ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan
Persetujuan Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Umum Budi Asta ini dapat
selesai disusun. Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang
terkait dalam memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Umum Budi
Asta.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.Umum....................................................................................................... 1
2.Definisi ..................................................................................................... 1
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter untuk
meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien)
hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh
seorang (pasien) yang bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam
pelayanan kedokteran, tidak seorangpun yang dapat memastikan
keadaan hasil akhir dari diselenggarakannya pelayanan kedokteran
tersebut (uncertainty result), dan karena itu tidak etis jika sifatnya
jika penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan
lain hal, tidak dapat atau tidak bersedia menerima tindakan
kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolakan tersebut
tidak membahayakan orang lain, harus dihormati.
b. Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan
berhasil guna apabila terjalin kerjasama yang baik antara dokter
dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi. Dalam
rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan ketentuan
yang mengatur tentang perjanjian antara dokter dengan pasien.
Pasien menyetujui (consent) atau menolak, adalah merupakan hak
pribadinya yang tidak boleh dilanggar, setelah mendapat informasi
dari dokter terhadap hal-hal yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang diberikan
kepadanya.
c. Persetujuan Tindakan Kedokteran terdiri dari 2 kategori yaitu
Persetujuan Umum (General Consent) dan Persetujuan Tindakan
Khusus (Informed Consent).
2. Pengertian.
a. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadap pasien.
b. General Consent adalah Persetujuan terhadap tindakan
kedokteran yang bersifat umum dan tidak mengandung resiko
tinggi.
1
a. Informed Consent terdiri dari kata Informed yang berarti
telah mendapatkan informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang
dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah
pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang dimaksud.
Ayah :
Ayah Kandung
Termasuk “Ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan
berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum
adat.
Ibu :
Ibu Kandung
Termasuk “Ibu” adalah Ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat
Suami :
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Istri :
Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan
seorang laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri
persetujuan / penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari
mereka.
2
e. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang
lain yang belum dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan
perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum menggantikan
kedudukan orang tua.
f. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Umum
a. Panduan informed consent ini harus diterapkan kepada semua
pasien baik rawat jalan, rawat inap, maupun dalam hal tindakan-tindakan
khusus seperti tindakan operatif, anastesi, transfusi darah, serta tindakan
lainnya.
b. Pelaksana informed consent adalah staf rumah sakit yang terlatih
dalam bahasa yang dipahami oleh pasien atau keluarga.
2. Prinsip.
Bentuk informed consent, Ada dua bentuk informed consent, yaitu:
a. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
1) Keadaan normal
2) Keadaan darurat
b. Dinyatakan (Expressed consent)
1) Lisan
2) Tulisan
4
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara
tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter
dari sikap dan tindakan pasien.Umumnya tindakan dokter disini adalah
tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum.Misalnya
pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan suntikan
pada pasien, dan melakukan penjahitan. Sebetulnya persetujuan jenis ini
tidak termasuk informed consent dalam arti murni karena tidak ada
penjelasan sebelumnya, hal ini dapat dikelompokkan dalam General
Consent.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan
gawat darurat (emergency) sedang dokter memerlukan tindakan segera,
sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan
keluarganya pun tidak di tempat, dokter dapat melakukan tindakan medik
terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal 11). Jenis
persetujuan ini disebut sebagai Presumed consent. Artinya bila dalam
keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
dokter.
c. Paramedis
1) Bertanggung jawab mengingatkan dokter, pasien, dan
keluarga pasien tentang general consent dan informed consent.
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
c. Pertugas harus memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga
untuk membaca dan mempelajari isi General Consent.
8
1) Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan
untuk tindakan kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The
Consent must be for what will be actually performied).
9
8) Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah
tindakan kedokteran.
10
3) Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan
dilakukannya tindakan kedokteran.
11
3) Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan
sebelumnya (unforeseeable).
12
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung
3) Induk Semang
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara – Saudara Kandung
13
Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak
mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
b. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang
berhak memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan
kedokteran adalah orang tua, keluarga, wali atau kuratornya.
c. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut
sertakan menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk
tindakan keluarga berencana yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi
atau vasektomi.
14
g. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut)
setiap saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai
pada tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
15
BAB IV
DOKUMENTASI
16