Anda di halaman 1dari 11

Lampiran : Keputusan Direktur RS Permata Keluarga

Jababeka
Nomor : 026/SK-DIR/RSPKJ/IV/2022
Tanggal : 1 April 2022
Tentang : Pemberlakuan Panduan Hak Pasien dan
Keluarga (HPK)

PANDUAN PERSETUJUAN UMUM (GENERAL CONCENT)


BAB I
DEFINISI

A..Pengertian
General Consent berasal dari dua kalimat, yaitu general yang artinya
seluruh,semua, umumnya. Consentartinya persetujuan yang diberikan kepada
seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian general consent adalah
persetujuan yang diberikan pasien secara umum.
Dalam ketentuan umum Permenkes RI Nomor 290 Tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran. Yang dimaksud dengan persetujuan
tindakan medik atau informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan staf yang terlatih mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.Dalam
pelaksanaan persetujuan tindakan dapat dikelompokkan dua kategori, yaitu
general consent(persetujuan umum) dan informed consent (persetujuan
khusus)
B.Tujuan
1. Terjadinya proses komunikasi antara dokter dan pasien sehingga
tercapai kesepakatan sebagai dasar dari seluruh proses pelayanan
kesehatan yang akan dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
2. Dapat dilaksanakannya hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pasien
sehingga pasien dapat meneriman atau menolak pengobatan
BAB II
RUANG LINGKUP

General consent diterapkan kepada semua pasien baik di instalasi rawat jalan dan
instalasi rawat inap General Consent dibuat saat pasien tersebut pertama berobat
di rumah sakit dan saat pasien akan di rawat inap. Berisi pernyataan yang
bersifat umum antara lain pasien memahami bahwa rumah sakit tidak
bertanggung jawab dengan barang milik pasien, pasien bersedia dilakukan
tindakan medik non operatif dan mentaati ketentuan di Rumah Permata Keluarga
Jababeka.
BAB III
TATA LAKSANA

Panduan general consent harus diterapkan kepada semua pasien baik


rawat jalan, rawat inap, maupun dalam hal tindakan tindakan khusus
seperti tindakan operatif, anastesi, transfusi darah, serta tindakan lainnya.
Pelaksana general consent adalah staf rumah sakit yang terlatih dalam
bahasa yang dipahami oleh pasien atau keluarga.
infond consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat,
tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap
dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan yang
biasa dilakukan atau sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah
untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan suntikan pada pasien, dan
melakukan penjahitan. Sebetulnya persetujuan jenis ini tidak termasuk
informed consent adalah arti murni karena tidak ada penjelasan sebelumnya,
hal ini dapat dikelompokkan dalam general consent.
Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan
atau tulisan. Bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan
yang biasa. Dalam keadaaan demikian, sebaiknya kepada pasien disampaikan
terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi
salah pengertian. Misalnya, pemeriksaan dlam rektal atau pemeriksaan dalam
vaginal, mencabut kuku dan tindakan lainyang melebihi prosedur pemeriksaan dan
tindakan umum. Pada saat ini, belum diperlukan pernyataan tertulis. Persetujuan
secara lisan sudah mencukupi.Namun, bila tindakan yang akan dilakukan
mengandung risiko seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan
pengobatan yang invasif. Sebaiknya didapatkan informed consentsecara tertulis.
Seperti dikemukakan sebelumnya, oleh kalangan kesehatan atau rumah sakit, surat
pernyataan pasien atau keluarga inilah yang disebut informed consent
1. Informasi
Bagian yang terpenting dalam pembicaraan mengenai general
consenttentulah mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan
kepada pasien atau keluarga. Masalahnya adalah informasi mengenai apa (what)
yang perlu disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus
menyampaikan (who), dan informasi mana (which) yang perlu disampaikan..
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed consent,
dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan
kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta. Jadi informasi harus
disampaikan.
Mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya
prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan
lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Hal ini mencakup
bentuk, tujuan, risiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif
terapi.
Penyampaian materi haruslah secara lisan. Penyampaian formulir untuk
ditandatangani pasien atau keluarga tanpa penjelasan dan pembahasan
secara lisan dengan pasien/keluarga tidaklah memenuhi persyaratan.
Mengenai kapan (when) disampaikan, bergantung pada waktu yang
tersedia setelah dokter memutuskan akan melakukan tindakan invasif
dimaksud. Pasien atau keluarga pasien harus diberi waktu yang cukup untuk
menentukan kepuasannya.
Yang menyampaikan (who) informasi, bergantung pada jenis tindakan
yang akan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan
tindakan invasif lainnya haru diberikan oleh dokter yang akan melakukan
tindakan. Dalam keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain atas
sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Bila bukan
tindakan bedah atau invasif sifatnya, dapat disampaikan oleh
dokter lain ataupun perawat.
Penyampaian informasi ini memerlukan kebijaksanaan dari dokter yang
akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk untuk itu dan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi pasien. Mengenai informasi
mana (which) yang harus disampaikan dalam Permenkes dijelaskan
haruslah selengkap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
Bila perlu, informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien.
Dalam UUPK tentang persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi, informasi atau penjelasan ini dinyatakan bahwa dalammemberikan
penjelasan sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakna yang dilakukan.
2. Persetujuan
Inti dari persetujuan adalah persetujuan haruslah didapat sesudah pasien
mendapat informasi yang akurat. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa yang
berhak memberikan persetujuan adalah pasien yang sudah dewasa (telah
berumur 21 tahun atau telah menikah)dan dalam keadaan sehat mental.
Dalam banyak general consent yang ada selama ini, penandatanganan
persetujuan ini lebih sering dilakukan oleh keluarga pasien. Hal ini mungkin
berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan mental pasien sehingga beban
demikian diambil alih oleh keluarga pasien atau atas alasan lain.
Untuk pasien dibawah umur 21tahun, dan pasien gangguan jiwa yang
menandatangani adalah orang tua/wali/keluarga terdekat atau induk semang.
Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat daruratyang
memerlukan tindakan medik segera, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun
(pasal 11 bab IV Permenkes No. 585).Persetujuan secara khusus dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu persetujuan umum (general consent) dan
persetujuan khusus (informed consent)
a. General Consent dibuat saat pasien tersebut pertama berobat di rumah sakit
dan saat pasien akan di rawat inap. Berisi pernyataan yang bersifat
umum antara lain pasien memahami bahwa rumah sakit tidak
bertanggung jawab dengan barang milik pasien, pasien bersedia dilakukan
tindkana medik non operatif dan mentaati ketentuan permata keluarga
jababeka.
b. Informed consent di saat-saat pasien akan dilakukan tindakan khusus
seperti tindakan operasi, tindakan anastesi, transfusi, dan sebagainya.
1. Penolakan
Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik
yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian, kalangan dokter maupun
kalangan kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga
mempunyai hak untuk menolakusultindakan yang akan dilakukan. Ini disebut
sebagai informed refusal.
Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjurannya,
walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian
pada pasien. Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternatif
tindakan yang diperlukan, untuk keamanan di kemudian hari, sebaiknya dokter atau
rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat
penolakan terhadap anjuran tindakan medik yang diperlukan.
Dalam kaitan transaksi terapeutik dokter dengan pasien, pernyataan penolakan
pasien atau keluarga ini dianggap sebagai pemutusan transaksi terapeutik.
Dengan demikian, apa yang terjadi dikemudian hari tidak menjadi tanggung
jawab dokter atau rumah sakit lagi.
2. Kewajiban dan tanggung jawab
1. Staff administrasi Memahami dan menerapkan ketentuan tentang
general consent, menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
tujuan dari pembuatan general consentmaupun informed consent.
Pastikan bahwa pasien dan keluarga dapat memahami tentang
kegunaan general consentdan informed consentdan ditindaklanjuti
kelengkapan administrasi lainnya.
2. Dokter penangguung jawab pasien (DPJP)
a. DPJP bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang
persetujuan tindakan medik (informed consent)
b. DPJP menjelaskan sampai pasien dapat memahami dan menerima
atau menolak informed consent
c. Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya
informed consent dari pasien atau keluarga dapat dikenakan sanksi
administratif tanpa pencabutan surat ijin praktik.
3. Paramedis
a. Bertanggung jawab mengingatkan dokter, pasien, dan keluarga
pasien tentang general consent dan informed consent.
b. Cek kelengkapan dalam status pasien setiap akan dilakukan
tindakan.
c. Koordinasikan dengan staff terkait untuk kelengkapandokumen
general consent dan informed consent

4. Kepala instalasi, para kasi, kapol, dan ka ruangan


a Pastikan seluruh staff di unit kerjanya memahami prosedur
pembuatan general consentdan informed consent
b. Pastikan bahwa prosedur pembuatan general consent dan informed
consent dilakukan di unit kerja masing-masing secara berlanjut
dan berkesinambungan sesuai ketentuan.
A. Prosedur general consent(persetujuan umum)
1. Semua pasien harus membuat atau mengisi formulir general consent
(persetujuan tindakan umum) saat pertama berobat di Rumah Sakit Ibu dan
anak Pasutri dan atau saat akan masuk perawatan inap
2. General consentdibuat saat pasien mendaftar diloket pendaftaran rekam
medik.
3. Petugas pendaftaran harus memberikan kesempatan kepada pasien atau
keluarga untuk membaca dan mempelajari isi dari general consent.
4. Petugas harus memberikan informasi yang jelas menggunakan bahasa
yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis sehingga pasien atau
keluarga mampu memahami isi dari general consent
5. Pasien dengan indikasi gawat darurat, pembuatan general consentdapat
dilaksanakan setelah kegawatdaruratan dapat diatasi.
6 Kepada pasien atau keluarga pasien yang tidak bisa baca tulis.
Petugas pendaftaran harus membacakan isi dari general consentdan
menjelaskan tujuan dibuatnya general consent. Setelah mengerti baru
pasien atau keluarganya bisa membuat cap jempol.
B. Tindakan umum dalam general consent
1. Pemberian obat
2. Tindakan EKG
3. Pemeriksaan radiologi tanpa kontras (CT scan, rontgen, dan sebagainya)
4. Melepaskan informasi
5. Pengambilan sampel (darah, tinja, urin, dan sebagainya)
6. Pemasangan Infus
7. Pemasangan NGT/OGT
8. Pemasangan Kateter

C. Informed consent(persetujuan khusus)


1. Pernyataan persetujuan dari pasien melalui suatu proses yang ditetapkan
oleh rumah sakit dan dilaksanakan oleh staff yang terlatih dalam
bahasa yang dipahami pasien.
2 .Pemberi informasi adalah tanggung jawab dokter yang merawat atau
memeriksa dan operator, harus dipastikan bahwa persetujuan tersebut
diperoleh secara benar dan layak.
3. Dokter dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan
persetujuan tetapi tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi
delegasi.
D. Tindakan khusus dan informed consent
1. Tindakan operasi
2. Tindakan anastesi
3. Penggunaan darah atau produk darah
4. Tindakan pengobatan lainnya yang berisiko tinggi
5. Pemeriksaan radiologi dengan kontras
E. Yang berhak memberikan persetujuan
1. Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa berada dalam keadaan sadar
dan sehat mental.
2. Pasien dewasa adalah yang telah berumur 18 (delapan belas ) tahun atau
setelah menikah.
3 Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatele),
persetujuan diberikan oleh wali/curator.
4. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan
diberikan oleh orang tua/wali/curator.
5. Bagi pasien dibawah umur 18 (delapan belas ) tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali dan atau orang tua wali/berhalangan, persetujuan diberikan
oleh keluarga atau induk semang.
6. Dalam hal pasien tidak sadar atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan
atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun.

F. Informasi kepada pasien atau keluarga


1. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik
diminta maupun tidak diminta.
2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
3. Dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut
kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seoang perawat atau
paramedik lainnya sebagai saksi.
4. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian daripada
tindakan medic yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapetik.
5. Informasi diberikan secara lisan.
6. Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai
bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
7. Dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut
kepada keluarga pasien terdekat.
8. Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive
lainnya, informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan
operasi tersebut.
9. Dalamkeadaan tertentu dimana tidak ada dokter, informasi yang harus
diberikan oleh dokter lain dengan pengetahuan atau petunjuk dokter
yang bertanggung jawab.
10. Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan tidak invasif
lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat,
dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
11. Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.
12. Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
13. Setelah perluasan operasi dilakukan, dokter harus memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya.

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kesiapan formulir general consentdan informed consent


1. Formulir general consentdan informed consentdisediakan oleh staff Rumah
permata keluarga jababeka sesusai tugas pokoknya berdasarkan
ketentuan di Rumah permata keluarga jababeka
2. Formulir general consentdan informed consent yang sudah ditandatangani
oleh pasien disimpan dalam status pasien.
3. Setiap petugas yang menemukan adanya ketidak lengkapan tentang
general consent dan informed consentsegera melapor kepada kepala
poliklinik atau kepala ruangan.
4. Kepala poliklinik atau kepala ruangan segera menindak lanjuti laporan
tersebut untuk melengkapi formulir general consentdan informed
consentdalam status pasien.
5. Pastikan bahwa formulir general consentdan informed consentsudah
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga dan oleh petugas rumah sakit.
6. General consentdan informed consent adalah salah satu dokumen medis
yang penting dan harus ada dalam rekam medis.
BAB V
PENUTUP

Demikian Panduan Persetujuan Umum di Rumah Sakit Permata Keluarga Jababeka


ini dibuat demi kelancaran dan ketertiban proses pelayanan. Bila mana
ada perkembangan dan perbaikan terhadap panduan ini, maka dapat dilakukan
koreksi demi kemajuan pelayanan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai