PENDAHULUAN
1
2
dunia akibat hipertensi mencapai 9,4 juta kasus per tahun (WHO,
2013). Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010
dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara
kawasan Amerika menempati posisi bawah dengan jumlah 35%. Di
kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa menderita hipertensi.
Pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan
penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang, dan dua pertiga penderita
hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilakukan upaya yang
tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan
datang, jumlah penderita hipertensi diprediksikan meningkat menjadi
29%, atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia. Di Indonesia, angka
kejadian hipertensi berkisar 6-15% dari 240.000.000 jiwa penduduk
Indonesia dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan (Tedjasukmana, 2012).
Menurut JNC VIII, untuk pasien dengan segala usia dengan atau
tanpa penyakit penyerta untuk semua ras terapi awal sebaiknya
menggunakan diuretik tipe tiazid, ACEI (angiotensin-converting enzyme
inhibitor), ARB (angiotensin receptor blocker) atau CCB (calcium
channel blocker) sendiri atau dalam kombinasi, ACEI dan ARB tidak
boleh digunakan secara bersama-sama dikarenakan akan menimbulkan
efek samping hiperkalemia. Target tekanan darah untuk pasien hipertensi
dengan atau tanpa penyakit penyerta yaitu ≤140/90 mmHg.
Berdasarkan pentingnya pengkajian resep, penulis mengkaji 55
resep dari Puskesmas Jurangmangu periode bulan November 2019 dan
akan menentukan kelengkapan resep baik dari aspek administrasi,
farmasetik, dan klinis. Penulis juga akan menilai presentase peresepan
obat hipertensi di Puskesmas Jurangmangu untuk melihat kerasionalan
penggunaan obat yang diberikan pada pasien di Puskesmas tersebut.