Anda di halaman 1dari 10

INFORMED

CONSENT
KELOMPOK
1. MOHAMAD EKAPUTRA
2. DAVID SULEMAN
3. DEVIA HUNTUA
4. FAUZIA NGADI
5. FERAWATY PADU
6. ISBAT
7. MARGARETHA HUSAIN
8. MELINDA NOHO
9. NOPRIZAL BIYA
10. SANTI YAHYA
11. SRI FATRAWATY A. INOMBI
12. UYON LALODA
13. VITRIANA DASIR
14. ZAWAD MANSYUR
A. Pengertian Informed Consent
 Informed Consent adalah istilah yang telah
diterjemahkan dan lebih sering disebut dengan
Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah,
Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu :
Informed dan Consent. Informed berarti telah
mendapatinformasi/penjelasan/keterangan.
Consent berarti memberi persetujuan atau
mengizinkan.
B. Tujuan Informed Consent
 Memberikan perlindungan hukum kepada pasien
sebagai pengguna jasa medis dari segala tindakan
dokter yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dan
melindungi pasien dari malpraktek yang disebabkan
karena adanya kesalahan yang dilakukan oleh dokter
dalam tindakan kedokteran yang mengakibatkan
kerugian bagi pasien.
 Memberikan perlindungan hukum kepada dokter yang
telah menjalankan tindakan medis sesuai dengan
standar pelayanan kedokteran apabila terjadi suatu
kegagalan medis.
C. Fungsi Informed Consent

 Fungsi informed consent secara umum adalah:


1. Proteksi dari pasien dan subyek;
2. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
3. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi terhadap
diri sendiri;
4. Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
5. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai
social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
 
 Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan / tujuannya dibagi tiga, yaitu:
1. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek penelitian)
2. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis;
3. Yang bertujuan untuk terapi.
D. Bentuk Informed Consent
1. Implied Constructive Consent (keadaan normal)
Persetujuan yang diberikan kepada pasien secara tersirat dan tanpa pernyataan tegas.
Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien.
2. Implied Emergency Consent (keadan gawat)
Apabila pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) sedang dokter memerlukan
tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan
dan keluarganya pun tidak ditempat. Maka dokter dapat melakukan tindakan medik
terbaik menurut dokter. Misalnya kasus pada pasien yang mengalami sesak nafas atau
gagal jantung.
3. Expressed Consent
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih
dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian
sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan
supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
E. Tata Laksana Informed
 Consent
Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent
secara tertulis yang ditandatangani oleh pasien sebelum
dilakukannya tindakan medik tertentu itu, dilakukan di
sarana kesehatan yaitu di Rumah Sakit atau Klinik, karena
erat kaitannya dengan pendokumentasiannya ke dalam
catatan medik (Medical Record). Hal ini disebabkan,
Rumah Sakit atau Klinik tempat dilakukannya tindakan
medik tersebut, selain harus memenuhi standar
pelayanan rumah sakit juga harus memenuhi standar
pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam
keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993
Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
F. Ruang Lingkup Informed
Consent
Pasien memiliki hak atas informasi tentang kecurigaan dokter akan adanya
penyakit tertentu walaupun hasil pemeriksaan yang telah dilakukan inkonklusif. Hak-
hak pasien dalam pemberian informed consent adalah:
1. Hak atas informasi
2. Hak atas persetujuan
G. Dasar Hukum Informed Consent
 Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa
tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran
Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari
ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum pidana maupun hukum
administrasi, sepanjang hal itu dapat diterapkan.
 Pada pelaksanaan tindakan medis, masalah etik dan hukum perdata,
tolok ukur yang digunakan adalah “kesalahan kecil” (culpa levis),
sehingga jika terjadi kesalahan kecil dalam tindakan medis yang
merugikan pasien, maka sudah dapat dimintakan
pertanggungjawabannya secara hukum. Hal ini disebabkan pada
hukum perdata secara umum berlaku pada “barang siapa merugikan
orang lain harus memberikan ganti rugi”.Sedangkan pada masalah
hukum pidana, tolak ukur yang dipergunakan adalah “kesalahan berat”
(culpa lata).
H. Sanksi Hukum Informed Consent
1. Sanksi Pidana
Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda tajam tanpa
persetujuan pasien dipersamakan dengan adanya penganiayaan yang dapat
dijerat Pasal 351 KUHP
2. Sanksi Perdata
Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan kerugian dapat
digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHPer
3. Sanksi Administratif
Pasal 13 pertindik mengatur bahwa Terhadap dokter yang melakukan tindakan
medis tanpa persetujuan pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi
administrative berupa pencabutan izin praktik.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai