Nomor : 341/PER/DIR/RSM/R-2/III/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PEMBERIAN PERSETUJUAN TINDAKAN
KEDOKTERAN
DAN PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
DI RUMAH SAKIT MULYA
Menimbang :
a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien di Rumah Sakit Mulya maka
perlu adanya kebijakan yang mengatur tentang Hak Pasien dan Keluarga.
b. Bahwa dalam rangka memenuhi hak pasien dan keluarga tersebut salah satunya
adalah Hak untuk mendapatkan informasi medis dan lainnya yang berkaitan
dengan penyakitnya dan menolak tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien di lingkungan Rumah Sakit Mulya.
Mengingat :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Permenkes No. 4 tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien
c. Peraturan Direktur Rumah Sakit Mulya Nomor : 122/DIR/RSM/R-1/II/2018
tentang Hak Pasien dan Keluarga.
d. Misi Rumah Sakit Mulya memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
prima dan aman dengan berlandaskan prinsip dasar CARE untuk mencapai
kepuasan pasien dan keluarga.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2018 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
f. Undang- Undang Republik Indonesia No.29 tahun 2004 Tentang praktik
Kedokteran.
1
g. Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang- Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Peraturan Direktur Rumah Sakit Mulya tentang Pemberlakuan Panduan
Persetujuan Tindakan Kedokteran dan penolakan tindakan kedokteran
di lingkungan Rumah Sakit Mulya.
Kedua : Pemberlakuan Panduan persetujuan tindakan kedokteran dan penolakan
tindakan kedokteran di lingkungan Rumah Sakit Mulya sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disampaikan kepada
yang terkait untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab.
Keempat : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan
maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 28 Maret 2019
Rumah Sakit Mulya
2
Tembusan :
1. Direktur Utama PT. Rigita Medika Mulya
2. Direktur PT. Rigita Medika Mulya
3. Seluruh Kepala Divisi, Kepala Bidang dan Kepala Bagian Rumah Sakit Mulya
4. Arsip
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Pengertian
Persetujuan Tindakan Medik atau persetujuan tindakan kedokteran dalam profesi
kedokteran adalah persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya. Penolakan tindakan medis adalah penolakan yang
dilakukan oleh pasien/penanngung jawab pasien atas tindakan yang akan diberikan
oleh tenaga medis. Pengisian formulir Persetujuan dan Penolakan Tindakan Medis
diberikan setelah pasien tersebut diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif
tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang
akan dilakukan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari persetujuan tindakan kedokteran ini sendiri adalah :
3
1) Bagi pasien adalah untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung resiko atau akibat yang bakal tidak menyenangkan pasien.
2) Bagi dokter adalah sebagai sarana untuk memperoleh legitimasi (pengesahan)
atas tindakan medis yang akan dilakukan.
3) Terciptanya suatu hubungan hukum antara dokter dan pasien.
4
mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam
pelaksanaan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.
BAB II
TATA LAKSANA
5
sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat dperbolehkan sebagai
orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
b. Bagi pasien dibawah usia 21 tahun, persetujuan atau penolakan tindakan
kedokteran diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut
1) Ayah/Ibu kandung
2) Saudara-saudara kandung
c. Bagi pasien yang dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
3) Induk semang
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan tindakan kedokteran
atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut;
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-saudara kandung
e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) persetujuan
atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali
2) Curator
f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, persetujuan atau penolakan
tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut;
1) Suami/Istri
2) Ayah/Ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara-saudara kandung
6
Seseorang yang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan apabila:
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang
jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yang
cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat
keputusan secara bebas.
Terhadap pasien yang mempunyai kesulitan dalam menahan informasi atau yang
kompetensinya hilang timbul (intermiten), harus diberikan semua bantuan yang
pasien perlukan untuk mencapai pilihan/keputusan yang terinformasi.
Dokumentasikan semua keputusan yang pasien buat saat pasien kompeten, termasuk
diskusi yang terjadi. Setelah beberapa waktu, saat pasien kompeten lagi keputusan
tersebut harus didiskusikan lagi dengan pasien untuk memastikan keputusannya
konsisten.
7
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan darurat medis,
sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak ditemukan, maka
dokter dan Rumah Sakit Mulya dapat melakukan tindakan kedokteran demi
kepentingan terbaik pasien, dalam hal ini penjelasan dapat diberikan kemudian.
8
e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan
darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga
lainnya.
5. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua
resiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang
dilakukan, kecuali;
a. Resiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b. Resiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya
sangat ringan.
c. Resiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
(unforeseeable).
6. Penjelasan tentang prognosis meliputi:
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam)
b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
c. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam)
7. Pada kolom lain-lain dapat dituliskan tambahan informasi yang diperlukan
seperti ruang pasca tindakan, pemberian analgesic paska tindakan
sedasi/anestesi, dll.
8. Penjelasan sebagaimana pengertian diatas harus diberikan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.
9. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada nomor 8 dicatat dan di dokumentasikan
dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan
penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama dan tanda tangan
pemberi penjelasan informasi dan penerima penjelasan.
10. Dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga
terdekat dengan di dampingi oleh seorang tenaga kesehatan lainnya sebagai
saksi.
11. Pasca penjelasan DPJP menanyakan ulang kepada pasien atau penanggung
jawab pasien apakah mengerti atau tidak penjelasan tersebut.
9
12. Hasil dari persetujuan tindakan kedokteran tersebut di dokumentasikan oleh
dokter di formulir persetujuan tindakan kedokteran yang telah disediakan oleh
RS Mulya dan disimpan dalam berkas rekam medis pasien.
10
4. Pemasangan alat bantuan hidup dasar
BAB III
DOKUMENTASI
11
BAB IV
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Jual (2000), Aplikasi Pada Praktek Klinis Diagnosa Keperawatan,
edisi keenam, Jakarta:penerbit Buku Kedokteran, ECG.
13