Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengobatan merupakan suatu upaya seseorang untuk dapat
menyembuhkan dirinya dari suatu penyakit. Dalam proses pelayanan
kefarmasian, seorang Apoteker bertanggung jawab dalam menyediakan
dan menyerahkan obat untuk pasien berdasarkan permintaan yang tertulis
dalam resep dokter. Dalam memenuhi permintaan tersebut diperlukan
pengkajian resep. Pengkajian resep tersebut meliputi pemeriksaan
keaslian resep dan ketepatan isi resep sehingga pelayanan kefarmasian
yang dilakukan oleh Apoteker dapat sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pengkajian resep menurut Permenkes No. 74 tahun 2016
meliputi seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis.
Tujuan dari pengkajian resep adalah untuk menghindari
medication error. medication error adalah kegagalan dalam proses
pengobatan yang berpotensi membahayakan diri pasien dalam proses
pengobatan maupun perawatannya. medication error dapat terjadi pada
tahapan prescribing, transcribing, dispensing, dan anministering. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Beng Yi (2013), kesalahan pengobatan ang
paling umum terdapat pada tahap prescribing. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan resep dengan teliti yang digunakan sebagai
media permintaan obat tertulis dari dokter kepada apoteker untuk pasien.
Menurut WHO (1985) penggunaan obat dikatakan rasional jika
pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu
yang tertentu dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat
(Kemenkes RI, 2011).
Salah satu peresepan dalam penggunaan obat yang rasional
dipuskesmas adalah peresepan obat hipertensi. Hipertensi merupakan
suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat diatas
tekanan darah yang disepakati normal. Hipertensi menjadi salah satu
masalah kesehatan utama bagi masyarakat global. Jumlah kematian di

1
2

dunia akibat hipertensi mencapai 9,4 juta kasus per tahun (WHO,
2013). Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010
dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara
kawasan Amerika menempati posisi bawah dengan jumlah 35%. Di
kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa menderita hipertensi.
Pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan
penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang, dan dua pertiga penderita
hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilakukan upaya yang
tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan
datang, jumlah penderita hipertensi diprediksikan meningkat menjadi
29%, atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia. Di Indonesia, angka
kejadian hipertensi berkisar 6-15% dari 240.000.000 jiwa penduduk
Indonesia dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan (Tedjasukmana, 2012).
Menurut JNC VIII, untuk pasien dengan segala usia dengan atau
tanpa penyakit penyerta untuk semua ras terapi awal sebaiknya
menggunakan diuretik tipe tiazid, ACEI (angiotensin-converting enzyme
inhibitor), ARB (angiotensin receptor blocker) atau CCB (calcium
channel blocker) sendiri atau dalam kombinasi, ACEI dan ARB tidak
boleh digunakan secara bersama-sama dikarenakan akan menimbulkan
efek samping hiperkalemia. Target tekanan darah untuk pasien hipertensi
dengan atau tanpa penyakit penyerta yaitu ≤140/90 mmHg.
Berdasarkan pentingnya pengkajian resep, penulis mengkaji 55
resep dari Puskesmas Jurangmangu periode bulan November 2019 dan
akan menentukan kelengkapan resep baik dari aspek administrasi,
farmasetik, dan klinis. Penulis juga akan menilai presentase peresepan
obat hipertensi di Puskesmas Jurangmangu untuk melihat kerasionalan
penggunaan obat yang diberikan pada pasien di Puskesmas tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah resep di Puskesmas Jurangmangu sudah lengkap ditinjau dari
parameter administratif, farmasetik, dan klinis?
3

2) Apakah obat yang diresepkan kepada pasien Puskesmas Jurangmangu


sudah rasional?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui kelengkapan resep di Puskesmas Jurangmangu yang
ditinjau dari parameter administratif, farmasetik, dan klinis pada
periode bulan November 2019.
2) Untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas
Jurangmangu berdasarkan indikator peresepan obat hipertensi.
1.4. Manfaat
Calon lulusan apoteker dapat memahami parameter kelengkapan dalam
resep, mengetahui penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas), serta menambah pengalaman dibidang
kefarmasian khususnya dalam menganalisa resep yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai