Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR

RS INDOSEHAT 2003
NOMOR 171/DIR/RSI/I/2022
TENTANG
PANDUAN PENOLAKAN RENCANA ASUHAN MEDIS

PANDUAN PENOLAKAN RENCANA ASUHAN MEDIS

RUMAH SAKIT INDOSEHAT 2003

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

RS Indosehat sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan, sebagai Rumah Sakit
Pelaksana Kesehatan RS Indosehat mempunyai tugas Melaksanakan Dukungan Kesehatan yang
diperlukan di Masyrakat
Dalam perjalanan waktu yang semakin berkembang dan pelayanan terhadap pasien di RS
Indosehat semakin meningkat, untuk itu diperlukan pelaksanaan Asesmen Pasien terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan di RS Indosehat sesuai dengan Standar Akreditasi KARS .
Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan
yang tersedia di Rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindak selanjutnya.
Hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya
yang tersedia di Rumah Sakit.

2. Pengertian

Penolakan tindakan medis adalah hak pasien dan keluarga untuk mengambil keputusan
menolak/menghentikan pengobatan/terapi selama dalam perawatan di Rumah Sakit. Penolakan
tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga terdekatnya setelah menerima
penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan di lakukan.
Dokter tidak dapat memaksa pasien mengikuti anjurannya,walaupun dokter menganggap
penolakan bias berakibat gawat atau kematian pasien. Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien
pada alternatif tindakan yang diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya
dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap
tindakan medik yang diperlukan.
2

BAB II
RUANG LINGKUP

3. Ruang Lingkup
a. Yang berhak memberikan informasi / penjelasan
1) Tanggung Jawab utama untuk memberikan informasi / penjelasan adalah dokter yang
akan melakukan tindakan medik bila berhalangan dapat diwakilkan ke dokter lain,
tetap menjadi tanggung jawabnya.
2) Untuk pasein yang memerlukan tindakan bukan bedah ( non invasif ),
informasi / penjelasan bisa diwakilkan.
b. Yang berhak memberikan persetujuan / penolakan
1) Pasien sendiri yang sudah dewasa yaitu umur lebih 21 tahun atau sudah menikah,
dalam keadaan sadar, sehat mental, tanpa paksaan. Khusus pasien VCT (Voluntary
Counselling And Testing) berdasarkan Kepmenkes RI No. 1507/Menkes/SK/X/2005
tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela yaitu
bagi laki-laki umur 19 tahun dan wanita 16 tahun.
2) Pasien dewasa yang berada dibawah kemampuan (Curatelle), persetujuan /
penolakan dilakukan oleh wali ( curator )nya.
3) Pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan/penolakan dilakukan oleh
mereka sesuai urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah atau ibu kandung.
2) Wali yang sah.
3) Saudara-saudara kandung.
c. Pasien yang sudah menikah, persetujuan/penolakan dilakukan oleh mereka sesuai urutan
hak sebagai berikut :
1) Suami atau istri.
2) Ayah atau ibu kandung.
3) Anak-anak kandung.
4) Saudara-saudara kandung.
d. Pasien dengan usia dibawah 21 tahun, persetujuan / penolakan diberikan oleh mereka
sesuai urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah atau ibu kandung.
2) Saudara-saudara kandung yang sudah dewasa.
e. Pasien dengan usia dibawa 21 tahun, tidak mempunyai orang tua atau berhalangan hadir,
persetujuan/penolakan diberikan oleh mereka sesuai urutan hak sebagai berikut:
1) Ayah / Ibu angkat.
2) Saudara-saudara kandung yang sudah dewasa.
3) Keluarga terdekat.
3

BAB III
KEBIJAKAN

4. Kebijakan Umum.
Rumah Sakit menetapkan proses untuk mengelola dan melakukan tindak lanjut
pasien dan memberitahu staf Rumah sakit bahwa mereka berniat keluar Rumah sakit serta
menolak rencana Asuhan Medis.

5. Kebijakan Khusus
a) Rumah sakit menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan dan pilihan
pasien untuk menolak pelayanan atau memberhentikan pengobatan.
b) Apabila diketahui ada keluarga yang dokter, kepadanya diberitahu
c) Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
d) Rumah sakit mempunyai proses penatalaksanaan dan tidak lanjut bagi pasien yang
pulang karena menolak nasehat medis
e) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh keluarga dan atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan
f) Penolakan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis
g) Akibat tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien

BAB IV
TATA LAKSANA

6. Tata laksana :
a. Beri salam dan perkenalkan diri
b. Tanya identitas pasien
c. Dokter DPJP menjelaskan hubungan penyakit dengan indikasi dan resiko/dampak
menolak pengobatan terhadap pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti
d. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya dan
mengungkapkan apa alasan menolak
e. Mengisi formulir yang telah ditanda tangani oleh pasien/keluarga selanjutnya
diserahkan kepada petugas/perawat untuk ditanda tangani dokter DPJP dan perawat
sebagai saksi, check isi kelengkapannya dan arsipkan dalam catatan Rekam Medis
Pasien
f. DPJP membuat laporan resume pasien pulang perawatan pasien sesuai dengan
standar
g. Dokter mendokumentasikan pada formulir catatan perkembangan terintegrasi
h. Bila ada perubahan mengambil keputusan, akan dilaksanakan lebih lanjut sesuai
indikasi tindakan keperawatan
Pelaksanaan persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika
memenuhi persyaratan dibawah ini :
a. Persetujuan atau Penolakan TindakanKedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan spesifik
b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan kedokteran diberikan tanpa paksaan.
4
c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien)
yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
d. Persetujuan atau Penolakan Tindakan kedokteran diberikansetelah diberikan cukup
(adekuat)informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan
kedokteran dilakukan

Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang- kurangnya


mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Risiko yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteranyang direncanakan tidak
dilakukan
g. Informasi dan penjelasan tentang tujuandan prospek keberhasilan tindakan
kedokteran yang dilakukan
h. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran

Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan. Dokter atau dokter gigi yang akan
melakukantindakan medik mempunyai tanggung jawab utama memberikan informasi dan
penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus
diberikan dapat diwakilkan kepada dokter atau dokter gigidengan sepengetahuan dokter
atau dokter gigi yang bersangkutan. Bila terjadi kesalahandalam memberikan informasi
tanggung jawab berada ditangan dokter atau dokter gigi yang memberikan delegasi.
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan yang mudah dimengerti atau cara lain
yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman.penjelesan tersebut perlu dicatat dan
didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan
penjelasan dengan mencantumkan:
a. Tanggal
b. Waktu
c. Nama
d. Tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan
kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai
saksi. Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah:
a. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi:
1) Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut
2) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding
5

3) Indikasi atau keadaan klinis pasien yang mebutuhkan dilakukannya tindakan


kedokteran
4) Prognosis apabila dilakukan dan apabila tidak dilakukan
tindakan
b. Penjelasaan tentang tindakan kedokteran yang meliputi :
1) Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostic,
terapeutik, maupun rehabilitative
2) Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek sampingatau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi
3) Alternative tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan
dengan tindakan yang direncanakan
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternative
tindakan
5) Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat
akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
6) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat
dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan dilakukan,
dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga
terdekat
c. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dpat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali:
1) Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum.
2) Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan.
3) Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
(unforeseeable).
d. Penjelasan tentang prognosis meliputi:
1) Prognosis tentang hidup matinya (ad vitam).
2) Prognosis tentang fungsinya (ad functionam).
3) Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah
satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya. Jika dokter atau dokter
gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung,
maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain
yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan
sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan
yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung pada pasien. Demi
kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien
gawat darurat
6

dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak
memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.

e. Pihak yang berhak memberikan persetujuan yang berhak untuk memberikan


persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah:
1) Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
2) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut:
a) Ayah ibu kandung.
b) Saudara saudara kandung.
3) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh
mereka yang menurut hak sebagai berikut:
a) Ayah /ibu adopsi
b) Saudara /saudara kandung
c) Indung semang
4) Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (informed consent) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
a) Ayah /ibu kandung
b) Wali yang sah
c) Saudara saudara kandung
5) Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan(curatelle) persetujuan
atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal berikut:
a) wali
b) curator
6) Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, persetujuan ataupenolakan
tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.
a) Suami/ Istri
b) Ayah / Ibu kandung
c) Anak-anak Kandung
d) Saudara – saudara kandung
7) Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral
consent), tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent) Setiap tindakan
kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis
yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
8) Persetujuan tetulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam
formulir persetujuan tindakan kedokteran.
9) Persetujuan secara lisan diperlukan pada tingkat kedokteran yang tidak mengandung
risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis. Ketentuan pada
situasi khusus
a) tindakan penghentian penundaan bantuan hidup pada seorang pasien harus
mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien
b) persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga
terdekat pasien diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim
c) dokter atau dokter gigi yang bersangkutan. Persetujuan harus diberikan secara
tertulis.
10) Penolakan tindakan kedokteran
a) penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan.
b) jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan
atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah orang tua,
keluarga, wali atau kuratornya.
c) bila pasien yang sudah menikah maka suami atau istri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan
keluarga berencana yang sifatnya irreversible ; yaitu tubektomi atau vasektomi
d) jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi
dan kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi
maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang
akan dilakukan dokter atau dokter gigi.
e) apabila yang bersangkutan sesudah menerima informasi, menolak untuk
memberikan persetujuan maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus
dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut menjadi
tanggung jawab pasien.
f) penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter
pasien.
g) persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat,
kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan
pelaksaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
h) dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang berhak
menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau anggota
keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
i) penariakan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus
diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.
BAB V
DOKUMENTASI

7. Dokumentasi

Panduan penolakan rencana asuhan medis ini diharapkan bisa dijalankan dalam proses
pelayanan pasien di RS Indosehat. Seluruh petugas terkait di RS Indosehat agar mampu
melaksanakan proses Penolakan Rencana Asuhan Medis baik rawat jalan maupun rawat inap
melalui SPO tentang penolakan/penghentian pengobatan yang berlaku dan didokumentasikan
dalam Rekam Medis pasien. Evaluasi dilaporkan oleh bagian Rekam Medik di laporan mutu
Rekam Medik.

Direktur RS Indosehat 2003

dr. Reksa Nalendra Hernowo, MMRS


NIK 16112037

Anda mungkin juga menyukai