1. Informed Consent
a. Apakah yang dimaksud dengan informed consent ? Apa pula informed refusal ?
Jawab :
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan
consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi, sedangkan
consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian
informed consent berarti suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Atau dapat juga dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju
dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya.
Informed Refusal secara harfiah berasal dari kata Informed : telah diberi
informasi atau telah dijelaskan dan Refusal : penolakan
Informed refusal : adalah penolakan pasien/orang yang sah mewakilinya
terhadap rencana tindakanyang diajukan oleh dokter atau dokter gigi setelah
mendapatkan informasi yang benar dan layak / cukup untuk dapat membuat
penolakan.
Suatu penolakan dianggap sah apabila :
1. Pasien/orang yang sah mewakilinya telah menerima informasi yang benar
dan layak
2. Pasien/orang yang sah mewakilinya dalam keadaan kompeten untuk
memberikanpersetujuan atau penolakan
3. Persetujuan atau penolakan diberikan secara sukarela
b. Ada berapa jenis informed consent ? Jelaskan
Jenis informed consent dapat secara lisan dan tertulis. Pesetujuan lisan saat
pasien menyatakan secara verbal tetapi tidak menandatangani formulir tertulis,
sedangkan persetujuan tertulis diperlukan dalam intervensi berisko tinggi seperti
penggunaan anestesi dan sedasi, prosedur invasif atau bedah, dan sebagainya.
Informed consent diperlukan dalam berbagai kasus seperti operasi bahkan saat
tidak di rumah sakit, radiasi atau kemoterapi, vaksin, beberapa tes darah seperti
HIV. Informed consent tidak diperlukan dalam keadaan darurat yang jika ditunda
membahayakan kondisi pasien (Gambhir, Singh, Kaur, Nanda, & Kakar, 2014).
c. Apa sanksinya bila tindakan medik invasif (bukan dalam kegawatdaruratan)
dilakukan tanpa informed consent ?
Permenkes 290 Tahun 2008
Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed Consent, maka
dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
surat izin praktik, Berarti, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis
dimaksudkan guna kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.
Pasal 351 KUHP menerangkan apabila dokter melukai pasien dengan
ketiadaaninformed consent maka tindakan dokter tersebut dianggap suatu
penganiayaandantelah melanggar poin poin dalam pasal tersebut. Dalam
melakukan operasi bedahjantung menggunakan teknik yang baru diciptakan atau
diadopsi, tidak jarang terjadi komplikasi baik intraoperasi maupun pascaoperasi
atau bahkan sampai menyebabkankecacatan / kematian pada pasien. Akibat
kejadian tersebut, pasien maupunpihakkeluarganya yang merasa dirugikan dapat
menyampaikan keberatannya dalambentukgugatan ke pihak berwajib atas
tindakan dokter yang telah melakukan operasi danmeminta
pertanggungjawabannya. Bagi dokter, banyaknya tuntutan kerugiandari pasien
merupakan hal yang sangat dihindari bahkan ditakuti karena menyangkut nama
baik dan kredibilitasnya sebagai pengemban profesi yang selama ini
dianggapmulia karena berhubungan dengan penyelamatan nyawa.
d. Berapa lama kewajiban RS menyimpan berkas informed consent. Sebutkan dasar
hukumnya
Berdasarkan Permenkes No. 269 Pasal 8:
Ayat 1. Rekam medis Rawat Inap di Rumah Sakit wajib disimpan sekurang
kurangnya untuk jangka waktu 5 Tahun terhitung dari tanggal terahir pasien
berobat atau Pulang.
Ayat 3. Ringkasan pulang dan persetujuan Tindakan medik sebagaimana
dimaksut pada ayat 2 harus disimpan dalam jangka waktu 10 Tahun dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut
Permenkes No 24 Tahun 2022
Pasal 39
(1) Penyimpanan data Rekam Medis Elektronik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dilakukan paling singkat 25 (dua puluh lima) tahun sejak tanggal kunjungan
terakhir Pasien.
(2) Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, data
Rekam Medis Elektronik dapat dikecualikan untuk dimusnahkan apabila data
tersebut masih akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
(3) Pemusnahan Rekam Medis Elektronik dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Jadi berdasarkan uraian diatas jika pasien kompeten maka dapat ditekan oleh
pasien sendiri, tapi jika pasien tidak kompeten atau meragukan maka di
tandatangani oleh keluarga terdekat sesuai urutan diatas.