NO : 109/PER/DIR/RST/VII/2019
TENTANG
PANDUAN INFORMED CONSENT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat penting dalam setiap
pelaksanaan tindakan medis di rumah sakit baik untuk kepentingan dokter maupun pasien. Persetujuan tindakan
adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi
yang lengkap, termasuk risiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi yang telah diberikan oleh dokter.
Oleh karena itu, persetujuan tindakan adalah pertukaran antara klien dan dokter. Biasanya, klien
menandatangani formulir yang disediakan oleh institusi. Formulir itu adalah suatu catatan mengenai persetujuan
tindakan.
Mendapatkan persetujuan tindakan untuk terapi medis dan bedah spesifik adalah tanggung jawab dokter.
Meskipun tanggung jawab ini didelegasikan kepada perawat di beberapa institusi dan tidak terdapat hukum
yang melarang perawat untuk menjadi bagian dalam proses pemberian informasi tersebut.
Menurut Jusuf Hanifah (1999), informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter
setelah diberi penjelasan. Dalam praktiknya, seringkali istilah informed consent disamakan dengan surat izin
operasi (SIO) yang diberikan oleh tenaga kesehtan kepada keluarga sebelum seorang pasien dioperasi, dan
dianggap sebagai persetujuan tertulis. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa informed consent bukan sekedar
formulir persetujuan yang didapat dari pasien, juga bukan sekedar tanda tangan keluarga, namun merupakan
proses komuniksi. Inti dari informed consent adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien,
sedangkan formulir hanya merupkan pendokumentasian hasil kesepakatan. sehingga secara keseluruhan dapat
diartikan bahwa telah mendapat penjelasan tentang tindakan apa yang akan dilakukan oleh petugas medis dan
telah disetujui oleh keluarga dengan ditandai oleh penandatanganan surat persetujuan tindakan medis.
Dengan mengingat bahwa ilmu kedokteran atau kedokteran gigi bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat berbeda beda dari satu kasus ke kasus lainnya. Sebagai masyarakat yang beragama, perlu
juga disadari bahwa keberhasilan tersebut ditentukan oleh izin Tuhan Yang Maha Esa.
B. Pengertian
1. Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan informasi dan consent berarti
persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan
setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan
informasi yang cukup tentang kedokteran yang dimaksud.
2. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
akan dilakukan terhadap pasien.
3. Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut Tindakan Kedokteran, adalah suatu
tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
C. Tujuan
tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat
mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil
keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna
apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil
keputusan yang tepat.
D. Peran dan manfaat Informed consent yang sangat penting dalam penyelenggaraan praktik,yaitu :
1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak langsung terjalin
kerjasama antara tenaga medis dan pasien atau keluarga pasien sehingga memperlancar tindakan yang
akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan medis yang tepat dan segera,
akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena pasien memiliki pemahaman yang
cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar, efek samping
dan komplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang cepat
5. Melindungi tenaga medis dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis menimbulkan masalah,
tenaga medis memiliki bukti tertulis tentang persetujuan pasien.
K. Penolakan Pemeriksaan/Tindakan
Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak mereka untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan, maka meski pasien yang kompeten (dia memahami informasi, menahannya dan
mempercayainya dan mampu membuat keputusan) berhak untuk menolak suatu pemeriksaan atau tindakan
kedokteran, meskipun keputusan pasien tersebut terkesan tidak logis.
Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang konsekuensi dari keputusan mereka, kalau
hal seperti ini terjadi dan bila konsekuensi penolakan tersebut berakibat serius maka keputusan tersebut harus
didiskusikan dengan pasien, tidak dengan maksud untuk mengubah pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi
situasinya.
Untuk itu perlu dicek kembali apakah pasien telah mengerti informasi tentang keadaan pasien, tindakan atau
pengobatan, serta semua kemungkinan efek sampingnya karena RS harus memberitahukan pasien dan
keluarganya tentang tanggung jawab mereka berkaitan dengan keputusan tersebut sehingga tidak akan terjadi
salahnya pengambilan keputusan. Kenyataan adanya penolakan pasien terhadap rencana pengobatan yang
terkesan tidak rasional bukan merupakan alasan untuk mempertanyakan kompetensi pasien. Meskipun
demikian, suatu penolakan dapat mengakibatkan dokter meneliti kembali kapasitasnya, apabila terdapat
keganjilan keputusan tersebut dibandingkan dengan keputusan-keputusan sebelumnya. Dalam setiap masalah
seperti ini rincian setiap diskusi harus secara jelas didokumentasikan dengan baik serta rumah sakit
memberitahukan pasien dan keluarganya tentang tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan, jika
keputusan menolak masih tetap dipilih.
M. Jenis Tindakan Yang Memerlukan Persetujuan Tindakan Medis atau Informed Consent
Secara garis besar, hal-hal berikut harus dimintakan persetujuan khusus atau Informed Consent :
1. Prosedur bedah atau Invasit
2. Anastesi termasuk sedasi
3. Pemakaian darah dan produk darah
4. Tindakan serta prosedur lain serta pengobatan dengan resiko tinggi, termasuk, tapi tidak terbatas pada :
BAB III
KEBIJAKAN
B. Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien harus mencakup:
1. Pemberi penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.
2. Penjelasan yang akan disampaikan yang memuat lima hal yaitu:
Berdasarkan Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang selayaknya
diberikan kepada pasien, yaitu :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
E. Alur :
1. Pasien dinyatakan harus dilakukan tindakan medis.
2. Dokter menuliskan dan menjelaskan informasi apa yang harus disampaikan kepada pasien dan atau
keluarga pasien terkait tentang tindakan medis yang akan dilakukan pada Lembar Pemberian Informasi,
meliputi :
3. Dokter menandatangani Lembar Pemberian Informasi sebagai pemberi informasi.
a. Kondisi pasien
b. Nama individu yang memberikan informasi (pasien atau keluarga paaien mengenal nama dokter dan
praktisi yang memberikan pelayanan kesehatan)
c. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
d. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
e. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
f. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
g. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Pasien dan atau keluarga menandatangani Lembar Pemberian Informasi sebagai penerima informasi.
5. Setelah Dokter dan pasien/keluarga menandatangani lembar informasi, maka berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarganya untuk berdiskusi dalam pengambilan keputusan.
6. Keputusan pasiendan atau keluarga pasien :
a. Jika pasien dan atau keluarga tidak setuju atau menolak atas tindakan yang akan
diberikan maka pasien menandatangani Lembar Penolakan Tindakan Medis.
b. Jika pasien dan atau setuju atas tindakan yang akan diberikan maka pasien
menandatangani Lembar Persetujuan Tindakan Medis.
7. Petugas menyimpan lembar Informed Consent tersebut pada berkas rekam medis.