Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Hukum Medik dan Transaksi Terapeutik

Oleh: TAUFIK HIDAYAT


NIM: 2210018412011

1. Informed Consent
a. Apakah yang dimaksud dengan informed consent ? Apa pula informed refusal ?
Jawab :
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan
consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi, sedangkan
consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian
informed consent berarti suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Atau dapat juga dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju
dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya.
Informed Refusal secara harfiah berasal dari kata Informed : telah diberi
informasi atau telah dijelaskan dan Refusal : penolakan
Informed refusal : adalah penolakan pasien/orang yang sah mewakilinya
terhadap rencana tindakanyang diajukan oleh dokter atau dokter gigi setelah
mendapatkan informasi yang benar dan layak / cukup untuk dapat membuat
penolakan.
Suatu penolakan dianggap sah apabila :
1.  Pasien/orang yang sah mewakilinya telah menerima informasi yang benar
dan layak
2. Pasien/orang yang sah mewakilinya dalam keadaan kompeten untuk
memberikanpersetujuan atau penolakan
3.  Persetujuan atau penolakan diberikan secara sukarela
b. Ada berapa jenis informed consent ? Jelaskan
Jenis informed consent dapat secara lisan dan tertulis. Pesetujuan lisan saat
pasien menyatakan secara verbal tetapi tidak menandatangani formulir tertulis,
sedangkan persetujuan tertulis diperlukan dalam intervensi berisko tinggi seperti
penggunaan anestesi dan sedasi, prosedur invasif atau bedah, dan sebagainya.
Informed consent diperlukan dalam berbagai kasus seperti operasi bahkan saat
tidak di rumah sakit, radiasi atau kemoterapi, vaksin, beberapa tes darah seperti
HIV. Informed consent tidak diperlukan dalam keadaan darurat yang jika ditunda
membahayakan kondisi pasien (Gambhir, Singh, Kaur, Nanda, & Kakar, 2014).
c. Apa sanksinya bila tindakan medik invasif (bukan dalam kegawatdaruratan)
dilakukan tanpa informed consent ?
Permenkes 290 Tahun 2008
Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed Consent, maka
dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
surat izin praktik, Berarti, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis
dimaksudkan guna kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.
Pasal 351 KUHP menerangkan apabila dokter melukai pasien dengan
ketiadaaninformed consent maka tindakan dokter tersebut dianggap suatu
penganiayaandantelah melanggar poin poin dalam pasal tersebut. Dalam
melakukan operasi bedahjantung menggunakan teknik yang baru diciptakan atau
diadopsi, tidak jarang terjadi komplikasi baik intraoperasi maupun pascaoperasi
atau bahkan sampai menyebabkankecacatan / kematian pada pasien. Akibat
kejadian tersebut, pasien maupunpihakkeluarganya yang merasa dirugikan dapat
menyampaikan keberatannya dalambentukgugatan ke pihak berwajib atas
tindakan dokter yang telah melakukan operasi danmeminta
pertanggungjawabannya. Bagi dokter, banyaknya tuntutan kerugiandari pasien
merupakan hal yang sangat dihindari bahkan ditakuti karena menyangkut nama
baik dan kredibilitasnya sebagai pengemban profesi yang selama ini
dianggapmulia karena berhubungan dengan penyelamatan nyawa.
d. Berapa lama kewajiban RS menyimpan berkas informed consent. Sebutkan dasar
hukumnya
Berdasarkan Permenkes No. 269 Pasal 8:
Ayat 1. Rekam medis Rawat Inap di Rumah Sakit wajib disimpan sekurang
kurangnya untuk jangka waktu 5 Tahun terhitung dari tanggal terahir pasien
berobat atau Pulang.
Ayat 3. Ringkasan pulang dan persetujuan Tindakan medik sebagaimana
dimaksut pada ayat 2 harus disimpan dalam jangka waktu 10 Tahun dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut
Permenkes No 24 Tahun 2022
Pasal 39
(1) Penyimpanan data Rekam Medis Elektronik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dilakukan paling singkat 25 (dua puluh lima) tahun sejak tanggal kunjungan
terakhir Pasien.
(2) Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, data
Rekam Medis Elektronik dapat dikecualikan untuk dimusnahkan apabila data
tersebut masih akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
(3) Pemusnahan Rekam Medis Elektronik dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Informed Consent, Autonomy dan Hak Atas Informasi


a. Jelaskan hubungan antara informed consent, autonomy dan hak atas
informasi
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan
consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi, sedangkan
consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian
informed consent berarti suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Atau dapat juga dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju
dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya.
Autonomy merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Etika mengajarkan bahwa setiap pribadi mempunyai
”otonomi moral”, artinya ia mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan
sendiri tindakantindakannya (self-determination) dan mempertanggungjawab
kannya. Pasien mengambil keputusan untuk memberi persetujuan atau penolakan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan secara indepen, tanpa tekanan atau
paksaan yang harus dihormati oleh dokter.
Hak atas Informasi: Hak atas informasi adalah hak pasien untuk
mendapatkan informasi yang sejelas jelasnya sebelum memutuskan suatu
Tindakan untuk dirinya.

Berdasarkan UU Rumah Sakit Pasien berhak mendapat Informasi yang meliputi :


o Penyakit yang diderita
o Tindakan Medik apa yang hendak dilakukan
o Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
o Alternative terapi lainnya
o Prognosanya
o Perkiraan biaya pengobatannya

b. Bagaimana implementasi informed consent di Indonesia? Siapa yang


‘umumnya’ menerima informasi? Siapa pula yang ‘umumnya’ memberikan
persetujuan? Mengapa demikian? Jelaskan pendapat Anda
Pelaksanaan informed consent di Indonesia belum optimal, Penyampaian
informasi lebih banyak kepada keluarga dari pada pasien, disamping itu umumnya
keluarga yang ditonjolkan orang yang mengantar

c. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, siapa yang berhak


memberikan izin, apabila pasien akan menjalani tindakan operatif ?
Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya.
Berdasarkan Permenkes 290 Tahun 2008
Pasal 1.
Ayat 1: Persetujuan Tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
Ayat 2: Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak
anak kandung atau saudara saudara kandung.

Jadi berdasarkan uraian diatas jika pasien kompeten maka dapat ditekan oleh
pasien sendiri, tapi jika pasien tidak kompeten atau meragukan maka di
tandatangani oleh keluarga terdekat sesuai urutan diatas.

3. Rekam Medis dan Rahasia Medis


a. Apakah Rekam Medis ?
Permenkes 269 Tahun 2008 Pasal 1 dan Permenkes No 24 Tahun 2022 Pasal 1.
  rekam medis dapat diartikan sebagai berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Pengumpulan data rekam medis
dilakukan mulai pasien diterima hingga keluar dari rumah sakit dengan segala
macam tindakan maupun pengobatan yang diberikan.
b. Sebutkan dasar hukum pengaturan rekam medis
Permenkes 269 Tahun 2008 dan Permenkes No 24 Tahun 2022
c. Bagaimana hubungan antara Rekam Medis dan Rahasia Medis?
Berdasarkan penjelasan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit bahwa yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran”
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang ditemukan oleh dokter
dan dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang
dimiliki pasien dan bersifat rahasia. Berdasarkan uraian definisi rahasia
kedokteran tersebut maka rahasia kedokteran juga berkaitan dengan rekam medis
pasien.
Adapun menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran bahwa rahasia kedokteran
adalah data dan informasi tentang kesehatan seseorang yang diperoleh tenaga
kesehatan pada waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya. Berdasarkan uraian
definisi rahasia kedokteran di atas maka rahasia kedokteran juga berkaitan dengan
rekam medis pasien.

d. Bagaimana rahasia medis di era pandemi Covid? Jelaskan


Kerahasiaan data pasien diatur dalam 4 Undang-Undang dan 1 Peraturan
Menteri. Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan jika
mengungkap identitas orang terinfeksi virus Covid-19 tidak bertentangan dengan
hukum.
Pasal 57 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 (UU Kesehatan):
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi tidak berlaku
dalam hal:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut.
Pasal 48 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (UU Praktik Kedokteran):
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 73 UU 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (UU Tenaga
Kesehatan):
(1) Setiap Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan wajib
menyimpan rahasia kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
(2) Rahasia kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan, pemenuhan
permintaan aparatur penegak hukum bagi kepentingan penegakan hukum,
permintaan Penerima Pelayanan Kesehatan sendiri, atau pemenuhan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang rahasia kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 (UU Rumah Sakit)
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien,
untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2012 Tentang Rahasia Kedokteran:
(1) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.
Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 9:
(1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik
atau disiplin diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum dilakukan
tanpa membuka identitas pasien.
(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. audit medis
b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular
c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang
akan datang; dan
e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat
(5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka
kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Undang-Undang Praktik Kedokteran, Tenaga Kesehatan dan Rumah Sakit
mengamatkan bahwa terhadap ketentuan rahasia pasien diatur lebih lanjut oleh
Peraturan Menteri (Lex Specialis).
Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, untuk kemaslahatan dan kepentingan
umum maka membuka rahasia kedokteran dalam kondisi sekarang diperbolehkan
dan tidak bertentangan dengan hukum positif peraturan perundang-undangan. Ini
untuk kepentingan umum yang kondisinya sudah terjadi pandemi yang
mengancam kesehatan masyarakat. Dengan dibukanya identitas pasien kapada
publik, pemerintah melalui satuan tugas penanganan Covid-19 bisa lebih efektif
melakukan contact tracing kepada siapapun yang diduga akan terjangkit Covid-
19. Mengungkap data pasien itu termasuk nama hingga dimana tempat tinggalnya
jadi hal sangat penting dan mempermudah ketika melakukan contact tracing.

Anda mungkin juga menyukai