dari tindakan
yang tidak terapeutik (Nursalam,2007).
Hasil wawancara dengan beberapa perawat,penerapan standar asuhan keperawatan di bangsal tersebut
menggunakan standar Nanda untuk diagnosa keperawatan,NOC(Nursing Outcome Classification)
dalam menentukan kriteria hasil atau tujuan belum diterapakan, dan penggunaan NIC (Nursing
Intervention Classifcation) dalam merencanakan tindakan
keperawatan belum optimal.Asuhan keperawatan di ruang Barokah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong belum pernah dilakukan, padahal pendokumentasian tentang perencanaan
dan pelaksanaan pada asuhan keperawatan sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan atau kesehatan.

Intervention:

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode kuantitatif, yaitu metode yang
tujuannya memberikan gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan
secara objektif dengan menunjukkan angka, tabel atau grafik, mulai dari pengumpulan
data sampai hasil (Arikunto,2006). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross-sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan
pada saat bersamaan atau sekali waktu(Arikunto, 2006).Dari Penelitian di rumah sakit PKU
muhammadiyah Gombong terdapat 15 orang perawat yang diteliti,dan juga pengumpulan data pada
perawat dilakukan secara observasi.Penelitian ini menggunakan uji univariet deskriptif.Dari penelitian
tersebut kurangnya pendokumentasian perawat dirumah sakit PKU muhammadiyah Gombong.

Compression(c)

a.Perencanaan Keperawatan di Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 15 perawat di Ruang Barokah pendokumentasian ini dinilai
sudah cukup memadai. Dari hasil penelitian menunjukkan di Ruang Barokah
dari 15 responden yang diteliti sebanyak 4 perawat menilai cukup (53,33%) berjumlah 8
responden, dan yang menilai kurang (46,67%) berjumlah 7 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki hasil pendokumentasian perencanaan keperawatan yang cukup baik

b. Pelaksanaan Keperawatan di Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

Dari hasil penelitian menunjukkan diRuang Barokah dari 15responden dirinci sebagai
berikut yang menilai cukup(60,00%), dan yang menilai kurang (40,00%). Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki hasil pendokumentasian perencanaan
keperawatan yang cukup baik.

Outcome(O)

Berdasarkan hasil penelitian Pendokumentasian tentang Perencanaan dan pelaksanaan


asuhan keperawatan di Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong
terhadap 15 responden antara lain :
1. Mayoritas responden memiliki hasil pendokumentasian yang cukup baik dan lengkap, sehingga
hasil pendokumentasian proses keperawatan di ruang Barokah Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombong dalam kategori cukup.
2. Perencanaan pada asuhan keperawatan diRuang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong dalam katagori cukup dari standar asuhan keperawatan.
3. Pelaksanaan pada asuhan keperawatan di Ruang Barokah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong dalam katagori cukup dari standar asuhan keperawatan
Artikel Jurnal 2

Penulis/Author : 1.Supratti
2.Ashriady

Tahun : 2016

Judul : PENDOKUMENTASIAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMUJU, INDONESIA
NamaJurnal : Jurnal Kesehatan Manarang

Vol./No. :02/01

HasilAnalisis:

Problem (P)

Perawat sebagai suatu profesi dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan
maka jawabannya adalah dengan adanya standar. Standar merupakan level kinerja yang diinginkan
dan yang dapat dicapai dimana kerja aktual dapat dibandingkan (Nursalam, 2011). Standar ini
mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan
dari pada anggotanya.
Pasien dan keluarga pasien masih ada yang mengeluhkan pelayanan di setiap perawatan RSUD
kabupaten Mamuju. Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik meneliti pendokumentasian
keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pendokumentasian keperawatan berdasarkan standar asuhan
keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju.

Intervention(I)

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan observasional.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang VIP, perawatan bedah, penyakit dalam (interna), perawatan anak,
dan NICU (Neonate Intensive Care Unit) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju Sulawesi
Barat pada bulan Maret sampai Oktober 2015. Subyek penelitian seluruh perawat yang melakukan
pendokumentasian, sebanyak 93 perawat. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dengan
menggunakan skala ordinal: kelengkapan (kurang lengkap, cukup lengkap, lengkap), keakuratan dan
nyata (kurang akurat, cukup akurat, akurat dan nyata), relevansi (kurang relevan, cukup relevan,
relevan) dan menganalisa pendokumentasian keperawatan berdasarkan pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Compression(C)

a.Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah Perempuan yaitu 85
perawat (91,4%). Responden yang memiliki status pernikahan kawin sebanyak 50 perawat (53,8%).
Pendidikan responden terbanyak pada pendidikan DIII Keperawatan yaitu 59 perawat (63,4%),
sebagian besar responden memiliki status kepegawaian kontrak yaitu 47 perawat(50,5%)

b. Pendokumentasian berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan


Pendokumentasian keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan sebagian besar dalam kategori
kurang lengkap yaitu 91 perawat (97,8%), kategori kurang akurat yaitu 88 perawat (94,6%),
sedangkan kategori kurang relevan yaitu 87 perawat (97,8%). Pendokumentasian keperawatan
berdasarkan diagnosis keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju yang masuk dalam kategori kurang
lengkap yaitu 40 perawat (43%), kategori kurang akurat yaitu 45 perawat (48,4%), kategori relevan
yaitu 47 perawat (50,5%). Pendokumentasian keperawatan berdasarkan perencanaan keperawatan di
RSUD Kabupaten Mamuju yang masuk dalam kategori kurang lengkap yaitu 46 perawat (49,5%),
kategori kurang akurat yaitu 45 perawat (48,4%), kategori relevan yaitu 44 perawat (47,3%).
Pendokumentasian keperawatan berdasarkan implementasi keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju
yang masuk dalam kategori lengkap yaitu 49 perawat (52,7%), kategori akurat yaitu 46 perawat
(49,5%), kategori relevan yaitu 47 perawat (50,5%). Pendokumentasian keperawatan berdasarkan
evaluasi keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju yang masuk dalam kategori lengkap yaitu 59
perawat (63,4%), kategori akurat yaitu 59 perawat (63,4%), kategori relevan yaitu 63 perawat (67,7%)

Outcome:

Pendokumentasian keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju


kategori kurang lengkap 97,8%, diagnosis keperawatan masih ada kurang lengkap (48,4%),
perencanaan keperawatan masih ada kategori kurang lengkap (49,5%), implementasi keperawatan
kategori lengkap 52,7%, dan berdasarkan evaluasi keperawatan masuk dalam kategori relevan 67,7%).
Artikel Jurnal 3

Penulis/Author : 1.Mohamad As’ad Efendy


2..Dosen Stikes Surya Mitra Husada Kediri

Tahun : 2017

Judul : ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN


DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RSUD GAMBIRAN

NamaJurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol./No. :-

HasilAnalisis:

Problem(P)

Pengisian dokumentasi keperawatan yang tidak memenuhi standar dapat berakibat pada
terjadinya kesalahan diagnosa dan pemberian tindakan yang tidak tepat kepada pasien. Selain itu
dokumentasi keperawatan merupakan bukti hukum yang dapat dipergunakan untuk mendukung
perawat ketika menghadapi permasalahan hukum. 65% perawat kurang memperhatikan standar
dokumentasi keperawatan dan lebih memperhatikan asuhan keperawatan kepada pasien secara
langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) diketahui 42% perawat tidak lengkap
dalam mengisi formulir dokumentasi keperawatan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran Kota Kediri pada bulan Desember 2013, dari 17 dokumen
dokumentasi keperawatan, 13 dokumen tidak terisi lengkap dan hanya 4 dokumen yang terisi
lengkap. Diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pasien,
intervensi yaitu merencanakan asuhan keperawatan kepada pasien.

Intervention(I)

Penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian penelitian korelasi yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih dengan proses pengambilan
data yang hanya dilakukan sekali untuk masing-masing variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran
Kota Kediri berjumlah 259 , dengan menggunakan metode purposive random sampling diperoleh
sampel perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran Kota Kediri yang berjumlah 54
responden
Compression:

a.Penerapan Standar Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak perawat yang tidak memahami tentang
pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan menjadikan hal
yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam
menjalankan tugasnya. Perawat profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab
yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Hasil tabulasi silang
menunjukkan bahwa responden telah bekerja menjadi perawat selama 5-10 tahun dengan
penerapan standar dokumentasi keperawatan dalam kategori tidak diterapkan, yaitu 18 responden
(33,3%).

b. Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusia 20-35 tahun dengan kualitas pelayanan
keperawatan dalam kategori baik, yaitu 22 responden (40,7%). Pada usia ini responden sedang
dalam fase puncak kemampuan kognitifnya, dimana responden dapat memahami informasi dan
mengingatnya dengan baik, kebanyakan responden merasakan bahwa pelayanan yang diberikan
kurang maksimal tidak seperti yang dibayangkan seperti yang pernah dilihat di televisi atau
media lainnya menyebabkan responden mnilai pelayanan yang diberikan dalam kategori baik.
Selain itu tingkat pendidikan responden yang diploma menyebabkan responden merasakan
bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dari apa yang menjadi referensinya hal ini juga ditunjang
dengan adanya pembiayaan yang diberikan melalui BPJS menyebabkan responden pasien tidak
harus mengeluarkan biaya tambahan, hal inilah yang menyebabkan responden menilai pelayanan
yang diberikan sudah baik.

c. Hubungan Penerapan Standar Dokumentasi Keperawatan Dengan Kualitas Pelayanan


Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran

Hasil analisis menunjukkan bahwa dokumentasi keperawatan memberikan pengaruh yang


signifikan terhadap kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan karena dokumentasi keperawatan
memberikan pengaruh pada kecepatan pelayanan, tetapi tidak banyak pasien yang menyadari
akan kondisi ini, sehingga ada beberapa responden yang tidak menerapkan dokumentasi
keperawatan dengan baik tetapi dapat menimbulkan kepuasan pada pasien. Kondisi ini
disebabkan karena dokumentasi keperawatan memang tidak berhubungan dengan pasien secara
langsung sehingga selama perawatan yang diberikan oleh perawat berjalan dengan baik, dan
dokumentasi tidak dilaksanakan dengan baik tidak mempengaruhi pasien untuk memberikan
penilaian kualitas pelayanan dalam kategori baik. Hal ini tentunya tidak berlaku ketika
ditemukan permasalahan pada pelayanan yang diberikan maka akan menyebabkan penilaian dari
responden adalah tidak baik
Outcome:

Ada hubungan penerapan standar dokumentasi keperawatan dengan kualitas pelayanan


keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran. Diharapkan pengisian dokumentasi
keperawatan dilaksanakan secara disiplin sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya
permasalahan keperawatan karena dokumentasi keperawatan tidak diisi dengan lengkap
Artikel Jurnal 4

Penulis/Author : 1. Sulastri
2. Niken Yuniar Sari
Tahun : 2018

Judul : Metode Pendokumentasian Elektronik dalam Meningkatkan Kualitas


Pelayanan Keperawatan
NamaJurnal : Jurnal Kesehatan

Vol./No. : 09/03

HasilAnalisis:

Problem:

Dokumentasi keperawatan yang digunakan secara garis besar disebagian dirumah sakit
umumnya dilakukan secara tertulis . Melalui dokumentasi perawat dapat memutuskan tindakan
yang tepat untuk klien. Keakuratan suatu data data klien dalam proses keperawatan di era
modern saat ini menjadi tuntutan dari berbagai aspek bagi para perawat, bermacam macam
bentuk, upaya telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk meningkatkan dokumentasi
keperawatan, hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan
klien (Paan et al, 2010). Perkembangan saat ini bahwa perawat harus melakukan proses
keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan. (Hickey et al, 2012). Smith et al (2005)
mengatkan bahwa Ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan dokumentasi keperawatan
dilakukan secara manual, data direkam menggunakan tulisan atau direkam dalam bentuk grafik.
Dan dokumentasi ini memungkinkan tidak terbaca oleh tim kesehatan lain, meskipun mungkin
berisi informasi yang penting. Ini tidak dapat meningkatkan pertukaran informasi dan koordinasi
baik antar perawat maupun tim kesehatan lainya

Intervention:

Penelitian ini lebih membahasa tentang dokumentasi secara elektronik dan juga aplikasi IT.
Aplikasi ini berbasis teknologi IT yang akan mendukung dalam pencatatan serta
pendokumentasian keperawatan terhadap suatu kasus pada klien. Dokumentasikan keperawatan
secara elektronik ini menggunakan sistem keamanan, kerahasiaan serta hak akses. Memastikan
privasi dan keamanan informasi klien dengan menekankan pada penggunaan akses melaui
password, akses informasi diberikan untuk orang yang berwenang saja (Blair &Barbara Smith,
2012).

Compression (C)
Pengembangan Dokumentasi keperawatan berbasis elektronik di RS cukup baik dan juga
dokumentasi elektronik sistem yang baik jika diterapkan di Indonesia karena lebih efisien,
banyak tindakan keperawatan yang membutuhkan waktu yang lama, ini tentunya mengurangi
waktu perawat dalam menulis dan membuat perawat lebih caring terhadap klien namun ini
menjadi tantangan bagi perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berbagai hambatan yang
dapat dialami seperti sumber daya manusia, perlunya pelatihan dan sistem pelayanan dirumah
sakit dalam penggunaan sistem informasi manajemen.

Tidak ada perbandingan di jurnal

Outcome:

Dokumentasi keperawatan yang berbasis teknologi IT sangat diperlukan di era modern saat ini
disamping dapat memberikan keakuratan data kepada klien serta perencanaan untuk
megahasilkan kualitas dan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang baik.
Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan, rumah sakit juga sangat terbantu dengan adanya sistem
dokumentasi keperawatan secara elektronik karena dapat menyediakan akses yang cepat dalam
memberikan informasi, meminimalkan potensi kehilangan atau informasi yang rusak, menekan
anggaran biaya yang dikeluarkan. Dapat mengurangi resiko kesalahan dalam melakukan
intervensi, membantu dalam memenuhi pertanggungjawaban dokumentasi melalui akurasi
informasi dan data pasien, memudahkan data epidemiologi, meningkatkan komunikasi dalam
pertukaran informasi serta koordinasi diantara perawat dan anggota tim kesehatan lainya,
meningkatkan keselamatan pasien dengan mengurangi kesalahan medis.
Artikel Jurnal 5

Penulis/Author : Muh. Miftahul Ulum, Ratna Dwi Wulandari


Tahun : 2013

Judul : FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI
KEPATUHAN MILGRAM
NamaJurnal : Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia

Vol./No. : 01/03

Hasil Analisis

Problem(P)

Dokumen asuhan keperawatan sangat penting karena menyangkut aspek legal tindakan
keperawatan. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
Ibnu Sina Kabupaten Gresik hanya 63,7% - 84,0%. Dengan dokumentasi yang kurang lengkap,
maka hal ini akan menimbulkan miscomunication dengan tenaga kesehatan yang lain tentang apa
yang sudah, sedang dan akan dikerjakan perawat. Perawat lebih sering mengandalkan
komunikasi verbal diantara staf keperawatan untuk mengkomunikasikan tentang status kesehatan
klien. Untuk menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat dapat menggunakan instrumen A. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan
pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan
pendokumentasian yang ditentukan dalam standar asuhan keperawatan.

Intervention:

Penelitian yang akan digunakan yaitu dengan metode survei, sedangkan jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.Populasi terdiri
dari 12 tim perawat yang bertugas di ruang pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Ibnu Sina Kabupaten Gresik. Masing-masing tim terdiri dari 4-8 orang perawat. Pada penelitian
ini menggunakan total sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi
yaitu 12 tim keperawatan. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan checklist kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan.

Compression:

a. Pengaruh Tanggung Jawab Perawat terhadap Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari tanggung jawab terhadap
kepatuhan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tanggung jawab merupakan sesuatu yang
harus atau wajib dilakukan dan dikerjakan. Dengan adanya rasa tanggung jawab maka akan
dapat meningkatkan
kinerja terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan.

b. Pengaruh Status Lokasi terhadap Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dari hasil penelitian diperoleh 75,00% tim perawat dengan penilaian status lokasi baik.
Penilaian status lokasi yang baik akan membuat anggota organisasi lebih mendukung kegiatan
yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Penilaian ini berkaitan dengan prestise atau rasa bangga.
Demikian juga pada rumah sakit, keberhasilan, prestasi yang dicapai rumah sakit akan
meningkatkan prestige (kebanggaan) khususnya anggota dari rumah sakit tersebut. Dengan
prestise yang tinggi maka kepatuhan akan meningkat (Shaw, 1979).

c. Pengaruh Legitimasi Figur Otoritas terhadap Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan

Hasil penelitian yang dilakukan Hofling(1966) menyatakan bahwa 21 dari 22 perawat


mematuhi perintah dokter yang diberikan melalui telepon untuk memberikan obat meskipun
instruksi tersebut melanggar aturan rumah sakit dan tidak sesuai dengan standar. Disini dapat
dilihat legitimasi
figur otoritas yang tinggi dalam hal pemberian obat yang dimiliki dokter. Seorang dokter
memiliki
keabsahan dan legalitas untuk memberikan resep obat.
d. Pengaruh Status Figur Otoritas terhadap Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tim dengan kedekatan figur otoritas cukup,
kepatuhan
tim perawat juga cukup (100%). Pada tim perawat dengan penilaian kedekatan figur otoritas
baik,
kepatuhan pendokumentasian asuhan keperawatannya juga baik (71,4%). Dari hasil ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara kedekatan figur otoritas terhadap kepatuhan
pendokumentasian asuhan keperawatan.

e. Pengaruh Dukungan Rekan Kerja terhadap Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 75,0% tim perawat memberikan penilaian
baik terhadap dukungan rekan kerja. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesamaan profesi
sebagai perawat sehingga dukungan kepada sesama rekan selalu diberikan

Outcome:

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa factor yang
mempengaruhi kepatuhan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah tanggung jawab, status
lokasi, status figur otoritas, legitimasi figur otoritas, kedekatan figur otoritas. Saran bagi RSUD
Ibnu Sina Kabupaten Gresik untuk lebih meningkatkan kepatuhan pendokumentasian asuhan
keperawatan yakni dengan tetap menjaga profesionalitas, sikap, kedisplinan atasan sehingga
menjadi contoh dan disegani oleh bawahan. Pertemuan rutin kepala ruang, perawat primer dan
perawat pelaksana harus sering dilakukan khususnya untuk membahas permasalahan dalam
asuhan keperawatan. Saling memberikan dukungan positif antar rekan dalam melaksanakan
pekerjaan harus tetap dijaga sehingga mendukung terciptanya kepatuhan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan

Artikel Jurnal 6 (Bahasa Inggris)

Penulis/Author : aSchool of Nursing, Columbia University, New York, NY, USA


b Department of Biomedical Informatics, Columbia University, New York,
NY,USA
Tahun : 2005

Judul : ISO REFERENCE TERMINOLOGY MODELS FOR NURSING:


APPLICABILITY FOR NATURAL LANGUAGE PROCESSING OF NURSING
NARRATIES
NamaJurnal : International Journal of Medical Informatics

Vol./No. :-

Problem(P)

Data keperawatan yang sebanding juga mendukung pembangunan bukti keperawatan atau
pengetahuan dari praktik. Terlepas dari sejumlah terminologi yang telah dikembangkan, banyak
dokumentasi keperawatan masih ditangkap dalam teks naratif. Akibatnya, data keperawatan ini
tidak tersedia untuk aplikasi seperti pendukung keputusan klinis, pemantauan kualitas, biosurveil
lance, dan analisis agregat. Sistem NLP telah menunjukkan kegunaan dalam mengurai teks
naratif seperti radiografi dada, laporan, ringkasan pulang, catatan tanda keluar dokter, dan
catatan rawat jalan untuk tujuan seperti pengawasan dan dukungan keputusan [6-10]. Namun,
ada sedikit pekerjaan yang terkait dengan NLP narasi
Keperawatan.

Intervention:

Penelitian Ini dilakukan dengan membandingkan struktur semantik di MedLEE dan model ISO
dengan cara berikut. Pertama, kami meninjau kategori semantic MedLEE bersama dengan
deskripsi dan contohnya. Kedua, menggunakan definisi domain semantik, kategori, dan atribut
model ISO, kami menentukan apakah ada struktur dalam model ISO yang setara dengan yang
ada di MedLEE

Compression

Meskipun relevan dengan asuhan keperawatan, Sejumlah kategori semantik MedLEE berada di
luar
domain model ISO. Ini termasuk karakteristik karakter pasien seperti ras dan etnis dan kategori
bahasa Inggris umum (misalnya konjungsi). Kami menilai 35 struktur MedLEE yang relevan
dengan
diagnosis keperawatan dan konsep tindakan keperawatan. Perbandingan antara struktur semantik
ditunjukkan pada Tabel 2. Enam puluh persen kategori semantik MedLEE dipetakan ke beberapa
aspek model diagnosis keperawatan dan 74% ke beberapa aspek model tindakan keperawatan.
Untuk konsep diagnostic keperawatan, sebagian besar kategori semantic MedLEE dipetakan ke
Fokus (n = 11), diikuti oleh Judgment atau salah satu atributnya (n = 6) dan Situs (n = 4). Hampir
setengah (17/35) dari kategori semantik MedLEE terkait tindakan keperawatan dipetakan ke
Target. Kor lainnya menanggapi Means (n = 6), Action (n = 5), dan Site(n = 4).

Outcome:

Model ISO berlaku untuk NLP narasi keperawatan.Namun, untuk mencapai tujuan
menggunakan
perluasan yang diusulkan dari arsitektur MedLEE untuk mengkodekan narasi keperawatan,
model ISO memerlukan spesifikasi tambahan kategori semantik yang dipilih untuk domain
semantik ISO yang konsisten dengan tingkat detail yang disediakan oleh MedLEE. Analisis kami
juga menyarankan area untuk perluasan MedLEE khususnya yang terkait dengan kategori
Tindakan semantik ISO untuk memproses narasi keperawatan yang kaya akan kata kerja. Kami
telah mendekati penelitian ini dari
perspektif arsitektur MedLEE yang ada; namun,analisis serupa diperlukan untuk
membandingkan
model terminologi referensi ISO dengan kategori semantik sistem NLP lainnya. Analisis tersebut
dapat memainkan peran penting dalam menentukan lebih lanjut kategori semantik dari model
ISO sehingga model dapat memainkan peran yang berguna dalam NLP narasi keperawatan. Saat
ini tujuan perbandingan data keperawatan di tingkat institusi, regional, nasional, dan
internasional tidak dapat dicapai melalui entri data terstruktur saja. Sistem NLP menawarkan
strat-
Artikel Jurnal 7(Bahasa Inggris)

Penulis/Author : Open Learning Faculty, Keperawatan dan Kedokteran Inggris,


Thompson Rivers University dan Fakultas Keperawatan, College of the Rockies, Cranbrook,
BC, Kanada V1C6C9

Tahun : 2016

Judul : MEDICAL LANGUAGE PROFICIENCY : A DISCUSSION OF


INTRPROFESSIONAL LANGUAGE COMPETENCIES AND POTENTIAL FOR
PATIENT RISK
NamaJurnal : International Journal of Nursing Studies

Vol./No. :-

Hasil Analisis

Problem

Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang semakin multibahasa di seluruh dunia, memastikan
komunikasi yang akurat dan efektif diperlukan. Kemahiran bahasa, khususnya kemahiran bahasa
medis sangat penting. Makalah ini akan membahas bahasa dan lebih penting lagi bahasa medis,
bahasa bersama dari semua profesi kesehatan dan profesi kesehatan yang terkait dan juga ketika
ada campuran bahasa atau perbedaan tingkat kemahiran dalam bahasa yang diucapkan dalam
interaksi berbasis kesehatan, kemungkinan kesalahpahaman dan terjadinya kesalahan tidak di
luar dugaan . Hambatan bahasa ini
menghambat kemampuan penyedia layanan untuk menentukan tanda dan gejala. Mereka
menyadari bahwa ini dapat menyebabkan kesalahan diagnostik dan pengobatan atau memerlukan
peningkatan penggunaan prosedur diagnostik lain untuk mengkompensasi defisit bahasa. Pasien
melaporkan kehilangan kepercayaan diri ketika dokter bergumam, ragu-ragu sebelum
menggunakan kata kerja atau kata ganti yang salah dan memiliki aksen. Ini tidak spesifik untuk
hambatan bahasanya, tetapi juga menyebabkan kurangnya kepercayaan pada kompetensi medis
dokter, yang berdampak negatif pada hubungan dokter-pasien. Para perawat bereaksi dengan
cara yang hampir sama, curiga dan enggan menerima dokter-dokter ini ke dalam kandang
mereka. Hasil akhirnya menyebabkan terputusnya komunikasi dan isolasi dokter tertentu
(Horani, 1995).

Intervention(I)

Penelitian ini diakukan dengan cara membandingkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa
inggris dan juga mengobservasi apakah bahasa lain bisa membantu perawat dan tenaga lainnya
menggunakan bahasa yang dipakai.Dan juga penelitian ini dilakukan dirumah sakit di luar
negeri.Dan penelitian ini dilakukan juga degan menguji perawat memakai bahasa inggris.

Compression(C)

Hasil penelitian memnunjukan Ketidaksesuaian bahasa seharusnya tidak membingungkan


penyediaan perawatan yang berkualitas. Mobilitas internasional saat ini berarti bahwa dalam
pasangan penyedia perawatan-pasien, sangat mungkin bahwa penyedia perawatan (dari disiplin
apa pun) akan menjadi orang yang tidak menguasai bahasa baku. Horani (1995), Wilson dkkAl.
(2005) dan yang lainnya adalah yang pertama mengeksplorasi implikasi untuk praktik penyedia
perawatan non-Inggris latar belakang bahasa dalam media bahasa Inggris-pertama. Mereka
menyimpulkan bahwa pemahaman medis dan hasil pasien dapat terpengaruh secara negatif
ketika ada kekurangan bahasa keselarasan antara dokter dan pasien. Artikel initelah
menunjukkan bahwa pekerjaan mereka sekarang telah ditanggung oleh orang lain.Pasien tidak
boleh berisiko atau menerima kurang dari perawatan yang memadai karena penyedia perawatan
memiliki bahasa masalah kompetensi

Outcome:

Dalam artikel ini, penulis telah membahas masalah bahasa dalam konteks perawatan kesehatan
yang mengidentifikasi medis bahasa sebagai genre dalam dan dari dirinya sendiri yang keluar
dari semua ini
bahasa. Bahasa medis telah didefinisikan secara luas dalam cara yang dapat digeneralisasikan di
seluruh bahasa; lintas bangsa. Bahasa medis juga diidentifikasi sebagai lanjutan subset bahasa
yang dapat ditemukan dalam bahasa apa pun, terlepas dari bahasa standar suatu negara.
Kemahiran dalam bahasa standar tidak sama dengan bahasa medis kecakapan. Alasan untuk ini
diberikan dan banyak contoh diberikan untuk mendukung posisi penulis. Kemahiran sangat
penting dalam perawatan kesehatan di mana narasi dan hubungan interpersonal antara perawatan
penyedia dan pasien adalah pusat interaksi apapun. Kompetensi dalam bahasa medis
memfasilitasi ini.
Artikel Jurnal 8(Bahasa Inggris)

Penulis/Author : Sonia Allen, RN, RM, Grad Dip Hlth Sc (Komunitas), BHSM,MACS,
Kandidat PhD,
Tahun : 2007

Judul : THE IMPORTANCE OFLANGUAGE FOR NURSING:DOES IT


CONVEY COMMONALITY OF MEANING AND IS IT IMPORANT TO DO SO
NamaJurnal : Australian Journal of Advanced Nursing

Vol./No. : 24/04

Hasil Analisis

Problem(P)

Perawat saat ini diselimuti dalam metamorfosis identitas profesional mereka sebagai dokter,
peneliti dan
pendidik melalui pengucapan posisi unik mereka dalam sistem perawatan kesehatan. Perawat
yang bekerja di
bidang klinis rumah sakit merangkul berbagai media dalam upaya meningkatkan sistem
komunikasi untuk
anggota tim. Rumah sakit metropolitan yang lebih besar dimaksudkan untuk menggunakan
pengumpulan data
elektronik di 'sisi tempat tidur' pasien melalui teknologi 'palm top' yang merekam informasi
individu pasien
tertentu. Komunikasi adalah komponen penting dari keperawatan profesional yang memiliki
relevansi dengan
mata uang perawatan untuk setiap pasien individu. Bahasa dan karenanya komunikasi menjadi
bermasalah ketika memindahkan merujuk pasien ke rumah sakit, unit, atau fasilitas perawatan
lanjut usia lain, karena bahasa yang terdapat dalam dokumentasi harus merupakan bahasa yang
umum dipahami oleh semua perawat. Oleh karena itu,komunikasi tidak hanya diperlukan untuk
bekerja

Interevention(I)
Penelitian ini menggunakan pertanyaan pertanyaan yang diakukan penulis kepada perawat.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnyadalam ini telah dipertimbangkan oleh para
dokter.

Compression(C)

Hasil penelitian ini menunjukan Memiliki bahasa yang sama memperkuat harapan bahwa mereka
yang merawat pasien tahu apa yang mereka lakukan. Bahasa perantara (jalur klinis) mengelola
dan memandu kontinum perawatan untuk pasien, memberikan hasil kesehatan positif yang
berorientasi pada pemulangan
yang aman lebih awal. Jika komplikasi muncul dalam rawat inap saat ini yang membutuhkan
transfer ke unit
spesialis maka komunikasi akan menjadi bahasa (elit) yang akan mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah
kesehatan yang bersifat spesialis.Dan juga Perawat dididik dalam memahami kode etik praktik
dan kode etik profesional yang memandu perawat profesional (Australian Nursing and
Midwifery Council
2007). Perawat yang kembali ke profesinya setelah gangguan karier atau perawat dari negara lain
yang ingin berpraktik di Australia mungkin berbeda dengan bahasa saat ini yang menghasilkan
keterbatasan pemahaman dan makna konten. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa semakin lama
seorang perawat dikeluarkan dari angkatan kerja, semakin sulit komunikasinya dan sementara
Dewan Keperawatan dan Kebidanan Australia (ANMC)menyediakan program dengan
persyaratan khusus untuk perawat yang dididik di negara lain, kesamaan bahasakeperawatan
mungkin masih ada. tidak memadai

Outcome

Penentu bahasa keperawatan telah diucapkan dalamkonteks Eropa sementara mengakui bahwa
keperawatan adalah profesi internasional. Komunikasi melalui bahasa merupakan bagian integral
dari penyampaian makna dan pemahaman bagi perawat. Hubungan antara bahasa perawat milik
kelompok tertentu tidak mempromosikan kekuasaan dan otoritas sambil memberikan keahlian di
bidang spesialis. Wacana dengan sekelompok perawat membahas dan mengidentifikasi masalah
yang terkait dengan bahasa elitisme sambil menegaskan bahwa keperawatan memang memiliki
bahasa yang sama.Demarkasi
di mana bahasa keperawatan umum selesai dan bahasa eksklusif dimulai adalah ilusi dan dengan
demikian sulit untuk ditentukan. Sementara makalah ini telah mengakui relevansi bagi perawat
untuk memiliki bahasa yang sama dan menggunakan jalur klinis untuk memandu dan
meningkatkan praktik klinis melalui komunikasi;makna dan pemahaman masih unik bagi
individu. Pertanyaan bahasa yang digunakan oleh perawat spesialis dalam unit spesialis (bahasa
elit) belum diidentifikasi sebagai penting atau perlu untuk perawat profesional saatini. Masalah
ini tetap tidak terselesaikan.
Artikel Jurnal 9(Bahasa Inggris)

Penulis/Author : MARJORIE A.RUTHERFOD,RN,MA


Tahun : 2008

Judul : STANDARDIZED NURSING LANGUAGE:WHAT DOES IT MEAN


FOR NURSING PRACTICE
NamaJurnal : A Scholary journal of the American nurses association

Vol./No. :-

Problem:

Perawat untuk mengetahui mengapa penting mendokumentasikan asuhan keperawatan


standarbahasaterutama, semakin karena banyak organisasi yang bergerak untuk dokumentasi
elektronik (ED) dan penggunaan kesehatan catatan. Faktanya, tidak mungkin bagi
kedokteranatau kesehatan perawatanterkait disiplin untuk menerapkan penggunaan bahasa ED
tanpa standar
kosakatamenggambarkanatau untuk komponenkunci dari proses perawatan .,pun Penting banyak
untuk memahami cara pemanfaatanbahasakeperawatan di
manakeperawatanpraktikakanmemberikan manfaat bagi hasil pasien.

Intervention:

Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi Perawat perlu mengungkapkan tepat apa dengan
pasien lakukan untuk PeningkatanPearson (2003,pengetahuan) telah menyatakan"
Keperawatanmemiliki tradisi ketergantungan panjang dan yang berlebihan pada penyampaian
informasidari mulutkemulut" (hal. 271). Karena perawat menggunakan informal secara lisan
melaporkan untuk satu lain, daripada sama pasien catatan dan perawatan rencana, pekerjaan tetap
tidak terlihat. Pearson menyatakan bahwa ini saat sebagian dokumentasi besar perawatan
berfokus perawatan pada perlindungan dari litigasi daripada pasien yang diberikan. Dia
mengantisipasi bahwa penggunaan sistem , dokumentasi keperawatan terkomputerisasiyang
terletak dekat dengan pasien, akan mengarah pada dokumentasi yang lebihberpusat dan
konsisten.

Compression:

Hasil untuk berbagai keperawatan intervensi di seluruh pengaturan. akan memfasilitasi


benchmarking dengan rumah sakit lain dan pengaturan yang memberikan asuhan keperawatan.
National Quality Forum (NQF) (NQE2006), sedang dalam proses mengembangkan nasional
standar untuk pengukuran dan pelaporan pelayanan kesehatan , data kinerjaProyek Keperawatan
Tindakan Perawatan di adalah salah satu NQFn dari 24 proyek mana sedang mengembangkan
berbasis konsensus,dan standarnasional untuk digunakan sebagai mekanisme untuk
peningkatankualitas pengukuran inisiatif untuk meningkatkan Amerika kesehatan .NQF telah
menyatakan, "Mengingat pentingnya asuhan keperawatan keperawatan, tidak adanya adalah
standar ukuran kinerja asuhan kekosongan besar dalam kesehatan jaminan kualitas kerja sistem
kinerja

Outcome:

Tujuan akhir harus menjadi pengembangan satu bahasa keperawatan standar untuk
semua perawat. Meskipun tujuan itu belum tercapai, contoh upaya untuk mencapainya dapat
didemonstrasikan. Dewan Perawat Internasional (ICN) telah mengembangkan Klasifikasi
Internasional untuk Praktik Keperawatan (ICNP) (ICN, 2006) dalam upaya untuk menetapkan
bahasa umum untuk praktik keperawatan. ICNP adalah kombinatorial terminologi yang
memetakan istilah, kosa kata, dan klasifikasi lokal,Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC) dan
Klasifikasi Hasil Keperawatan
(NOC) dikembangkan sebagai bahasa pendamping. Ini memiliki hubungan dengan yang lain
bahasa keperawatan, seperti diagnosis keperawatan NANDA, Sistem Omaha, dan Oasis untuk
perawatan kesehatan di rumah, antara lain. Keduanya termasuk dalam Systematized Sistem
pencatatan multidisiplin Nomenklatur Kedokteran (SNOMED). NIC telah diterjemahkan ke
dalam sembilan bahasa asing dan NOC ke dalam tujuh bahasa asing.Dengan menggunakan satu
bahasa keperawatan standar, perawat dari seluruh dunia akan dapat berkomunikasi satu sama
lain, dengan tujuan meningkatkan perawatan bagi pasien secara global. Perawat akan dapat
menyampaikan pekerjaan penting yang mereka lakukan, menjadikan keperawatan lebih terlihat.

Artikel Jurnal 10(Bahasa Inggris)

Penulis/Author : KATHLAE.E N MCCORMICK PHD, RN, FAAN, NORMA LANG.


PHD. RN. FAAN.RITA ZIELSTORFF, MS., RN, FAAN, D. KATHY MILHOPLLHADN. D.
RN. VIRGINIA SABA, EDD, RN, FAAN, ADA JACOX. PHD, RN, FAAN
Tahun : 2000

Judul : TOWARD STANDARD CLASIFICATION SCHEMES FOR NURSING


LANGUAGE:RECOMMENDATION OF THE AMERICAN NURSES ASSOCIATIN
STEERING COMMITTEE ON DATABASES SUPPORT CLINICAL NURSING
PRACTICE
NamaJurnal : Journal of the American medical

Vol./No. : 01/06

Problem

keperawatan adalah diagnosis dan pengobatan respons manusia terhadap masalah kesehatan
aktual atau potensial.” Pada tahun 1991 ANA memperluas definisi proses keperawatan: “Proses
keperawatan mencakup semua tindakan signifikan yang diambil oleh perawat dalam memberikan
perawatan kepada semua klien , dan membentuk dasar pengambilan keputusan klinis. Selain itu,
tanggung jawab keperawatan untuk semua klien (seperti memberikan perawatan yang relevan
secara budaya dan etnis, menjaga lingkungan yang aman, mendidik klien tentang penyakit
mereka, pengobatan, promosi kesehatan atau kegiatan perawatan diri, dan perencanaan untuk
kesinambungan perawatan) termasuk dalam standar-standar ini.

Intervention:
Penelitian ini menggunakan label dan juga menyebarluaskan skema
klasifikasi untuk mendokumentasikan intervensi praktik keperawatan.: Klasifikasi Intervensi
Keperawatan(NIC) terdiri dari daftar 336 label intervensi keperawatan 16; 21 lainnya telah
dikembangkan sejak penerbitan buku tentang klasifikasi ini.

Compression:
Hasil penelitian ini menunjukan Skema klasifikasi yang direkomendasikan untuk dimasukkan
dalam bahasa keperawatan dan integrasi ke dalam UNLS mencerminkan komponen penilaian,
diagnosis, dan intervensi dari proses keperawatan. Pekerjaan terbatas telah dilakukan pada
identifikasi pasien keluar
yang dapat dikaitkan dengan keperawatan. Dalam NMDS direkomendasikan bahwa status hasil
diagnostik diidentifikasi sebagai teratasi, tidak teratasi, atau dirujuk untuk perawatan
berkelanjutan. 4 Konsep ini dikemukakan oleh Marek pada tahun 1989 ketika dia
mengklasifikasikan hasil potensial dari perawatan.20 Pada tahun 1990, Lang dan Marek
memajukan konsep dari karya Marek sebelumnya.21 Pada tahun 1991, McCormick
mendefinisikan hasil potensial yang dapat dicapai dan arah perubahan yang dapat diambil oleh
hasil: perbaikan, stabilisasi, kerusakan, dan kematian.22 Tak satu pun dari konsep ini memenuhi
kriteria untuk skema klasifikasi, dan Komite belum mengakui klasifikasi hasil keperawatan saat
ini.

Outcome:

Asuhan keperawatan didasarkan pada standar praktik dan penilaian respons manusia terhadap
masalah kesehatan aktual dan potensial. Penilaian tersebut mengarahkan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendokumentasikan apa yang mereka lakukan dengan cara yang standar
dan sistematis. Penggunaan bahasa yang seragam untuk dokumentasi akan memungkinkan
dimasukkannya data yang berhubungan dengan keperawatan dalam catatan pasien dan database
internasional dan pengambilan data dari dua sumber ini. Melalui proses ini, keperawatan pada
akhirnya dapat menunjukkan efek perawatan pada hasil pasien

Anda mungkin juga menyukai