Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PERSETUJUAN UMUM

GENERAL CONSENT

RSIA Melati Magetan


Jl. A. Yani No. 90 Magetan No. Telp (0351) 895451
E-Mail : rsia.melati.mgt@gmail.com

i
KATA PENGANTAR

Undang-undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29


menyebutukan bahwa Rumah Sakit berkewajiban untuk memenuhi hak pasien dan
mengedepankan patient satisfaction. Oleh sebab itu disusunlah Panduan Persetujuan
Umum yang bertujuan memberikan prosedur memenuhi hak pasien secara seragam di
seluruh rumah sakit.

Panduan Persetujuan Umum Mendapatkan Informasi Tentang Kondisi dan


Rencana Asuhan ini adalah prosedur rumah sakit dalam merespon kebutuhan pasien
dengan standar baku yang telah di tetapkan oleh manajemen rumah sakit, dimana
prosedur ini harus dipatuhi oleh semua unit pelayanan di lingkungan RSIA Melati
Magetan. Panduan ini bertujuan untuk meningkatkan patient safety, kepuasan pasien
serta meningkatkan mutu pelayanan.

ii
DAFTAR ISI

COVER PANDUAN ……………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I DEFINISI ………………………………………………………….. 1
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………. 1
B. TUJUAN …………………………………………………………….. 1
BAB II RUANG LINGKUP …………………………………………….. 2
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………… 3
BAB IV DOKUMENTASI ……………..……………………………….. 10

iii
BAB I

DEFINISI

A. LATAR BELAKANG
General Consent berasal dari dua kalimat, yaitu general yang artinya seluruh,
semua, umumnya. Consent artinya persetujuan yang diberikan kepada seseorang
untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian general consent adalah persetujuan yang
diberikan pasien secara umum.
Dalam ketentuan umum Permenkes RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989
tentang persetujuan tindakan medik. Yang dimaksud dengan persetujuan tindakan
medik atau informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan staf yang terlatih mengenai tindakan medik yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Dalam pelaksanaan persetujuan tindakan dapat dikelompokkan dua kategori,
yaitu general consent (persetujuan umum) dan informed consent (persetujuan
khusus).

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Panduan ini bertujuan agar dijadikana acuan bagi seluruh dokter dan
seluruh tenaga kesehatan di RSIA MELATI Magetan dalam melaksanakan
ketentuan tentang persetujuan tindakan kedokteran.
2. TUJUAN KHUSUS
a) Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan kedokteran
yang beresiko tinggi.
b) Memberikan perlindungan terhadap petugas kesehatan terhadap tindakan
kedokteran yang beresiko.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

General consent diterapkan kepada semua pasien baik di instalasi rawat jalan
dan instalasi rawat inap. General Consent dibuat saat pasien tersebut pertama berobat
di rumah sakit dan saat pasien akan di rawat inap. Berisi pernyataan yang bersifat
umum antara lain pasien memahami bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab
dengan barang milik pasien, pasien bersedia dilakukan tindkana medik non operatif
dan mentaati ketentuan di Rumah Sakit ibu dan Anak Melati Magetan.

2
BAB III
TATA LAKSANA

Panduan general consent ini harus diterapkan kepada semua pasien baik rawat
jalan, rawat inap, maupun dalam hal tindakan-tindakan khusus seperti tindakan
operatif, anastesi, transfusi darah, serta tindakan lainnya.
Pelaksana general consent adalah staf rumah sakit yang terlatih dalam bahasa yang
dipahami oleh pasien atau keluarga.
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa
pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan
pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau
sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium,
melakukan suntikan pada pasien, dan melakukan penjahitan. Sebetulnya persetujuan
jenis ini tidak termasuk informed consent dala arti murni karena tidak ada penjelasan
sebelumnya, hal ini dapat dikelompokkan dalam general consent.
Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan.
Bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa.
Dalam keadaaan demikian, sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu
tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
Misalnya, pemeriksaan dlam rektal atau pemeriksaan dalam vaginal, mencabut kuku
dan tindakan lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Pada saat
ini, belum diperlukan pernyataan tertulis. Persetujuan secara lisan sudah mencukupi.
Namun, bila tindakan yang akan dilakukan mengandung risiko seperti tindakan
pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang invasif. Sebaiknya
didapatkan informed consent secara tertulis. Seperti dikemukakan sebelumnya, oleh
kalangan kesehatan atau rumah sakit, surat pernyataan pasien atau keluarga inilah yang
disebut informed consent.
1. Informasi
Bagian yang terpenting dalam pembicaraan mengenai general consent tentulah
mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau
keluarga. Masalahnya adalah informasi mengenai apa (what) yang perlu
disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who),
dan informasi mana (which) yang perlu disampaikan.
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed consent, dinyatakan
bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada

3
pasien/keluarga diminta atau tidak diminta. Jadi informasi harus disampaikan.
Mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya
prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan
lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Hal ini mencakup
bentuk, tujuan, risiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif
terapi. Penyampaian materi haruslah secara lisan. Penyampaian formulir untuk
ditandatangani pasien atau keluarga tanpa penjelasan dan pembahasan secara lisan
dengan pasien/keluarga tidaklah memenuhi persyaratan. Mengenai kapan (when)
disampaikan, bergantung pada waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan
akan melakukan tindakan invasif dimaksud. Pasien atau keluarga pasien harus
diberi waktu yang cukup untuk menentukan kepuasannya.
Yang menyampaikan (who) informasi, bergantung pada jenis tindakan yang
akan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan tindakan
invasif lainnya haru diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan. Dalam
keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain atas sepengetahuan dan petunjuk
dokter yang bertanggung jawab. Bila bukan tindakan bedah atau invasif sifatnya,
dapat disampaikan oleh dokter lain ataupun perawat.
Penyampaian informasi ini memerlukan kebijaksanaan dari dokter yang akan
melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk untuk itu dan disesuaikan
dengan tingkat pendidikan dan kondisi pasien. Mengenai informasi mana (which)
yang harus disampaikan dalam Permenkes dijelaskan haruslah selengkap-
lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi. Bila
perlu, informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien.
Dalam UUPK tentang persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi, informasi atau penjelasan ini dinyatakan bahwa dalam memberikan
penjelasan sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakna yang dilakukan.

4
2. Persetujuan Tindakan Medis
Inti dari persetujuan adalah persetujuan haruslah didapat sesudah pasien
mendapat informasi yang akurat. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa yang
berhak memberikan persetujuan adalah pasien yang sudah dewasa (telah berumur
21 tahun atau telah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Dalam banyak
general consent yang ada selama ini, penandatanganan persetujuan ini lebih sering
dilakukan oleh keluarga pasien. Hal ini mungkin berkaitan dengan kesangsian
terhadap kesiapan mental pasien sehingga beban demikian diambil alih oleh
keluarga pasien atau atas alasan lain. Untuk pasien dibawah umur 21 tahun, dan
pasien gangguan jiwa yang menandatangani adalah orang tua/wali/keluarga
terdekat atau induk semang. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau
pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada
dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medik segera, tidak
diperlukan persetujuan dari siapa pun (pasal 11 bab IV Permenkes No. 585).
Persetujuan secara khusus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu persetujuan
umum (general consent) dan persetujuan khusus (informed consent)
a. General Consent dibuat saat pasien tersebut pertama berobat di rumah sakit
dan saat pasien akan di rawat inap. Berisi pernyataan yang bersifat umum
antara lain pasien memahami bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab
dengan barang milik pasien, pasien bersedia dilakukan tindkana medik non
operatif dan mentaati ketentuan di Rumah Sakit ibu dan Anak Pasutri.
b. Informed consent di saat-saat pasien akan dilakukan tindakan khusus seperti
tindakan operasi, tindakan anastesi, transfusi, dan sebagainya.

3. Penolakan Tindakan Medis


Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan
dilakukan dokter. Dalam situasi demikian, kalangan dokter maupun kalangan
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak
untuk menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Ini disebut sebagai informed
refusal. Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjurannya,
walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada
pasien. Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang
diperlukan, untuk keamanan di kemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit
meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran
tindakan medik yang diperlukan.

5
4. Kewajiban dan tanggung jawab
a. Staff administrasi
Memahami dan menerapkan ketentuan tentang general consent,
menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dari pembuatan
general consent maupun informed consent. Pastikan bahwa pasien dan
keluarga dapat memahami tentang kegunaan general consent dan informed
consent dan ditindaklanjuti kelengkapan administrasi lainnya.
b. Dokter penangguung jawab pasien (DPJP)
1) DPJP bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan
tindakan medik (informed consent)
2) DPJP menjelaskan sampai pasien dapat memahami dan menerima atau
menolak informed consent.
3) Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya informed
consent dari pasien atau keluarga dapat dikenakan sanksi administratif
tanpa pencabutan surat ijin praktik.
c. Paramedis
1) Bertanggung jawab mengingatkan dokter, pasien, dan keluarga pasien
tentang general consent dan informed consent.
2) Cek kelengkapan dalam status pasien setiap akan dilakukan tindakan.
3) Koordinasikan dengan staff terkait untuk kelengkapan dokumen general
consent dan informed consent.
d. Kepala instalasi, para kasi, kapol, dan ka ruangan
1) Pastikan seluruh staff di unit kerjanya memahami prosedur pembuatan
general consent dan informed consent
2) Pastikan bahwa prosedur pembuatan general consent dan informed consent
dilakukan di unit kerja masing-masing secara berlanjut dan
berkesinambungan sesuai ketentuan.
5. Prosedur general consent (persetujuan umum)
a. Semua pasien harus membuat atau mengisi formulir general consent
(persetujuan tindakan umum) saat pertama berobat di Rumah Sakit Ibu dan
anak Pasutri dan atau saat akan masuk perawatan inap
b. General consent dibuat saat pasien mendaftar diloket pendaftaran rekam
medik.
c. Petugas pendaftaran harus memberikan kesempatan kepada pasien atau
keluarga untuk membaca dan mempelajari isi dari general consent.

6
d. Petugas harus memberikan informasi yang jelas menggunakan bahasa yang
sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis sehingga pasien atau keluarga
mampu memahami isi dari general consent
e. Pasien dengan indikasi gawat darurat, pembuatan general consent dapat
dilaksanakan setelah kegawatdaruratan dapat diatasi.
f. Kepada pasien atau keluarga pasien yang tidak bisa baca tulis. Petugas
pendaftaran harus membacakan isi dari general consent dan menjelaskan
tujuan dibuatnya general consent. Setelah mengerti baru pasien atau
keluarganya bisa membuat cap jempol.
6. Tindakan umum dalam general consent
a. Pemberian obat
b. Tindakan EKG
c. Pemeriksaan radiologi tanpa kontras (CT scan, rontgen, dan sebagainya)
d. Melepaskan informasi
e. Pengambilan sampel (darah, tinja, urin, dan sebagainya)
f. Pemasangan Infus
g. Pemasangan NGT/OGT
h. Pemasangan Kateter
7. Informed consent (persetujuan khusus)
a. Pernyataan persetujuan dari pasien melalui suatu proses yang ditetapkan
oleh rumah sakit dan dilaksanakan oleh staff yang terlatih dalam bahasa
yang dipahami pasien.
b. Pemberi informasi adalah tanggung jawab dokter yang merawat atau
memeriksa dan operator, harus dipastikan bahwa persetujuan tersebut
diperoleh secara benar dan layak.
c. Dokter dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan
persetujuan tetapi tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi
delegasi.
8. Tindakan khusus dan informed consent
a. Tindakan operasi
b. Tindakan anastesi
c. Penggunaan darah atau produk darah
d. Tindakan pengobatan lainnya yang berisiko tinggi
e. Pemeriksaan radiologi dengan kontras

7
9. Yang berhak memberikan persetujuan
a. Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa berada dalam keadaan sadar dan
sehat mental.
b. Pasien dewasa adalah yang telah berumur 18 (delapan belas ) tahun atau
setelah menikah.
c. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatele),
persetujuan diberikan oleh wali/curator.
d. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan
oleh orang tua/wali/curator.
e. Bagi pasien dibawah umur 18 (delapan belas ) tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali dan atau orang tua wali/berhalangan, persetujuan diberikan
oleh keluarga atau induk semang.
f. Dalam hal pasien tidak sadar atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau
darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya,
tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun.
10. Informasi kepada pasien atau keluarga
a. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik
diminta maupun tidak diminta.
b. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
c. Dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut
kepda keluarga terdekat dengan didampingi oleh seoang perawat atau
paramedik lainnya sebagai saksi.
d. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian daripada
tindakan medic yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapetik.
e. Informasi diberikan secara lisan.
f. Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai
bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
g. Dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut
kepada keluarga pasien terdekat.
h. Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive lainnya,
informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi
tersebut.

8
i. Dalam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter, informasi yang harus
diberikan oleh dokter lain dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang
bertanggung jawab.
j. Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan tidak invasif
lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat, dengan
pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
k. Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.
l. Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan
untuk menyelamatkan jiwa pasien.
m. Setelah perluasan operasi dilakukan, dokter harus memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya.

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian dokumen terdapat pada :


1. Formulir general consent dan informed consent disediakan oleh staff Rumah
Sakit Ibu dan Anak Melati MAgetan sesusai tugas pokoknya berdasarkan
ketentuan di Rumah Sakit ibu dan Anak Melati Magetan
2. Formulir general consent dan informed consent yang sudah ditandatangani
oleh pasien disimpan dalam status pasien.
3. Setiap petugas yang menemukan adanya ketidak lengkapan tentang general
consent dan informed consent segera melapor kepada kepala poliklinik atau
kepala ruangan.
4. Kepala poliklinik atau kepala ruangan segera menindak lanjuti laporan
tersebut untuk melengkapi formulir general consent dan informed consent
dalam status pasien.
5. Pastikan bahwa formulir general consent dan informed consent sudah
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga dan oleh petugas rumah sakit.
6. General consent dan informed consent adalah salah satu dokumen medis
yang penting dan harus ada dalam rekam medis.

10

Anda mungkin juga menyukai