PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kinerja Perawat
didapatkan lebih dari separuh (64,8%) memiliki kinerja baik dalam kelengkapan
pendokumentasian proses keperawatan di Instalasi Rawat Inap RS. Jiwa Prof. HB.
Hasil penelitian yang diperoleh ini sama dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Emrita (2011) di RSUP. Dr. M. Djamil Padang, dimana hasil
yang didapatkan lebih dari separuh (64,7%) kinerja perawat dalam pendoku
pada standar dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang tanggungjawab
61
62
pengorganisasian ditempat kerja. Hal ini sama dengan pendapat ilyas (2012),
variabel yang mempengaruhi prilaku dan kinerja individu yaitu: Variabel individu
semua ruangan Rawat Inap sudah menjadi Ruangan MPKP dengan menggunakan
metode penugasan TIM. Metode TIM akan membuat setiap kegiatan yang
nilai terendah berada pada pengkajian (61%) dan intervensi (74%), hal ini
perawat pelaksana bahwa intervensi merupakan hal yang baku dan sudah
melakukan karena sudah ada pada konsep teori dan buku pedoman pelaksanaan
proses keperawatan.
cukup dan juga perlu adanya pemahaman atau desiminasi ilmu dengan perawat
2. Tingkat Pengetahuan
Prof.HB.Saanin Padang tahun 2014. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pengetahuan tinggi.
menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu onjek tertentu dan
tindakan seseorang.
bahwa prilaku seseorang termasuk prilaku kerja dan kinerja petugas akan
pendidikan perawat itu sendiri. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian
65
Keperawatan (7,4%).
apa tujuan dan manfaat dari proses keperawatan, ini dapat dilihat pada kuesioner
no 8 dan 10. Dari kuesioner tergambar bahwa (59%) perawat tidak tahu manfaat
dari proses keperawatan dan (52%) tidak mengetahui tujuan dari pendokumen
3. Supervisi
RS.Jiwa Prof.HB.Saanin Padang tahun 2014. Penelitian ini hampir sama dengan
dengan teratur.
stafnya dalam pelaksanaan kegiatan atau tugas sehari hari (Arwani,2005). Tujuan
pokok dari supervisi adalah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli
dan Bactiar,2008).
66
merupakan hal yang penting. Untuk itu ketua TIM dan Kepala Ruangan
dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cukup tentang hal yang
disupervisi. Agar supervisi tidak menjadi hal yang menakutkan bagi perawat
pelaksana ketua TIM dan Kepala Ruangan sebaiknya membuat jadwal rutin setiap
hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang
pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. yang digunakan sebagai
pegangan umum supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan tinggi serta
(Nainggolan,2010).
dalam penelitian ini sisebabkan karena ketua Tim dan Kepala Ruangan kurang
mampu menjadi Role Model, dan keterbatasan sarana prasarna pendukung seperti
format supervisi, panduan supervisi, hal ini dapat dilihat dari isian kuesioner
sementara yang mengatakan ketesediaan fasilitas hanya (67%). Untuk itu Ketua
Tim dan Kepala Ruangan harus bisa mengembangkan diri sehingga dapat menjadi
contoh bagi bawahannya. Disamping itu tentu kepala bidang keperawatan selalu
pendukungnya.
67
4. Insentif
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Muharyati (2006) tentang
diterima oleh seseorang bagi jasa jasa yang diberikannya kepada organisasi seperti
upah, bonus/insentif, biaya pengobatan dan lain lain, maupun imbalan non
kreatifitas melalui pelatihan sangat erat kaitannya dengan prestasi kerja seseorang
motivasi kerja seseorang sehingga berdampak pada kinerja yang lebih baik.
kinerja, dan tunjangan yang diterima berdasarkan penilaian kinerja perawat pada
bulan sebelumnya. Disamping itu tunjangan daerah yang selalu di tingkatkan tiap
tahunnya dalam tahun 2012 ini pemerintah daerah juga menaikkan tunjangan
Sementara masih adanya perawat yang tidah puas disebabkan karena baru
pelayanan belum ditemukan formula yang tepat sehingga perawat yang rajin akan
B. Analisa Bivaraiat
yang baik, lebih banyak proporsinya pada pengetahuan yang tinggi yaitu (80%)
didapatkan nilai p-Value 0,02, artinya ada hubungan pengetahuan dengan kinerja
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fizran (2010) dan Adiono
(2011) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
seseorang termasuk prilaku kerja dan kinerja petugas akan dipengaruhi oleh faktor
69
sudah rata rata DIII Keperawatan dan S-1 Keperawatan, sementara dalam
kurikulum keperwatan DIII dan S-1 sudah memuat pelajaran asuhan keperawatan
pengalamam kerja lebih dari 5 tahun. Pengalaman kerja ini juga akan berjalan
dan pelatihan.
responden yang baik, lebih banyak proporsinya pada supervisi yang terlaksana
(44,4%). Hasil Uji statistik didapatkan nilai p-Value (0,00), berarti ada hubungan
tahun 2012.
yang telah dilakukan Emrita (2011), yang menyatakan adanya hubungan yang
bermakna antara supervisi yang dilakukan kepala ruangan dengan kinerja perawat
Begitu juga penelitian yang dilakukan Utari (2013) tentang hubungan supervisi
kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana didapatkan hasil ada hubungan
p-Value (0,00).
Secara teknis supervisi dapat dilakukan secara lansung dan tidak lansung.
supervisi. Bila ditunjukkan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi, maka supervisi lansung lebih tepat guna, jika
71
dampak yang positif pada kinerja perawat pelaksana. Penilaian akan berarti dan
dapat dikerjakan jika mempunyai tujuan yang jelas, spesifik dan terdapat standar
secara terus menerus selama supervisi berlansung dan tidak memerlukan tempat
(Azwar,2008).
Kepala Ruangan dengan kinerja perawat disebabkan oleh adanya program dan
Keperawatan Jiwa Profesional (MPKP), dimana salah satu program yang harus
dilaksanakan Ketua TIM dan Kepala Ruangan dalam MPKP adalah melakukan
terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala ruangan adalah
terstruktur dimana kepala ruangan membuat jadwal supervisi dalam satu bulan
akan dilakukan atau bisa secara tidak terstruktur (dadakan) dimana perawat
pelaksana tidak diberi tahu sebelumnya. Disamping itu supervisi juga dilakukan
secara periodik dari kepala ruangan. Sehingga akan berbeda kinerja perawat
Padang sehingga supervisi tidak dianggap sebagai hal yang tidak mengenakkan
bagi yang disupervisi tapi justru sebaliknya supervisi dianggap sebagai kebutuhan
yang baik, lebih banyak proporsinya pada yang puas dengan insentif (79,3%)
dibandingkan dengan yang tidak puas sebanyak (48%). Hasil Uji statistik
didapatkan nilai p-Value 0,03, berarti seara statistik ada hubungan insentif
Hasil penelitian yang telah diperoleh sama dengan penelitian Lolita (2011)
didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara insentif dengan kinerja
perawat dengan p-Value 0,00 ( p-Value< 0,05 ), namun berbeda dengan penelitian
muharyati (2006) tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara insentif dengan
Dalam Ilyas (2012) imbalan baik yang bersifat finansial yang diterima oleh
seseorang bagi jasa jasa yang diberikannya kepada organisasi seperti upah,
bonus/insentif, biaya pengobatan dan lain lain, maupun imbalan non finansial
melalui pelatihan sangat erat kaitannya dengan prestasi kerja seseorang kariawan.
Demikian pula menurut Hageman (1993) dalam Ilyas (2012), berpendapat bahwa
insentif material sangat berperan dalam mendorong orang berprestasi dalam kerja.
dengan kinerja perawat disebabkan oleh sudah adanya pola pembagian insentif
atas dasar kinerja, dimana pembagian tunjangan daerah yang diterima perawat
diluar gaji sudah berdasarkan kinerja perawat sehingga akan berbeda tunjangan
yang diterima oleh perawat yang rajin dengan perawat yang malas. Begitu juga
sistem pembagian jasa pelayanan, dari imformasi Ka Sub Bagian Anggaran dan
Perbendaharaan RS.Jiwa Prof HB Saanin Padang sampai saat ini belum ada
pedoman yang baku tentang pembagian jasa pelayanan namun di RS.Jiwa Prof
dengan remunerasi dan kinerja personil, jadi besar kecilnya jasa yang diterima
agar mendapatkan insentif yang lebih besar dan jika insentif yang diterima besar